Bagian 25

3.9K 263 10
                                    

Pagi ini seluruh siswa dan siswi  kelas 12 SMA Merpati tengah berkumpul dilapangan untuk mendengarkan pengumuman dari Kepala Sekolah.

"Baik anak anak. Disini saya menghadirkan kalian dilapangan bertujuan untuk memberikan satu pengumuman penting."

Semua murid pun tampak saling berbisik menduga duga apa sekiranya pengumumamn penting itu.

"Jadi, pada hari senin 10 desember besok, kalian akan menjalani wisata tahunan SMA Merpati ke Bogor."

Sontak seluruh penjuru lapangan bergema akibat sorak sorai para siswa dan siswi.

"Yeeaay!! Liburaan!!" Teriak Shilla girang.

Milly yang berada disebelah Shila hanya mampu tersenyum sambil menggeleng melihat tingkah Shilla yang sudah lama tak ia lihat.

Berbeda dengan Gita yang kini berbaris disebelah Vano. Gita yang biasanya pasti akan bersorak seperti Shilla, kini malah biasa saja. Ia hanya diam tak memberikan ekspresi sama sekali.

Vano pun sedikit menundukkan kepalanya sambil mencoba menatap wajah Gita yang berbaris disebelahnya.

"Lo sakit?" Tanya Vano khawatir melihat ekspresi Gita saat ini.

Gita menggeleng.

Vano pun mengangkat tangannya untuk mengecek suhu tubuh Gita.

Namun dengan cepat ditepis oleh Gita.

"Enggak Van. Gue baik baik aja." Ujar Gita.

Jujur saja, mood nya saat ini masih belum membaik akibat kejadian kemarin malam.

Vano pun kemudian mengangguk mencoba memahami kondisi Gita yang sedang tidak mood saat ini.

"Setelah ini, para anggota OSIS saya harap untuk tinggal ditempat."

Sontak seluruh anggota OSIS pun menghela nafas berat. Mereka yakin pasti saatnya pembagian tugas.

"Yah, pembagian tugas nih pasti." Ujar Michela kepada Vero.

"Sabar ya sayang." Ujar Vero sambil mengelus pucuk kepala kekasihnya itu.

"Kamu bilangin aku sabar kaya kamu ga OSIS aja." Gerutu Michel kepada kekasihnya yang kini bersikap santai.

"Ya aku mah dikasih tugas seberat apa juga bakal tetep senang. Kan ada kamuu." Goda Vero yang langsung membuat Vano bergidik ngeri melihat kembarannya itu.

Semua siswa kelas 12 pun bubar kecuali anggota OSIS.

"Oke, anak anak. Ayo ayo sini baris." Ujar salah satu guru kesiswaan di SMA Merpati.

"Jadi, jangan lupa kalau kalian adalah anggota OSIS yang bertugas membantu guru untuk melancatkan kegiatan ini."

"Iya Pak." Ujar seluruh anggota OSIS pasrah.

"Bapak disini ingin membagi tugas kalian. Setiap ruangan harus ada dua orang koordinator. Mengerti?"

"Mengerti pak." Ujar seluruh anggota OSIS pasrah.

"Oke. Jadi untuk koordinator ruang 1 bapak memilih Gita dan Alvano."

Vano hanya mengangguk paham. Sementara Gita harus berperang dengan hati dan pikirannya.

Haruskah ia senang atau malah menyiapkan hatinya untuk tidak berharap lagi dengan Vano.

"Koordinator ruang 2, yaitu Michella dan Alvero."

Vero pun bergumam 'yes' ibarat baru saja mendapat jackpot.

"Lalu, koordinator ruang 3 bapak memilih Ashilla dan Genta."

'What?! Ruang 3 ? Itu kelas Arez. Ga. Gaboleh.'

"PAK! Saya gabisa."

"Kenapa?"

"Sa--saya--"

'Gamungkin kan gue bilang ,itu kelas mantan saya pak. Muke gile gue ngomong gitu. Aduh, terus alasan gue apa dong?!' Batin Shila bingung.

"Oh iya, saya lupa. Untuk keputusan yang telah saya buat, tidak ada yang bisa membantahnya atau bisa dibilang tidak ada protes protesan. Kaya demo aja."

"Tapi paak--"

"Saya bilang tadi apa? Hm??!" Ujar guru olahraga tadi sambil melototkan matanya kearah Shila yang hendak protes lagi.

"Pak! Kalau gitu saya tukar aja sama Shila. Biar saya koordinator ruang 3 dan Shila diruang 1."

Mendengar ucapan Gita, Vano langsung mengerutkan dahinya.

"Jangan pak! Lagian, saya rasa Shila lebih mengenal anak anak di ruang 3 daripada Gita. Jadi menurut saya lebih baik seperti apa yang bapak bilang tadi." Ujar Vano santai.

Shila menatap Vano seakan ingin mencabik cabik wajah tampan sahabatnya itu saat ini juga.

Sementara Vano hanya menaikkan sebelah alisnya kepada Shila sambil tersenyum tipis, kemudian menatap Gita disebelahnya malah tak menampilkan ekspresi apapun.

Pak Gerry pun tampak memutar mutar kumisnya, andalan ketika ia sedang berpikir.

"Nah!! Bener!" Ujar Pak Gerry tiba tiba.

"Iya! Benar! Apa yang dikatakan Vano benar sekali. Lagian saya tadi sudah bilang tidak ada bantahan. Kenapa kalian jadi buat saya pusing begini."

"Ma--maaf pak." Ujar Gita dan Shila.

"Lanjut ya," Ujar Pak Gery yang kemudian kembali membacakan tugas tugas mereka.

'Gita kenapa ya? Aneh.' Batin Vano sambil sesekali melirik ke arah Gita yang mengabaikannya sejak tadi.

PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang