PART 1# | WE ARE BESTFRIENDS

1.3K 43 8
                                    

Karena sahabat akan selalu melengkapi dan tidak akan pernah pergi

-Boy Under the Rain-

...

"WOI! APA-APAAN LO! DRUM-NYA JANGAN DIHANCURIN WOI!"

Pemilik suara bass yang cukup tinggi itu kini terpaksa menaikkan nada satu oktaf untuk mengalahkan suara drum yang dipukul dengan seenaknya oleh seseorang. Dhei Pradipta, cowok dengan rambut cokelat gelap yang memang sudah menjadi ciri khas darinya sejak kecil itu berdecak, dilepasnya sandangan gitar listrik yang ia mainkan dengan asal-asalan lalu mencoba memisahkan makhluk astral tersebut dengan drum di hadapannya.

Nihil, bukannya mengelak ataupun kabur dari langkah lebar Dhei, cowok dengan stik drum di tangannya itu malah semakin mempercepat pukulan layaknya drummer profesional. Gila? Haish, entah untuk berapa kali Dhei mendesis selama satu jam ini, yang pasti seorang Dimas Rayana sangat gila dan beruntunglah dirinya yang ganteng ini masih cukup waras untuk tidak memilih jalur perkelahian dengan salah satu buronan Ibu BK.

Yankee? Sebelah sudut bibir Dhei terangkat, tertawa datar. Berusaha mungkin merebut stik dari tangan Dimas dan bodohnya, dirinya malah menjadi salah satu bagian drum tersebut.

"Woi Dim!" Dhei meringis, diusapnya rambut cokelat gelap itu dengan cepat begitu Dimas berhasil mengetuknya sekali. "Gila lo! Ini kepala woi! Bukan kompang punya tetangga!"

Dimas tersenyum puas, mengangkat sedikit kepala seolah menantang ke arah satu orang lagi yang masih saja berdiri di hadapan tiang mic. Tentu saja bukan Dhei, cowok itu sudah menjadi korban di dalam cerita ini, meskipun dirinya dan Dimas merupakan tokoh sampingan namun entah mengapa keduanya terkadang mengalami cobaan dan kegilaan layaknya tokoh utama.

"Din..." Dhei meronta, sebelah tangan itu terjulur, meminta pertolongan untuk dilepaskan dari cengkraman leher yang dilakukan makhluk astral di sampingnya. "Jangan lihatin aja elah! Ketek Dimas baunya udah level akut ini!"

Radin Anggana. Cowok dengan sandangan gitar akutik itu hanya tertawa pelan, katakanlah dirinya kurang ajar atau semacamnya tapi entah mengapa dirinya lahir hanya untuk memerhatikan apa yang terjadi di sekelilingnya, menerima semuanya tanpa ada perlawanan entah itu terasa menyenangkan ataupun tidak.

Membosankan? Ah, entahlah. Terkadang ada rasa ingin mengiyakan namun berusaha mungkin dirinya menahan mati-matian begitu seorang gadis yang sedang membaca novel di sudut ruangan studio musik sana menjadikan dirinya sebagai tokoh utama dalam cerita yang baru saja dirancang.

Tokoh utama yang hanya memiliki kehebatan dalam menyerap pelajaran di kelas, paling lemah dalam bidang olahraga terlebih lagi untuk menjalin hubungan dengan orang-orang. Bertemu lalu menjalin sebuah hubungan yang bernama persahabatan dengan ketiga orang ini saja rasanya sudah seperti keajaiban. Entah makhluk apa yang merasukinya namun yang pasti dirinya mendadak memiliki kekuatan untuk menyapa ketiga orang ini terlebih dahulu.

"Nyesal gue ngajak lo berdua ke tempat latihan kalau kayak gini," gerutu Dhei dan sayangnya lagi-lagi cowok berwajah oval itu meringis begitu gepalan tangan dari Dimas menjitak puncak kepalanya dengan cukup kuat.

Dimas menatap tajam, "Lagian lo ada-ada aja, Ferret. Udah tau gue, Radin, sama Rein enggak bisa main musik lo ajak kita buat band. Terkenal sih bakal tapi terkenal disepak orang! Mau lo?"

"Ya enggak Dim..." jawab Dhei.

"Ya apa enggak? Pilih salah satu lo kalau ngomong!" Mata Dimas membulat berhasil membuat Radin tertawa pelan begitu juga Rein dengan jaket putih yang menyelimuti seragam putih abu-abunya. Keduanya bertatapan lalu kembali tertawa memerhatikan tingkah dua sahabatnya yang tiada pernah habisnya.

Boy Under The Rain [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang