PART 2# | INTRO

1.4K 39 1
                                    

Pertemuan awal yang penuh teka-teki, ingin menduga namun sulit menemukan jawaban. Apakah kamu orang yang akan terus bertahan? Atau lewat sejenak dan hanya hadir di dalam sebuah candaan?

Boy Under the Rain

...

Bagi sebagian orang pertemuan pertama merupakan pertemuan yang penuh teka-teki. Dimana orang yang hadir terasa murni dan belum dapat ditebak apakah meninggalkan warna putih ataukah hitam di dalam dasar hati.

Apakah memberi kebahagiaan dan kesedihan ataukah salah satunya saja Apakah selalu ada di dalam suka dan duka atau memihak pada salah stau pilihan? Tidak, kita tidak akan pernah tahu sebelum berhadapan dengan orang tersebut.

"Permisi..."

Radin Anggana. Cowok belasan tahun dengan seragam hitam putih sebagai tanda baru usai menjalankan masa orientasi tersebut hanya menunduk, titik hitam kecil yang menghiasi bagian dagunya tersebut bergerak begitu si pemilik seakan menahan rasa kesal dengan buku yang dibacanya.

Tuk... tuk...

Merasa diabaikan, si pengucap kata 'permisi' kini mengetuk meja kayu tersebut. Kelas yang benar-benar unik, selain jumlah siswa yang masuk ke dalam jurusan langka tersebut sedikit, kelas ini pula memiliki wilayah yang jauh dari kantin dan terdampar di area para senior sendiri.

Jurusan Bahasa? Ah ya, sungguh berbeda dengan IPA atau IPS yang sudah dikenal masyarakat umum kan?

Suara helaan napas panjang terdebgar bukan dari si pemilik suara nyaring yang mengucapkan kata permisi ataupun mengetuk meja tadi. Melainkan dari si pemilik suara bass dengan name tag hitam 'Radin Anggana', cowok itu memejamkan mata, ditutupnya buku yang baru selesai dibaca seraya menyandarkan punggung ke kursi dengan tenang.

Pemilik mata bundar tersebut mengernyit, begitu memerhatikan seseorang di hadapannya. Tidak kenal? Tentu saja iya, selain semuanya masih berstatus murid baru, semuanya juga tidak akan mengerti mengapa harus terdampar di kelas terkutuk seperti ini.

Kelas bekas gudang, dan entah masuk keuntungan atau tidak di saat susah payah dibersihkan menghasilkan ruangan yang cukup luas bahkan mendapatkan meja untuk bermain ping pong sepuasnya.

"Ya?" tanya Radin mengangkat sebelah alis, memerhatikan gadis dengan seragam hitam putih dan rambut sebahunya. Wajah oval gadis itu tampak memerah, begitu juga dengan bagian hidung dan mata yang tampak berair.

"Itu," Gadis bermata bulat tersebut berusaha mungkin menyengir, sesekali mencengkram sandangan tas krimnya dengan erat. "Bangku depan kamu kosong?"

"Ah..." Radin menegakkan tubuh, lalu mengangguk. Satu baris yang didudukinya hanya terdiri empat kursi dan entah bagaimana dirinya tiba-tiba memilih sudut bangku di jendela ini tanpa ada pertimbangan lagi kalau dirinya seperti duduk seorang diri.

Gadis itu mendaratkan tubuh di atas bangku, menoleh belakang lalu tersenyum. "Makas..."

Brakk!!

Sebuah tas hitam sontak mendarat di meja samping Radin. Radin tersentak, begitu juga dengan gadis di hadapannya, bibir bawah itu tampak bergetar.

"Woi! Bangku sebelah lo kosongkan! Gue numpang letak tas disana!"

Tanpa berbicara, Radin mengangguk sebagai pertanda jawaban untuk cowok berada di ambang pintu tersebut. Dimas? Ya, meskipun tidak begitu mengenalnya, namun seingat Radin dirinya pernah sekelas di sekolah menengah pertama.

Boy Under The Rain [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang