Bagian 12

4.5K 327 21
                                    

Sorry karena updatenya rada telat🙏  tapi aku pasti usahain buat update seminggu sekali.

F.y.i Read Michel = Misyel NOT Maikel. Thanks👌

Btw akhirnya aku telah memutuskan untuk jadiin Jefri Nichol as Arez.

Happy Reading guys!! ✌

❤❤❤

Kini Arez tiba didepan pintu rumah Shila.

Lelaki itu mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu rumah bercat putih dihadapannya, namun kemudian kembali menurunkan tangannya.

"Mungkin Shila udah tidur." Ujar Arez pada dirinya sendiri. "Lebih baik gue balik aja. Ya, gue harus balik."Lanjut Arez yang kemudian membalikkan tubuhnya untuk berniat meninggalkan rumah Shila.

Namun lagi lagi Arez membatalkan niatnya, "Atau gue coba ketok aja, siapa tau Shila belum tidur." Ujar Arez kembali mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu rumah Shila.

Dan ya, memang dasar Arez labil. Ia lagi dan lagi membatalkan niatnya, ia menurunkan tangannya kembali.

Hingga tiba tiba suara derap langkah kaki dibelakangnya terdengar.

"Arez?!" Pekik Michel yang kini berjalan menuntun Shila.

"Shil, kamu kenapa?" Ujar Arez yang kini menggantikan posisi Michel, menuntun Shila.

Shila terlihat pucat dan seakan kehilangan semangat hidup saat ini.

"Hei, Shil. Kamu kenapa?" Ujar Arez lagi.

Namun Shila hanya tersenyum kaku dan menggelengkan kepalanya.

"Em--Shil, lo masuk luan aja. Biar gue yang nyeritain semua ke Arez. Gih sana masuk." Ujar Michel.

Dengan lembut Arez mengusap pucuk kepala Shila, "Pokoknya kamu langsung istirahat. Jangan mikir macem macem, oke?" Ujar Arez yang kemudian dibalas anggukan oleh Shila.

Setelah Shila masuk, kini Michel lah yang berdiri dihadapan Arez.

"Rez," Ujar Michel dengan tatapan yang sulit diartikan Arez.

"Kenapa?"

"Lo sayang kan sama Shila?" Ujar Michel.

Dengan mantap Arez mengangguk menjawab pertanyaan Michel.

"Iyalah. Gue sayang banget sama Shila. Kenapa sih? Tumben lo nanya beginian sama gue."

"Tadi, Vano kecelakaan."

"Terus?"

"Lo tau kan--- maksud gue Shila dulu sayang banget sama Vano. Bahkan sejak mereka kecil. Lo bisa liat tadi Shila hancur banget."

"Gue gaperduli." Ujar Arez datar jika tengah menyangkut tentang kisah Shila dan Vano dimasa lalu.

"Rez, gue tau lo sayang sama Shila. Tapi bisa ga sih lo berhenti egois? Tolong berhenti egois buat maksain Shila sayang sama lo."

"Gue ga ngerti maksud lo. Gue balik." Ujar Arez yang berbalik ke arah sepeda motornya.

Namun dengan cepat Michel menahan Arez untuk tidak pergi, "Arez! Tunggu. Gue belum selesai."

Arez pun menghela nafasnya berat, kemudian kembali berdiri dihadapan Michel.

"Apa lagi?"

"Dengan Vano kecelakaan gini, dan dengan liat reaksi Shila saat ini, gue yakin lo paham sebesar apa rasa cinta Shila ke Vano."

Arez mengepalkan tangannya kuat.

"Gue mohon Rez, kasih mereka waktu untuk nyelesain masalah mereka tanpa adanya lo diantara mereka."

Arez memicingkan matanya erat, kemudian ia seakan tak mampu menahan emosi nya yang kini semakin meluap,

"Gue tanya, waktu apa lagi?! Bukannya dari dulu, mereka punya banyak waktu. Tapi apa?! Vano menyia-nyiakan waktu itu hanya untuk nyakitin Shila!" Ujar Arez.

"Jadi buat apa lagi? Lo nyuruh gue untuk liat satu satunya cewek.yang gue.sayang! disakiti sama cowok brengsek kaya dia lagi?!" Lanjutnya dengan emosi yang kini semakin meluap.

Michel hanya diam dan berusaha mencerna kata kata Arez tadi. Memang Michel mengakui kebenaran dari setiap perkataan yang lolos dari mulut Arez tadi.

Namun, Michel adalah kembaran Shila. Michel tau betul apa yang Shila rasakan saat ini. Berada di antara dua hati itu sangat membingungkan. Jika memang harus ada yang tersakiti, Michel berfikir Arez adalah orang yang tepat.

Karena Arez adalah orang baru dikehidupan Shila dan Vano, yang tak mengerti apa apa tentang segalanya.

"Iya. Lo bener, selama ini mereka udah buang buang waktu. Tapi, sejak lo datang, sekarang mereka ngerti apa yang harus mereka lakuin."

"Jadi gue mohon--Gue mohon sama lo. Jauhi Shila!" Ujar Michel tajam kepada Arez.

Arez menggeleng.

"Enggak! Gue gabisa." Ujar Arez yang kini berbalik dan menaiki sepeda motornya.

"Gue kira lo sayang sama Shila." Ujar Michel menghentikan gerakan Arez yang hendak memasang helmnya.

"Gue sayang sama Shila." Balas Arez datar.

"Bukannya seseorang yang mencintai, rela melakukan apapun untuk membuat orang yang dia cinta bahagia?" Terang Michel.

Arez diam. Jika menyangkut kebahagiaan Shila, Arez tidak dapat berkata apa apa.

Karena kebahagiaan Shila adalah tujuannya untuk tetap hidup.

Arez memejamkan matanya sambil menahan rasa ngilu dihatinya. "OKE."

"Gue kasih Shila waktu untuk nentuin keputusan dia, antara Gue dan Vano. Tapi cukup selama 2 minggu. Ga lebih." Ujar Arez dingin dan kemudian melajukan sepeda motornya dengan kecepatan tinggi.

Michel pun tersenyum tipis setelah Arez pergi.

"Sekarang gue tau Rez. Kalau nanti pilihan Shila jatuh di Vano. Shila pasti udah buat kesalahan terbesar dalam hidupnya. Karena lo. Cuma lo cowok yang tulus sayang sama Shila, kembaran gue." Batin Michel dan kemudian berbalik memasuki rumahnya.

PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang