Bagian 6

5.2K 369 2
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul 01.00

Namun shila masih terjaga sambil memandang langit langit kamarnya.

Memori Shila kembali memutar kenangan dimana ia benar benar memutuskan untuk melupakan Vano.

Hatinya masih ngilu membayangkan hal itu, namun sekeras apapun Shila berusaha melupakannya, tidak pernah berhasil.

#FlashbackModeOn

Dengan bibir mengerucut andalannya jika sudah bete pun mulai menghiasi wajahnya.

Sementara Vano dan Gita terlihat sumringah setelah menonton film favorit mereka berdua yang bergenre action dan notabennya film yang kurang Shila minati.

"Lain kali gue gamau nonton film gituan. Ga ngerti." Gerutu Shila kesal disebelah Vano.

Vano hanya memasang wajah datar menatap Shila yang kini berada disebelahnya.

"Asyik tau Shil. Serius gue suka banget. Apalagi waktu---"

"Stop! Please jangan bahas depan gue."

"Kenapa sih Shil? Sensi amat dari tadi. Toh juga filmnya bagus." Ujar Gita yang merasa sifat Shila kali ini berbeda.

"Tau ah. Gue ke toilet dulu. Nih pegang." Gerutu Shila sambil memberikan popcorn dan minumannya kepada Vano yang sejak tadi menjadi pendengar diantara dua sahabatnya itu.

Vano hanya bisa menyatukan alisnya melihat tingkah Shila.

Shila pun berjalan dengan langkah kesal ke arah toilet.

Ia menatap pantulan dirinya didepan cermin. "Tau gini gue mending gausah ikut. Sakit woy ngeliat Vano sama Gita tatap tatapan mulu. Udah kaya obat nyamuk aja lo Shil. HAHA." Ujar Shila sambil tertawa hambar didepan cermin toilet yang kala itu sepi.

Setelah membasuh mukanya dengan air, Shila pun menarik nafasnya dalam dalam.

"Oke Shil. Lo harus kuat. Fighting!" Ujar Shila sambil mengangkat genggaman tangannya ke udara bak pemeran wanita strong di film film.

*****

🔊 Dygta - Cinta Aku Menyerah

Vano menggenggam tangan Gita dan menatap mata gadis itu penuh harap.

"Lo mau kan?" Ujar Vano.

Gita pun mengangguk pelan, "Iya, gue mau." Lanjut Gita.

Vano pun langsung meraih Gita kedalam pelukannya, "Thanks Git." Ujar Vano sambil mengelus lembut rambut Gita.

Tentunya mereka tak sadar jika sejak tadi Shila menatap mereka.

Tak terasa tetes demi tetes air mata Shila jatuh.

Padahal sejak tadi Shila telah menahan untuk tidak menangis. Harusnya ini adalah malam bahagianya. Namun semuanya hancur.

Kenapa kalian harus jadian di depan gue sih. Batin Shila.

Shila sangat terluka. Kedua sahabat nya bersatu, harusnya Ia senang. Namun kebalikannya, kini hatinya hancur sehancur hancurnya.

Vano, cinta pertamanya harus ia relakan untuk Gita, sahabatnya.

Shila pun memutuskan untuk kembali ketoilet. Ia harus menutupi tangisnya saat ini, agar tidak terlihat lemah didepan Vano dan Gita.

*****

"Shila mana sih? Kok lama." Ujar Gita sambil mengecek arlojinya.

"Coba susul." Saran Vano kepada Gita yang dibalas anggukan.

*****

"Shil," panggil Gita setelah menemukan Shila yang tengah menatap kosong kearah pantulan dirinya dicermin.

"Shil, lo kenapa?" Tanya Gita heran.

Shila menggeleng.

"Terus?"

Tiba tiba Shila mengulurkan tangannya kearah Gita.

"Selamat ya." Ujar Shila dengan senyum yang ia usahakan untuk hadir dibalik lukanua kali ini, "Gue ga nyangka akhirnya kalian bisa jadian juga.Gue harap kalian bahagia terus ya. Longlast Git." Ujar Shila dengan suara tersangkut ditenggorokan.

Awalnya Gita mengerutkan dahinya, hingga kemudian Gita tersenyum dan membalas uluran tangan Shila,"I--iya. Sorry gue ga ngasi tau lo sebelumnya Shil. Tapi gue serius, sayang banget sama dia. Gue gabakal biarin dia pergi lagi kaya bokap yang ninggalin Nyokap gue, Shil. Jangan marah ya. Pelase." Ujar Gita memohon sambil memegang tangan Shila.

Shila tak sanggup lagi. Hatinya perih mendengar penjelasan Gita yang seakan tak merasa bersalah dengan apa yang telah ia lakukan.

Seakan Gita tak pernah perduli dengan perasaannya selama ini.

Berjuang bertahun tahun hingga akhirnya harus berakhir seperti ini. Konyol bukan?

"I--iya kok. Gue--gue gabakal marah. Ngapain juga gue marah. Haha." Ujar Shila sambil tertawa hambar.

"Em, Git. Balik yuk." Ujar Shila setelah tersenyum palsu kearah Gita.

Gita pun mengangguk.

"Oke."

Sekarang perasaan gue ke lo cuma sebatas harapan. Ya, cuma harapan yang ga pernah jadi kenyataan. Sekeras apapun gue berjuang, nyatanya lo tetap milih dia. It's always her. And it's never be me. Batin Shila yang kini berjalan menuju ke arah Vano yang juga tengah menatap kearahnya.

#FlashbackModeOff

"Ga mungkin Vano suka sama gue. Vano pasti bohong. Ya, Vano pasti bohong." Ujar Shila berusaha menguatkan hatinya yang mulai goyah.

PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang