2 : : HERO

7.6K 452 66
                                    

Sahabat : berawal dari orang asing yang tidak saling mengenal, lalu menjadi orang terdekat dan sulit dilepaskan

-Boy Under the Rain

...

Entah kenapa anak baru di sekolah jauh lebih menarik untuk dilirik dibandingkan anak seangkatan. Seolah-olah stok cogan yang tersisa hanyalah adik kelas dan abang kelas, sedangkan teman seangkatan seolah-olah hanya sebagai perusak suasana. 

Ya, setidaknya begitulah menurut para kaum hawa, memang tidak semuanya, namun sebagian besar pasti mengiyakan.

"Eh eh! Lihat dia lewat!"

Dhei Pradipta. Cowok berwajah tirus itu menyesap minuman di tangannya dengan nikmat, berusaha mungkin mengabaikan tatapan murid di sekelilingnya.

Sungguh Dhei tidak tahu dirinya harus heran apakah tidak. Padahal belum sampai sebulan dirinya bersekolah di sini, namun entah kenapa mulai dari teman seangkatan hingga para senior seolah-olah begitu sering membicarakannya, dan tak jarang pula sering tertangkap basah saat orang itu tengah diam-diam melirik ke arahnya.

Ya, tidak perlu ditebak lagi, sudah dipastikan hal itu dilakukan kaum hawa. Sedangkan yang para prianya?

Inilah hal paling menyebalkan ketika begitu cepat dikenal oleh warga sekolah. Para senior itu entah mengapa begitu banyak tingkah. Mengajaknya berduel, mulai dari bermain basket bahkan mengajaknya berkelahi untuk membuktikan siapa yang paling kuat di sekolah ini.

Menyebalkan. Sudah pasti permintaan itu ia tolak mentah-mentah. Berkelahi, merusak suasana dengan pertengkaran benar-benar bukan keahliannya.

Dhei berjalan cepat, menuju kelas. Mendadak saja langkah kaki itu terhenti seketika, mata itu semakin membulat begitu melihat suasana kelas dari ambang pintu sana.

Tampak begitu sibuk. Suara teriakan yang didominasi para cewek terdengar begitu kuat seakan-akan memerintah para cowok yang masih saja bermain di saat bersih-bersih kelas.

Secepat mungkin Dhei menelan ludah. Berbalik arah. Mungkin ada baiknya bila ia berlindung di kantin terlebih dahulu. Selain aman, dapat mengenyangkan juga bukan?

"Woi!"

Dhei terdiam, menelan ludah, berusaha mungkin menoleh ke belakang. Pemilik suara bass yang tadi memanggilnya kini menyipitkan mata. Wajah itu tampak berminyak dan kelelahan. Entah kelelahan karena membersihkan kelas atau karena lelah menghadapi cewek-cewek berisik di kelas ini. Entahlah Dhei tidak mengerti.

Mendadak Dhei membungkam mulut, berusaha menahan tawa melihat makhluk di depannya.

Anak itu mengernyit. "Kenapa lo?"

Dhei terbahak seketika, nihil sudah dirinya menahan tawa satu hari ini. "Muka lo," Dhei tertawa kencang, seraya menunjuk-nunjuk pemilik wajah bundar itu tanpa henti. Anak itu semakin mengernyit, mengira-ngira ada kemungkinan Dhei dengan se-pocket minuman di tangan itu mengalami gangguan akut di jiwanya.

Tak cukup bagi Dhei untuk menahan tawa, dirinya mencoba kembali minum, dan alhasil malah tersedak sendiri. Mungkin mereka baru bertemu, bahkan tak pernah dekat antar teman sekelas, tapi Dhei melihat satu kesamaan antar dirinya dengan anak ini...

Jika dirinya memiliki satu bintik hitam di pipi kiri. Maka anak ini di bagian dagu, dan entah kenapa Dhei berharap akan ada banyak kesamaan-kesamaan lainnya. Setidaknya Dhei tengah mencoba merasakan.

Boy Under The Rain [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang