Epilog

5.9K 250 78
                                    

Air mata Shilla pun tak terbendung lagi.

Ya, Shilla menyerah.

Ia sadar, ia tak mungkin melupakan perasaannya terhadap Vano.

Walau Shilla tak mengingat momen dimana Vano mengecup lembut dahinya. Namun shilla dapat merasakan nyaman ketika berada disebelah Vano.

Bukan karena Vano tampan. Tapi karena Shilla yakin, Vano satu satunya lelaki yang tulus menyayanginya tanpa kata karena.

Kini Shilla duduk sendiri sambil menatap langit yang sebentar lagi akan menampilkan momen magic hour.

"Shilla?"

Shilla yang sejak tadi menundukkan kepalanya kini menoleh kesumber suara yang sangat tak asing untuk ia dengar.

Mata Shilla terpaku menatap lelaki itu.

Lelaki yang sejak dulu tulus mencintainya.

Lelaki yang selalu berada disebelahnya disaat ia terpuruk.

Lelaki yang kemarin meminta kesempatan kedua, namun ia tolak.

Ya, Alvano.

"Vano?!" Ujar Shilla kaget hingga membuat gadis itu berdiri kaget.

Lelaki itu mengerutkan dahinya menatap heran kearah Shilla, "Lo--ngapain disini?"

Hingga tiba tiba senyuman Shilla mengembang sambil menahan tangisan harunya dan berlari memeluk lelaki itu dengan erat.

"Jangan pergi!"

"Gue ga pergi. Gue disini,Shil."

"Maaf, Gue--kemaren salah. Gue bohong sama diri gue sendiri."

Lelaki itu pun membalas pelukan Shilla.

"Gue gamau lo pergi ninggalin gue lagi. Gue juga ga rela kalo harus liat lo bahagia sama cewe lain selain gue. Gue--gue sayang sama lo." rengek Shilla dalam pelukan Vano.

Vano terkekeh pelan.

Ia berharap ini bukan mimpi, begitupun Shilla.

"Gue juga sayang sama lo. Gue juga gamungkin bahagia sama cewe selain lo." Ujar Vano yang kini melepas pelukannya.

Vano kemudian menangkup wajah Shilla dengan kedua tangannya, "Karena gue cuma mau Shilla. You are more than enough for me. It's always been you Shil."

Shilla pun menangis, namun bukan tangisan pilu melainkan tangisan haru.

Kemudian Vano pun menarik kedua tangan Shilla kedalam genggamannya, "Maaf, gue udah buat hubungan kita jadi serumit ini. Andaikan dulu gue punya keberanian untuk ngungkapin perasaan gue dan gabuat lo salah paham, semuanya gabakal gini. Maaf Shil.. Maaf selama ini gue selalu buat lo kesal, kecewa, bahkan buat lo nunggu." Ujar Vano sambil menghapus lembut airmata dipipi Shilla.

Shilla pun tersenyum sambil mengangguk, "Kita mulai semua dari awal, ok?" Bisik Vano didalam pelukannya.

Shilla mengangguk.

"I love you." Bisik Vano ditelinga Shilla.

Shilla lagi lagi tersenyum.

"Love you too."

Hingga tanpa mereka sadari dari kejauhan sepasang kekasih tengah memperhatikan mereka sejak tadi.

"Huft, akhirnya tugas kita selesai." Ujar Michele sambil berpura pura menyeka keringat didahinya.

Vero pun mengikuti gaya Michele.

"Huft, iya. Capek juga ya ternyata nyatuin ABG labil kaya mereka."

PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang