Bagian 19

3.8K 289 13
                                    

Aku tak ingin kau terluka mecintaiku, hapuslah airmatamu, dan lupakan aku.

-Shilla

💔💔💔

Tak ada yang membuka suara.

Suasana mencekam didalam mobil Arez semakin membuat Shila gemetar dan takut ketika  Arez  tengah menancap gas sangat cepat. Tidak seperti biasanya.

"Rez--  please. Stop. Gue takut." Ujar Shila gemetar.

Namun Arez tak menghiraukan perkataan Shila.

Geram, Shila pun berteriak disebelah Arez. Ia tak ingin mereka harus berakhir dengan kematian.

"Arez!! Stop!" Bentak Shila, hingga Arez pun menginjak pedal rem tiba tiba hingga membuat kepala Shila terbentur pelan ke dashboard mobil.

"Lo pengen bunuh gue?!" Ujar Shila emosi melihat tingkah Arez kali ini.

Melihat memar di dahi Shila, emosi Arez yang tadi meluap luap, kini mulai mereda.

"Maaf," Ujar Arez yang ini menyentuh dahi Shila.

Dengan cepat Shila menepis tangan Arez.

"Gausah pegang-pegang."

"Tapi jidat lo--"

"Ini kan yang lo mau? Kenapa ga sekalian aja lo terjunin ke jurang." Teriak Shila kesal.

"Maaf." Ujar Arez pelan sambil menundukkan kepalanya, menyesali kebodohan yang ia lakukan tadi.

Mencoba menahan emosinya, Shila pun menatap Arez, "Rez, lo kenapa sih?"

"Gue-- gue takut Shil. Gue-- gue terlalu takut kehilangan lo. Gue takut lo pergi. Gue ga siap nerima kalo suatu saat lo bilang akan milih Vano daripada gue." Ujar Arez serak.

"Rez-- lo kenapa sih ga pernah paham. Gue sama Vano cuma sahabat. Dan gue sama dia udah sahabatan dari kecil. Jadi apa lagi sih yang lo takutin?!" Ujar Shila kesal melihat tingkah Arez ketika hatinya mulai memilih lelaki disebelahnya ini.

Arez tersenyum, meratapi kebodohannya.

"Bener kata Bobby, lo selalu jadiin status kalian sebagai alasan. Sahabat, sahabat. Dan sahabat!" Teriak Arez kesal dan keluar dari mobil.

"Ya emang Vano sahabat gue!" Ujar Shila sambil turun kesebalah Arez yang kini bersandar dipintu mobil.

"Tapi lo gapernah hargain gue Shil! Lo gapernah ngabarin gue hampir dua minggu karena alasan Vano sakit. Pacar mana yang rela liat pacarnya lebih perhatian ke cowok lain? Gue tau gue lebay. Gue ga kaya Vano yang bisa selalu santai menghadapi masalah."

"Dan tatapan tadi-- tatapan yang ga pernah gue dapet dari lo. Itu yang buat gue sakit Shil."

Tanpa terasa, air mata mulai mengalir dimata Shila.

"Rez-- Gue---"

"Kalo emang lo bahagia sama dia--- gue rela. Tapi, nyatanya lo selalu disakiti dia! Gue mohon, sadar. Gue yang ada disisi lo, bukan dia!"

Hati Shila lagi lagi merasakan sakit, namun kali ini oleh orang yang berbeda.

Shila merasa menjadi wanita paling tak tau malu saat ini.

Benar yang dikatakan Arez.

Selama ini matanya hanya terarah ke Vano, tanpa pernah sekalipun melihat Arez yang jelas jelas telah menjadi kekasihnya.

Sikap Shila selama ini ke Vano dan Arez juga sangat jauh berbeda.

'Gue rasa-- gue terlalu jahat buat lo Rez. Gue emang ga oantes dapetin lo.'  Batin Shila.

Shila diam. 'Apa gue mulai jatuh cinta sama Arez? Kenapa rasanya sesakit ini.' Batin Shila.

Kali ini, bukan hanya hati Shila yang hancur. Namun Arez juga.

Kedua insan itu kini hanya menatap sunyinya malam, dan derai ombak yang saling kejar kejaran di sebrang sana.

Pemandangan indah yang sangat jarang Shila temui, kali ini menjadi saksi pertama Shila dan Arez bertengkar sehebat ini.

Keduanya diam, mencoba berpikir dengan tenang sembari merasakan hembusan angin malam yang kala itu terasa sangat dingin.

Hanya desiran ombak yang terdengar.

Hingga akhirnya Shila membuka suara, "Maafin gue." Ujar Shila dengan suara tersangkut di kerongkongan.

Arez yang tadi menatap pantai dihadapannya, kini menoleh kesebelahnya. Kearah Shila.

"Maaf, gue selalu nyakitin lo. Maaf, gue gapernah ngertiin lo." Ujar Shila sambil menatap hampa kedepan.

"Dan maaf, gue gapernah bisa jadi cewe yang baik buat lo. Bahkan gue selalu jadi penyebab luka dihati lo."

Arez memejamkan matanya, berusaha menerima sepenuh hati kelanjutan dari perkataan Shila.

"Mungkin-- emang kita ga seharusnya bersama." Ujar Shila berpura pura rela melepas Arez.

Sambil mengusap airmata Arez, "Mulai sekarang, lo harus lupain gue. Jangan jadi cowok cengeng kaya gini." Ujar Shila.

Memang kali ini Arez terlihat sangat lemah dihadapan Shila. Namun Arez juga telah sadar, bahwa tak ada cinta yang bisa dipaksa.

"Kita putus aja ya," Lanjut Shila sambil tak dapat lagi menahan airmatanya.

Benar yang Arez duga. Pada akhirnya, ia akan berada diambang batas kisah cintanya dengan gadis yang telah ia sayangi sejak dulu.

PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang