Adakalanya kita harus bisa mengontrol rasa cinta. Cinta sejati tidak akan berlari terlalu kuat, tidak akan membuat seseorang yang dicintainya tidak nyaman dan lebih terasa biasa. Mengalir, membiarkannya tenang, sembari belajar mengikhlaskan dengan hasil usaha yang telah kita perbuat.
Namun kukatakan sekali lagi, apabila rasa itu telah berlebihan, sulit untuk mengontrolnya dan terlalu bersemangat. Maka cinta itu berubah, bukan cinta yang menenangkan, bukan cinta yang asli. Melainkan hanya wujud dari suatu rasa obsesi.
-Boy Under the Rain
...
Kamu manis dan begitu baik
Kamu mendengarkan setiap keegoisanku...
Lagu ketiga tengah dinyanyikan. Beruntung. Sungguh Radin benar-benar bersyukur sekarang, para penonton di bawah tampak begitu menikmati seraya tersenyum tulus, menggerakan tubuh kiri-kanan seiringan dengan lagu.
Musik terdengar begitu rendah, sendu, namun memberi kesan lembut nan romantis oleh pelantun lagu.
Terima kasih telah mencintaiku, bagaimanapun juga hal itu tidak terkatakan
Karena aku bahagia saat berada disampingmu
Terima kasih telah mencintaiku, mulai sekarang tertawalah dengan baik
Sedikit pun aku tidak melupakannya...
Kedua sudut bibir Radin terangkat, menggenggam mic dengan erat. Entahlah, Radin tak pernah tahu berapa jumlah penonton di sini, satu per satu orang datang berkunjung menikmati lagu yang dilantunkan. Namun meskipun begitu tetap saja pandangannya yang sekarang hanya tertuju pada seseorang...
Ya, seseorang dengan raut wajah senang dan mata berbinarnya. Kedua lesung pipi tampak tenggelam begitu tersenyum lembut. Sungguh, Radin tak pernah menyangka bagaimana bisa ia mencintai seseorang itu, seseorang yang awalnya hanya ia anggap sebagai sahabat dan tak terpikirkan untuk merasakan perasaan yang lebih dari kata sahabat.
Rein. Ya, gadis itu. Tapi...
Terima kasih telah mencintaiku, bagaimanapun juga hal itu hanya tak terkatakan
Suatu saat kau akan lebih mencintai seseorang...
Radin melirik Dhei, sahabatnya itu juga tampak tersenyum semangat, menikmati suasana lagu dengan gitar di tangannya. Perlahan Dhei menoleh lalu mengangguk, memberi semangat melalui sorot matanya ke arah Radin.
Radin membalas angguk, memejamkan mata, memerhatikan kembali Rein dengan tulus seolah menekankan lirik terakhir. Teruntuk gadis itu. Ya, sungguh tak apa jika hanya dirinya yang merasakan perasaan seperti ini, Rein tak perlu membalasnya, bahkan tak pernah tahu jawabannya. Menyakitkan atau sebaliknya Radin tak mau tahu.
Karena seperti apapun bentuknya semua akan terasa menyakitkan. Menyakitkan bila perasaannya tidak terbalas, namun akan jauh lebih menyakitkan lagi apabila perasaan gadis itu juga sama sepertinya. Ya, Rein pasti akan menderitanya karenanya.
Dirinya masih kekanak-kanakan, dirinya belum mengetahui arti cinta yang sebenarnya, dan satu hal yang Radin kutuki selama ini adalah sikap yang tak pernah bisa ia kendalikan...
Posesif, seakan orang yang sudah berhasil mendobrak dinding pembatasnya tidak akan pernah ia lepas, orang itu akan selalu berada di dekatnya dan susah baginya untuk melepaskan. Namun jika sudah mengecewakannya, menyakiti terlalu dalam...
Percayalah, seumur hidup Radin tak akan pernah mau mengenal orang-orang itu lagi.
Terima kasih telah mencintaiku, aku harap kau bahagia
KAMU SEDANG MEMBACA
Boy Under The Rain [TERBIT]
Teen FictionJika kebanyakkan orang memilih badboy atau cowok famous di sekolah sebagai tokoh utama dalam ceritanya. Maka Rein berbeda. Bukan anak langganan BK yang sering mencari ribut layaknya Dimas, dan bukan pula cowok famous dengan candaan tanpa batasnya se...