Bagian 36

3.6K 256 52
                                    

Senja berganti malam. Suka berganti duka. Cinta berganti kecewa.

Itulah yang Shilla rasakan.

Shilla duduk menatap kosong kearah jalanan kosong dihadapannya.

Seakan segala kenangan bersama Arez masih terukir indah di benaknya.

"Gue kira lo hadir sebagai penyembuh luka, tapi nyatanya lo hadir cuma buat nambah luka, dihati gue." Ujar Shilla sambil sesekali menghapus airmatanya yang dengan mudahnya keluar dari kedua matanya.

"Kenapa takdir harus pertemuin gue sama dia kalo ujungnya gue cuma jadi orang bego kaya gini!"

Shilla berusaha menarik nafas dalam guna menghilangkan sedikit sesak didadanya.

"Gue benci sama Arez! Gue benciiii!!" Teriak Shilla seorang diri ditengah sepinya malam.

*****

Arez duduk termangu diatas motornya sambil menatap lokasi kejadian dimana nyawa Bella direnggut.

Kehilangan untuk kedua kalinya, bukanlah hal yang mudah bagi Arez.

Ia yakin kali ini Shilla pasti sangat hancur.

Arez masih bingung dengan perasaannya sendiri.

Apakah selama ini ia memandang Shilla sebagai Bella atau ternyata Shilla telah berhasil membuatnya lupa dengan Bella dan membuat Arez benar benar jatuh hati kepadanya.

Arez mengusap wajahnya kasar.

"Lo bego Rez!" Suara itu kini menghampiri telinga Arez.

"Bella?!" Ujar Arez kaget.

"Mau sampe kapan sih lo bisa lupain gue?! Kenapa lo harus nyakiti perasaan cewek itu cuma karena gue!" Teriak Bella tepat dihadapan Arez.

Arez menatap nanar ke arah arwah Bella yang kini berada dihadapannya.

Bella menjulurkan tangannya, menangkup wajah tampan Arez. Walaupun Bella yakin Arez tak dapat lagi merasakan hangat sentuhannya.

"Rez, lupain gue ya. Gue capek. Gue juga pengen tenang, Rez. Please.." Ujar Bella.

Arez memejamkan matanya, tanpa sadar lelaki itu menitihkan airmatanya.

Kali ini, Arez terisak.

Arez mengangguk, "Maaf.." lirih Arez.

"Rez, coba buka mata kamu."

"Coba kamu tanya hati kecilmu, siapa yang ada disana. Bukan Bella, Rez. Bella yakin.."

"Coba deh bayangin gimana dulu perjuangan Arez buat dapetin Shilla, gimana manisnya Shilla kalo senyum. Please Rez, logika kamu memang masih memikirkanku, tapi hati.. kamu gabisa bohong soal itu." 

Mendengar perkataan Bella tadi Arez merasa pedih dihatinya ketika kehilangan Bella kini kembali setelah mengingat bagaimana raut wajah kecewa Shilla tadi saat menatap dirinya.

Arez pun mengangguk. "Sorry Bel, sekarang.. Gue sadar. Gue sayang sama lo, tapi Tuhan lebih sayang. Dan sekarang gue ikhlas, Bella pergi selamanya.."

Kemudian Bella pun mulai menghilang dari pandangan Arez dengan perasaan damai.

Arez memejamkan matanya sejenak, hingga kemudian ia melihat sesosok gadis dibenaknya.

"Shilla,"

"Iya, Shilla. Gue harus cari dia." Ujar Arez yang kemudian menyeka airmatanya dan mulai kembali melajukan kendaraannya.

****

Setelah merasa lelah menangis sepanjang jalanan komplek menuju rumahnya, kini akhirnya tangan Shilla menyentuh pagar rumahnya dengan lemah.

"Shilla," Panggil seorang pria yang Shilla sangat hapal suaranya.

Shilla pun berbalik untuk melihat asal suara pria yang memanggil namanya tadi.

Tatapan hancur tergambar jelas diwajah Shilla ketika menatap pria itu.

Hingga tiba tiba lelaki itu menarik lengan Shilla agar gadis itu dapat ia rengkuh kedalam pelukannya.

Shilla pasrah menyandarkan kepalanya diatas dada bidang lelaki itu dan menumpahkan segala air mata dan kesedihannya didalam pelukan lelaki yang selalu berhasil membuat Shilla nyaman.

Shilla kini menangis sejadi jadinya didalam pelukan lelaki itu.

Lelaki itu mengelus lembut rambut Shilla sambil berharap bahwa kesedihan Shilla mereda secepatnya.

"Gue bilang jangan nangis. Gue benci liat lo nangis. Keliatan bodoh."

Bukan malah berhenti, kini Shilla justru semakin memeluk lelaki itu erat dan menangis sejadi jadinya.

Tanpa mereka sadari, dari jarak yang cukup jauh, kedua pasang mata tengah menatap mereka dengan perasaan yang sulit untuk di ungkapkan.

Entah itu cemburu, kecewa, atau kesal.

'Mungkin, gue emang cuma figuran dalam kisah cinta mereka.' Batin gadis berambut hitam legam yang kini harus mengurungkan niatnya untuk mengunjungi rumah Shilla.

'Satu satunya manusia paling bodoh dimuka bumi adalah lo Rez. Lo mulai semua permasalahan ini, dan saat ini lo terima resikonya. Cemburu, salah satunya.' Batin Arez menatap nanar kearah Shilla dan lelaki itu.

Lelaki yang sejak dulu selalu menyayangi Shilla.

Alvano Davian, namanya.

PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang