1 : : HELLO!

12.9K 626 44
                                    

Seseorang membenci bukan berarti seutuhnya membenci. Bisa jadi takut tersakiti atau mungkin takut mencintai lagi.

-Boy Under The Rain-

...

Class 1

"Hmm..." Kedua mata bundar Radin terangkat, anak laki-laki yang tengah memegang palu di tangan kanannya itu menggumam, seraya mengusap-usap dagu dengan jempolnya, berhasil memerlihatkan satu titik hitam kecil yang begitu manis sebagai tanda kelahirannya. 

Radin tak pernah tahu, entah mulai sejak kapan dirinya membenci anak perempuan. 

Baginya anak perempuan benar-benar menyebalkan, manja, hobi melantunkan suara-suara cemprengnya, dan satu hal yang paling memuakkan yang ia rasakan adalah anak perempuan hobi mengatur anak laki-laki.

Dimana sebuah keseimbangan seolah-olah tiada pernah terjadi, ketika hukum alam tampaknya mulai menulis dimana perempuan selalu benar dan laki-laki selalu salah.   

Menyebalkan.

Plakk!

Sontak, Radin memejamkan mata, menahan desisan agar tidak keluar dari mulutnya. Berusaha mungkin Radin yang tengah memanjat kursi kayu itu menoleh, memerhatikan anak perempuan yang berdiri tak jauh darinya. Kurang ajar, tanpa merasa bersalah anak itu melemparkan gumpalan kertas ke belakang kepalanya dengan kuat.

"Sana," ucap anak perempuan itu dengan suara sedikit meninggi, seperti hari-hari sebelumnya, dari wajahnya saja Radin bisa menebak kalau cewek ini memang doyan memerintah. Jari telunjuk lentik anak itu terancung ke arah papan jadwal piket yang tergantung di hadapan Radin, tampak miring. 

"Paku sebelah kanan lo cabut, agak atas dikit, miring banget," gerutu anak itu lalu kembali mengamati dari kejauhan seraya melipatkan kedua tangannya ke atas dada. 

"Hmm..." jawab Radin setengah hati, berusaha menahan papan piket dengan lutut kirinya seraya mencabut paku dengan kasar.

Percayalah, Radin tak pernah tahu memilih kelas Bahasa untuk tahun pertamanya di SMA ini apakah benar-benar baik atau tidak. Dimana jurusan yang sudah dipastikan tidak sepopuler IPA serta IPS. Dan jika dirinya boleh jujur, maka persentasi rasanya terasingkan dengan dispesialkan seperti tidak ada bedanya di jurusan ini. 

Ketika semua kelas 10 berkumpul di satu kawasan yang sama maka hanya kelasnyalah yang tiba-tiba dipindahkan ke wilayah atas bersamaan dengan wilayah kelas 12, dan perpindahan tersebut hanya dikarenakan satu alasan. Penambahan-kelas-baru-untuk-jurusan-populer! 

Perlu ditekankan lagi, po-pu-ler!

Suara palu berbenturan dengan paku terdengar begitu kuat, sebagai pertanda final, paku berhasil tertancap di dinding dengan kuat dan bagusnya lagi apabila anak perempuan itu berhenti menyuruh dirinya dan berhenti bertindak seolah seperti penguasa di kelas ini. 

Radin membalikkan badan, turun dari kursi seraya membenarkan lengan baju khusus yang tadinya tergulung hingga siku. Sebelah alis Radin terangkat, memerhatikan anak perempuan itu dengan pandangan meremehkan. "Puas?" 

"Yap," ucap anak perempuan itu, tersenyum sinis, menghadap jendela. "Sekarang lo bantu lap jendela kelas, karena kelas ini dulunya bekas gudang kayaknya yah..." 

Kedua bahu perempuan itu terangkat ke atas, lalu berjalan tidak peduli. Meraih selembar koran bekas, mencoba membersihkan salah satu jendela, tampak debu begitu tebal menempel kertas bacaan abu-abu tersebut. "Begitulah."

Enggan menjawab, Radin mengedarkan pandangan memerhatikan setiap sudut ruangan kelas. Benar-benar berbeda dengan kelas lainnya, jika satu kelas biasanya memiliki siswa yang begitu ramai maka kelas ini malah sebaliknya, terlalu sedikit. Seperti sebuah keajaiban bila tahun ini maupun tahun-tahun ke depannya akan kedatangan murid baru. 

Boy Under The Rain [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang