14 : : IF

2.1K 162 6
                                    

Ya, semua orang memiliki masalah masing-masing. Namun tergantung bagaimana seseorang itu menyikapi. Ada yang  diam dan memendamnya seorang diri. Serta ada pula yang mengungkapkan dan memilih untuk melibatkan orang-orang disekeliling.

-Boy Under The Rain

...

Seandainya saja semua orang dapat membaca pikiran satu sama lain, seandainya saja semua orang dapat saling memahami tanpa ada rasa ego yang begitu kuat meminta untuk dipahami, mungkin dunia rasanya agak sedikit tenang.

Namun, pada faktanya kata seandainya hanya untuk berandai-andai, menghindari realita, dan mencoba menyenangkan diri sejenak.

Ingin rasanya Radin ingin bertanya sekarang, namun yah... perlu ditekankan lagi, egonya terlalu tinggi, membiarkan dirinya diselimuti rasa penasaran yang tiada pasti. 

Kedua mata Radin mengerjap, memerhatikan cewek yang duduk di seberangnya. Rein, gadis itu tengah tersenyun seraya mencoret-coret salah satu buku, entah menulis atau membuat ilustrasi, Radin tidak tahu, begitu sulit ketika dirinya ingin melihat gadis itu menutupi.

You are my hero.

Berusaha mungkin Radin mengalihkan pandangan memerhatikan pemandangan dari jendela kelas.

Langit yang sudah tampak mendung kini tampak semakin gelap, suara gemuruh sesekali berbunyi, begitu pula dengan rintik hujan yang tiba-tiba saja turun dengan deras.

Dan sudah dipastikan, guru akan terlambat masuk, bahkan bisa jadi tidak masuk ke dalam kelas  akibat jarak yang cukup jauh.

Lagi-lagi ucapan Rein beberapa jam lalu terngiang di telinganya. Ya, ia baru saja tahu keinginan gadis itu. Sebagai sahabat tentu saja ia mendukung, sangat mendukung.

Tapi ucapan setelah itu? Hero? Pahlawan? Tokoh utama?

Bagaimana bisa dirinya yang kaku seperti ini menjadi tokoh utama dalam sebuah cerita? Jangankan menjadi tokoh utama dalam sebuah cerita, menjadi tokoh utama dalam hidup saja ia tidak yakin akan menjadi menarik.

Dirinya bukan anak populer di kelas maupun di sekolah, dan bukan juga golongan-golongan anak yang rajin mencari masalah serta menambah nama di ruang BK.

Dirinya hanya murid biasa, tidak terlihat, terlalu mudah dilupakan, dan perlu ditekankan tak-ada-yang-spesial-sedikitpun dari orang sepertinya.

Perlahan Radin menggeleng prlan. Mungkin Rein salah orang, dan lihat saja mungkin sebentar lagi cewek itu akan bosan menulis cerita dengan tokoh utama seperti dirinya.

"Setiap orang punya kisah yang ingin ia ceritakan dalam hidupnya, dan itu berarti setiap orang menjadi tokoh utama dalam hidupnya," ucap Rein seraya memiringkan kepala memerhatikan ilustrasi yang baru saja ia coret di belakang buku tulisnya.

Sontak Radin menoleh, sedikit bergidik. "Lo..." Radin memejamkan mata sejenak, berusaha mungkin mengusir segala bentuk pikiran yang berkerumun di dalam kepalanya. "Lo bisa baca pikiran orang?"

Gelak tawa kontan memenuhi bangku Radin, Rein menggeleng pelan, menyeka kedua sudut mata. "Ya enggaklah. Dari sifat kamu saja, aku udah tahu gimana sudut pandang kamu."

"Ha?" Radin tercengang, entah suatu keuntungan atau tidak, yang pasti jika Rein bisa membaca-sudut pandang atau apapun itu namanya-maka susah baginya untuk bersembunyi kembali. "Gimana bisa?"

Boy Under The Rain [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang