23 : : SHY

1.7K 116 4
                                    

Berbicaralah, ungkapkan dengan jujur apa yang kamu rasakan, kamu tak bisa membahagiakan semua orang, kamu tak bisa menuruti keinginan semua orang. Sekalipun kamu menginginkannya, kamu tak akan pernah bisa.

Lagipula, itu dirimu kan? Setiap orang memiliki hak masing-masing bukan?

Ada kata saling menghargai bukan hanya ingin dihargai. Adakalanya kamu harus mengikuti kata hati sejenak, mencintai dirimu sendiri sebentar saja.

-Boy Under the Rain

...

Ada satu hal yang Radin benci dari dirinya sendiri, bukan satu hal, mungkin sebenarnya banyak. Hanya saja untuk saat ini dirinya tengah berpikir satu hal, satu hal sikap yang sangat ingin ia ubah namun tidak dapat diubah, dimana energi negatif seakan begitu besar mengendalikan tubuhnya dan seperti menghancurkan tubuhnya sendiri.

Tidak bisa menolak?

Ia begitu membenci sikap itu, disisi lain dirinya ingin mengatakan tidak, namun entah kenapa rasa kasihannya jauh lebih besar sehingga terpaksa mengiyakan. Contohnya saja seperti saat ini.

Winny menoleh, kedua sudut bibir gadis itu terangkat senang, tampak begitu semangat. "Menurut kamu bagusnya kita kadoin buku apa? Novel remaja? Komik? atau kayak buku tips pelajaran gitu?"

Tak ada jawaban dari Radin. Cowok berwajah bundar dengan seragam sekolahnya itu berjalan tenang menyusuri setiap rak toko buku, sesekali memerhatikan judul dan jalan cerita singkat dari buku tersebut. Berisik, sungguh dirinya tidak ingin diganggu sekarang. Ia hanya ingin cepat-cepat pergi dari sini.

"Radin?" Winny menepuk sebelah bahu Radin. Berhasil membuat cowok itu tersentak, refleks menepis tangan gadis itu dari bahunya.

"A-ah..." Winny tercengang, gadis itu mengerjap tidak percaya, menyadari tingkah laku Radin barusan. Namun, tak butuh waktu yang lama cewek itu berusaha tertawa, tanpa suara seraya memegang novel cinta di tangan kanan dan kirinya. "Menurut kamu yang mana?"

Radin menunduk, mengulum bibir bawahnya sejenak, berusaha mungkin menahan agar tangannya tidak tergepal dengan erat. Winny seniornya, dan ia harus ingat itu. Dirinya harus bersikap sopan bagaimana pun keadaannya.

"Maaf sebelumnya," gumam Radin, menelan ludah seolah menelan seluruh emosinya. "Tapi saya enggak suka disentuh."

Winny mengangguk pelan. Menyadari suasana canggung sudah terasa di sekelilingnya, secepat mungkin Radin berdehem, mengambil beberapa buku di hadapannya. Dengan sampul kuning maupun biru.

"Menurut saya lebih baik yang umum, tentang kehidupan, yang berkaitan dengan keluarga. Karena kalau bahas tentang cinta remaja saja, entahlah menurut saya enggak semua orang menyukainya."

"Di dalam cerita yang saya baca kebanyakkan seolah-olah cinta jadi satu hal yang menyenangkan. Dimana dua orang kembali bertemu, dimana ketika dua orang sudah mengetahui perasaan satu sama lain, lalu membentuk suatu hubungan, maka menghasilkan ending yang bagus. Padahal menurut saya cinta enggak sesederhana itu."

"Ketika sudah berada di satu hubungan, disitulah tanggungjawab berada, pertengkaran, perbedaan pendapat yang begitu sengit seolah-olah berada di sana."

Kedua alis Winny terangkat, mata itu mengerjap lalu memiringkan kepalanya tampak penasaran. "Anak Bahasa emang beda ya?" ucap gadis itu tertawa pelan, tampak tertarik dengan pembicaraan. "Terus kenapa kamu suka tentang kehidupan? Keluarga?"

Radin tersenyum samar, menunduk seraya memerhatikan buku di tangannya. "Lebih real, namun bukan berarti saya mengatakan cinta itu tidak nyata, hanya saja menurut saya tentang kehidupan, tentang bertahan hidup, tentang kekeluargaan, permasalahannya di sana terasa jauh lebih dekat."

Boy Under The Rain [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang