Bagian 22

4.2K 276 13
                                    

"Vano mana sih," Gerutu Gita ketika berusaha mencari sosok Vano di penjuru kantin.

Hingga tiba tiba matanya menangkap bayangan lelaki itu.

Namun, kini Gita juga menangkap bayangan Shila.

Ya, Vano dan Shila tengah duduk di salah satu meja sambil terlihat tertawa sesekali.

'Mereka keliatan bahagia. Apa gue pantes ada di antara mereka lagi?' Bagin Gita.

"Eh, liat deh. Itu kak Shila kecentilan banget ya. Masa dia kemaren baru putus dari kak Arez, sekarang malah nempel nempel kak Vano lagi. Ganjen banget kan." Ujar seorang siswi yang kini duduk membelakangi Gita.

Gita yang berdiri tepat dibelakang siswi jjnior itu langsung mengeluarkan tatapan mautnya.

"Eh, apaan sih lo. Udah yuk pergi aja." Ujar teman dari gadis yang menjelek jelekkan Shila tadi.

Namun gadis itu masih belum sadar bahwa Gita berada dibelakangnya, "Apaan sih. Makanan gue belum abis juga." Gerutu nya kesal.

"Eh, udah lah. Gaenak nyeritain orang."

"Lo kenapa? Kok tumben ga tertarik gosipin cewek gatel itu?" Ujar gadis itu yang semakin membuat emosi Gita memuncak.

Memanh Gita mencintai Vano, tapi jika dia tau Vano memilih Shila bukan berarti dia bisa membenci Shila. Karena memang, Gita menyayangi Shila sebagai sahabat.

Dengan gaya khas Gita yang memang tak pernah takut dengan apapun, kini ia malah duduk disebelah adik kelasnya itu.

"Segitu gapunya bahan cerita lagi ya lo sampe sampe nyeritain sahabat gue." Ujar Gita yang kini menumpukan kedua tangannya diatas meja sambil menatap mata gadis yang berada disebelahnya itu.

"Eh-- k--kak Gita."

Gadis itu terlihat pucat pasi.

"Terus terus, gimana lagi?"

"Eng-- a--anu kak, a--aku--"

"Oh ya, btw lo tau juga gak tentang kehidupan Shila? Atau yang lainnya gitu. Sampe sampe lo ngatain dia ganjen."

"E--enggak kak."

"Gapapa. Santai aja." Ujar Gita sambil mengelus pucuk kepala gadis itu lembut.

Setelah itu, Gita bangkit. "Lain kali, kalo ngomongin orang, jangan dibelakang. Kalo emang lo gatau apa apa tentang kehidupan orang itu, GAUSAH nge judge seenak jidat lo. Oke?" Ujar Gita penuh penekanan disetiap kalimatnya.

Membuat gadis itu jiper seketika.

"Aaa!! Lo--" Teriak gadis itu ketika minumannya tumpah mengenai roknya akibat tersenggol alias sengaja disenggol Gita yang kali ini berpura pura tidak sengaja.

"Ups, sorry! Gue ga sengaja. Maaf ya." Ujar Gita dengan tampang memelas tentunya hanya berpura pura.

Sontak perhatian seluruh penjuru kantin mengarah kearah mereka.

Sempat ingin memberontak Gita, namun gadis itu membatalkan niatnya karena ia tau Gita adalah si ratu bullying breaker, "Ga--gapapa kok kak." Ujar gadis itu masih gemetar dan kemudian menarik tangan temannya untuk meninggalkan kantin pada saat itu juga.

Gita langsung tersenyum dan kini memutuskan untuk bergabung dimeja Shila dan Vano.

"Berduaan aja terus." Sindir Gita kepada Vano dan Shila.

"So--sorry Git. Btw makasih ya, tadi lo belain gue didepan--"

"Santai Shil. Everything i do for you my bestie." Ujar Gita sambil memeluk sahabatnya itu.

"Gue ga dipeluk juga?" Goda Vano kepada Gita.

"Gausah ngomong sama gue deh. Gue lagi ngambek sama lo!"

"Lah kenapa?"

"Lo tadi ngacangin gue seharian dikelas. Sekarang lo ga ngajak gue ke kantin dan malah cuma beduaan sama Shila. Intinya gue kesel sama lo!" Omel Gita.

"Sorry Git. Tadi gue--"

"Permintaan maaf ga diterima sebelum lo traktir gue makan di cafe Frenza. Gimana?"

Vano langsung tersenyum.

"Beres bos!" Ujar Vano lantang.

Shila dan Gita pun kini tertawa melibat tingkah Vano yang terlihat imut itu.

***

"Awas!" Ujar Arez ketika Fandy yang ingin mendaratkan bokong dikursinya sendiri, alias didepan Arez.

Alhasil Fandy pun membatalkan niatnya dan membalikkan tubuhnya kesal kearah Arez.

"Kenapa lagi sih Rez?"

"Gue cuma pengen bilamg, tadi ada kakek kakek yang duduk dibangku lo. Hampir aja lo dudukin."

"Anjir lo! Bulu kuduk gue merinding nyet! Ah, Arez mah tega liat Fandy ketakutan." Rengek Fandy yang kini berlari kearah Arez dan menempelkan tubuhnya kepada Arez.

Fandy yang memiliki jiwa paling penakut kini keringat dingin ketika mendengar perkataan Arez tadi.

"Apaan sih Fan. Udah, elah. Udah gaada. Udah pergi dia."

"Serius?" Ujar Fandy.

"Iyaa." Ujar Arez yang kini menjauh karena merasa jijik dengan Fandy yang menempel padanya.

"Sekarang dia dimana?"

"Disebelah bangku lo." Ujar Arez santai.

"Aaa sialan lo Rez! Gamau tau gue. Pokoknya lo pangku gue sekarang! Gamau tau!!" Teriak Fandy histeris.

Namun tiba tiba Bobby datang dan dengan santainya menduduki bangku disebelah bangku Fandy.

Sontak Arez dan Fandy saling melempar tatap.

"Lo berdua kenapa liatin gue gitu amat? Gue ganteng ya?" Ujar Boby pede.

Fandy berbisik kepada Arez, "Kakeknya gimana Rez? Keduduki Bobby ya? Penyet ga?"

Dengan suara berbisik juga Arez mengatakan, "Aman. Kan sebelum Bobby duduk tuh kakek udah pindah kesebelah lo. Tuh dia lagi liatin lo."

"Huaaa!! SETAAN!!" Teriak Fandy yang kini langsung berlari keluar kelas.

'Temennya alay ya ndok. Kakek padahal ga niat gangguin dia.' Ujar sosok lelaki tua disebelah Arez.

Arez kemudian tertawa menanggapi perkataan sosok itu.

'Setidaknya, dengan ini gue bisa nutupin perasaan kehilangan gue tentang Shila. Btw, apa Shila udah makan? Dia lagi apa ya? Apa gue samperin aja kali ya?--Sial!  kenapa selalu Shila sih yang ada diotak gue!! Aargh!' Batin Arez frustasi ketika sejak pagi tadi Arez tak bisa berhenti memikirkan Shila sang mantan.

PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang