18 : : LIKE RAIN

1.9K 142 9
                                    

Seperti hujan, ia redup namun menenangkan.

Seperti hujan, memberi kesan dingin namun terasa begitu indah. Membiarkan orang-orang beristirahat sejenak, melihat tetesannya, dan menikmati setiap suasananya.

-Boy Under the Rain

...

Radin tak pernah tahu mulai sejak kapan dirinya begitu menyukai hujan. Seingatnya dirinya begitu membenci cuaca seperti ini, mulai dari langit gelapnya, bunyi derasannya, belum lagi harus bersusah payah mencari cara agar tetap kering apa bila tengah berada di perjalanan.

Tapi sekarang? Entahlah, hal yang dulunya benci kini membuatnya sebaliknya, begitu menikmatinya.

Langit teduh, entah kenapa bila memandang membuatnya sedikit tenang, nyaman akan dirinya.

Bunyi derasan membuatnya bebas seolah-olah bunyi yang begitu kuat itu seperti ketika dirinya ingin berteriak, begitu kuat, meluapkan seluruh masalah yang bersarang dalam tubuhnya.

Sedangkan rintik hujan yang begitu merepotkan? Ya, tentu saja Radin menikmatinya.

Setidaknya dengan cara itu ia dapat melihat Mama maupun Papa duduk di dalam rumah ini sejenak, sebelum kembali sibuk bersama aktivitasnya.

Perlahan Radin mengencangkan dasi abu-abunya, seraya memandang titik hujan yang membasahi jendela kamarnya.

Sudah jam 7, harusnya ia sudah berada di dalam perjalanan sekarang. Tapi entahlah, melihat cuaca seperti ini dapat dipastikan dirinya agak datang terlambat ke sekolah.

Secepat mungkin anak laki-laki itu menyambar tas, lalu berjalan cepat menuju tangga bawah sebelum bibi memanggilnya.

"Den Rad..."

"Iya Bi! Radin udah turun!" ucap Radin berbelok menyusuri dapur. Sarapan telah disiapkan. Nasi? Ya, bentuk sarapannya sama saja seperti makan malam.

Nasi dengan lauk pauk, makanan yang begitu berat. Perlahan Radin menyantap, lalu meneguk segelas air mineral dengan cepat. Apa mungkin bisa jadi porsi makan malamnyalah yang tampak seperti makan pagi?

Percayalah Radin tak peduli, yang penting perutnya terisi dan tidak memberontak untuk di keluarkan lagi.

"Nanti di sekolah belajar yang baik ya Den, jangan nakal-nakal, jangan bolos, jangan berantem, Bibi enggak mau."

Kedua sudut bibir Radin terangkat lalu mengangguk. Tak lama anak laki-laki itu menyandang tas sekolah kembali.

Perlahan namun pasti, diam-diam Radin mengembus napas panjang, memerhatikan dua orang di ruang tengah. Papa dan Mama. Jujur, ia senang sebenarnya melihat kedua orang itu masih berada di rumah ini sekarang.

Tapi di sisi lain? Berusaha mungkin Radin menahan napas, berjalan melewati kedua orang itu. Sungguh Radin tak pernah menyangka keluarganya sehebat ini, bahkan sudah berkumpul saja tak ada seorang pun yang mengeluarkan suara, bahkan untuk berbincang sejenak, dan yah...

Seperti biasa sibuk dengan urusan serta kerjaan masing-masing.

Benar-benar hebat. Saking hebatnya dirinya tak percaya kalau ini adalah sebuah keluarga.

Boy Under The Rain [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang