21 : : SHE'S CRY?

1.8K 142 11
                                    

Sakit itu enggak akan pernah hilang dengan sendirinya ketika kamu memendam, yang ada malah rasa sakit itu semakin bertambah, dan menghancurkan pemiliknya. 

-Boy Under the Rain

...

"Kak, ini datanya."

Winny. Anak yang tengah mendata buku di rak 900 itu menoleh, cewek itu mengambil beberapa lembar kertas dari tangan Radin lalu mengeceknya, tampak takjub. "Cepat sekali," gumamnya.

"Radin boleh minta kertas data yang baru?" tanya Radin, berusaha mungkin menyamarkan suaranya agar tidak terdengar datar.

Perempuan itu mengangguk, masih dengan wajah tidak percaya, memberi lembaran kertas data yang baru kepada Radin.

Radin meraih kertas, diedarkan pandangan sejenak, berusaha mencari bagian tumpukkan buku mana yang butuh perhatiannya. Dan tampaknya ada...

Kedua mata Radin mengerjap, memerhatikan Rein yang berada di rak bagian novel. Rak yang termasuk tinggi itu belum dipotong bahkan masih terdapat beberapa novel lama yang masih teronggok di sana.

Berusaha mungkin gadis itu berjinjit. Menurunkan novel itu dengan ujung-ujung jarinya. Tampak kesulitan, belum lagi apabila ada resiko kalau novel-novel itu nanti terjat...

Baru saja di pikirkan. Kedua mata Radin membulat seketika secepat mungkin berdiri di hadapan Rein lalu merunduk melindungi kepala anak itu dengan punggungnya.

Brugg! Brugg!

Radin memejamkan mata, meringis, begitu beberapa novel tebal itu jatuh mendarat di punggungnya tanpa ampun. Beberapa anak menoleh sejenak, tercengang, lalu fokus kembali pada kegiatan.

"Hati-hati Rein," ucap Radin pelan, menegakkan tubuh kembali, sesekali meringis.

Tak ada jawaban dari Rein, gadis itu menunduk seraya mencengkram papan ujian yang berisikan kertas data dengan erat. Entah Radin yang salah lihat atau bukan kini tubuh gadis itu tampak bergetar, sesekali mengusap mata dengan punggung tangan dengan cepat.

"Rein?" panggil Radin memiringkan kepala, merendahkan tubuh sejenak, memerhatikan wajah lembut gadis itu.

Kedua mata itu tampak sembab, bukan hanya sembab namun juga merah akibat diusap berulang kali. Baru ingin mengusap lagi, secepat mungkin Radin menahan lengan jenjang gadis itu. "Jangan diusap lagi, nanti sakit."

"Udah sakit gara-gara kamu!" sembur Rein, berusaha mungkin mengecilkan suara, takut-takut mengganggu penghuni perpus.

Radin mengernyit. Seingatnya, ia tidak ada menyakiti Rein, apalagi secara fisik. Tentu saja batas seperti itu tidak akan pernah ia lakukan, bahkan untuk memikirkannya saja Radin sudah ogah-ogahan.

Bola mata cokelat itu kini memerhatikan Radin dengan kesal. "Maaf, tapi saya enggak biasa menceritakan masalah saya ke orang-orang. Mau bicara kayak gitu lagi kamu?"

Radin terdiam seketika, memerhatikan mata bulat yang berair dengan seksama.

"Bisa enggak sih, kamu buka sedikit hati kamu? Kemarin kamu udah bisa ceritakan masalah kamu sama aku dan Dhei. Sekarang kenapa enggak bisa?"

Boy Under The Rain [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang