Bagian 41 : Gita's Letter

4.3K 246 56
                                    

Mulai saat ini, hari ini,
menit dan detik ini,
aku memutuskan untuk
Berhenti berjuang meraih hatimu.
Aku tau kau menyayangiku
walau sebatas sahabat.
Dan menyadarkanku
bahwa cintamu memang
tak akan pernah hadir untukku.

Biar musim berganti.
Biar bulan berganti tahun.
Biar rasa ini tumbuh,
hingga suatu saat akan gugur
layaknya dedaunan dimusim gugur,
terbang terhembus angin
hingga menemukan tempat baru..
Entah dimana.
Aku pun tak tahu..

Terima kasih
pernah membuat hari hari ku
lebih indah.
Dan membuatku paham
bagaimana rasa mencintai namun tak dicintai.
Rasa harap untuk memiliki dirimu yang tak mungkin kugapai.

Van, i wish you happier with her. My beautiful bestie ever :)

-Gita-

***

Siang itu suasana lapangan SMA Merpati tengah ricuh. Dimana semua angkatan yang akan lulus tahun ini tengah berkumpul dan bersorak sorai seakan mengatakan mereka telah bebas dari ikatan Ujian Nasional yang telah dinanti 3 tahun.

Ya. Ujian Nasional telah berakhir.

Banyak yang tertawa bersama sahabat.

Ada juga yang menangis seakan berat melepaskan sahabat yang telah menemani dibangku SMA.

Namun berbeda dengan Vano.

Ia hanya duduk diam di rooftop sambil menatap sepucuk kertas digenggamannya.

Gita.

Gadis itu pergi.

Tepat dihari ini, setelah selesai UN, Vano hanya mendapat surat ini dari Michele.

Surat terakhir dari Gita.

Setelah membaca surat Gita, Vano menghela nafasnya panjang hingga kemudian menatap ke arah lapangan sekolahnya yang tampak ramai saat itu.

Namun tetap saja mata Vano tertuju pada satu gadis yang selalu menjadi alasan utamanya untuk tersenyum.

***

"Yeay! Akhirnya kita lulus!  Gue seneng banget! " Teriak Michele antusias.

Shilla dan Milly pun ikut melompat dan tertawa bahagia bersama.

Namun, tiba tiba Shilla merasakan keanehan diantara mereka.

Shilla pun melepas rangkulannya dari pundak Milly dan Michele.

"Eh bentar bentar." Ujar Shilla.

"Kenapa Shil?"

"Gita dimana?"

Michele dan Milly hanya saling melempar tatap.

"Gatau." Ujar Michele sambil menaikkan bahunya tanda tak tahu.

PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang