Bagian 16

4.1K 307 2
                                    

Shila melangkahkan kakinya ke kantin bersama Milly.

"Mil, situ yuk." Ujar Shila sambil mengajak Milly duduk di bangku sudut kantin.

Milly pun mengangguk.

"Eh, gue pesan makan dulu ya." Ujar Shila.

"Oke. Gue biasa ya."

Shila mengangguk dan meninggalkan Milly.

Shila pun mulai berbaris di antrian untuk mengambil pesanannya. Untungnya Shila cepat datang, hingga ia tak perlu mengantri terlalu lama untuk mengambil makanan.

Giliran Shila, "Ini uangnya bu." Ujar Shila sambil memberikan uangnya kepada bu Titin.

"Eh neng Shila. Udah lama ga keliatan. Kemana aja neng?" Ujar penjual makanan di kantin itu sambil membuat pesanan Shila.

"Nemenin Vano bu."

"Lah ? Vano kenapa?"

"Kecelakaan."

"Yaampun, kalo gitu sampein salam ibu ke dia ya Shil. Masa cogan ibu malah lecet." Ujar Bu Titin sambil membrrikan pesanan Shila.

Shila tersenyum, "Oke bu."

Disaat Shila berbalik, tiba tiba ia harus terpijak tali sepatunya sendiri.

"Aaa!!"

Bam!

Nampan yang tadi berada ditangan Shila kini jatuh terhempas ke lantai.

Untungnya Shila dapat menyeimbangkan tubuhnya, hingga ia tidak jatuh.

Namun sialnya, makanan yang tadi Shila pesan harus mengenai tubuh atletis seorang lelaki berwajah tampan dihadapannya.

"Arez!" Pekik Shila menutup mulutnya melihat baju Arez yang basah dipenuhi kuah siomay.

"Maaf-- ta--tadi gue--" Shila sangat gugup. Ia yakin Arez akan marah kepadanya.

Dengan wajah datarnya, Arez menatap Shila sambil mengambil tisu diatas meja disebelahnya.

"Gue-- tadi ga sengaja-- sini baju lo-- gue bersihin." Ujar Shila.

Arez menepis tangan Shila pelan, "Gausah." Ujar Arez dengan aura dinginnya.

'Aduh mati gue. Arez pasti marah banget.' Batin Shila.

Semua mata di penjuru kantin menatap ngeri ke arah Shila, namun ada juga yang tersenyum senang melihat Arez yang bertingkah cuek kepada pacarnya itu, siapa lagi kalau bukan penggemar lelaki berhidung mancung itu.

"Rez," Panggil Shila berusaha meminta maaf kepada kekasihnya itu.

Setelah Arez membersihkan bajunya, ia pun mengalihkan pandangannya ke arah Shila.

"Rez-- maafin gu---" Ucapan Shila terhenti.

Kini Arez malah jongkok dihadapannya.

Ya, Arez mengikat tali sepatu Shila.

Shila merasa jantungnya akan lepas saat ini.

Semua manusia dipenjuru kantin sontak merasa melihat adegan drakor secara live. Ada yang berteriak histeris ketika melihat tingakh manis Arez kepada Shila.

Ada juga yang berdengus sebal.

Namun yang pasti Shila tak menyangka. Shila pikir Arez kan marah dan malah membentaknya didepan umum seperti apa yang dulu pernah Vano lakukan kepadanya.

Namun kenyataannya, Arez justru tidak terlihat berniat untuk membentak Shila.

Jantung Shila lagi,lagi dan lagi berdetak kencang ketika mendapat perlakuan tak terduga dari Arez.

Setelah selesai mengikat tali sepatu Shil, Arez bangkit dan mendekatkan bibirnya ke telinga Shila, "Lain kali kalo tali sepatu lo lepas, diikat. Jangan dibiarin kaya tadi. Untung lo jatuh ke arah gue, jadi gue ga perlu ngerasain hal yang lebih berat dari rindu." Ujar Arez yang kini menatap Shila lembut.

"Le--lebih berat da--dari rindu? Apa?" Ujar Shila gugup.

"Cemburu." Ujar Arez yang kemudian menjauhkan wajahnya dari Shila.

"Neng Shila, ini Ibu buatin siomaynya lagi." Ujar Bu Titin setelah melihat kejadian tadi.

Shila malah masih mematung. Berusaha mengubah detak jantungnya menjadi normal kembali.

Justru Arez yang melangkah, mengambil pesanan Shila, "Makasih, bu." Ujar Arez.

"Duduk dimana?" Ujar Arez santai sambil membawakan makanan Shila.

"Eh? Di--disitu." Tunjuk Shila kearah bangku di pojok kantin.

"Ayo." Ujar Arez yang kini berjalan menuntun Shila ke bangkunya.

Setelah meletakkan pesanan Shila, Arez langsung berbalik meninggalkan Shila tanpa basa basi seperti biasa.

"Rez--" Panggi Shila sambil menarik sisa baju dipinggang Arez.

Arez menatap tangan Shila yang menggenggam bajunya, kemudian beralih menatap wajah gadis yang sangat i sayangi itu

"Makasih." Ujar Shila pelan.

Arez pun mengangguk tanpa berbalik mengahdap Shila.

Shila pun melepas tangannya dari baju Arez. Tanpa sepatah kata, Arez pergi begitu saja.

Kali ini Shila bertemu Arez yang tidak seperti biasanya, Arez biasa akan menggodanya, atau sekedar meminum minumannya, atau bahkan menatapnya saja jika bertemu Shila di kantin.

Namun, kali ini Arez berbeda.

'Dia Arez bukan sih? Kok beda. Apa selama ini memang gue yang terlalu jahat sama dia? Sampe sampe Arez nyerah buat gue? Apasih Shil yang lo pikirin! Aneh.'

'Gue cuma ngasih lo ruang bebas untuk memilih pelabuhan terakhir hati lo, Shil. Gue ga akan pergi, gue tetap ada disisi lo walaupun hanya dalam diam.' Batin Arez sambil melangkah pergi meninggalkan Shila yang kini menatap heran kepergian Arez.

PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang