Bagian 30

3.9K 283 39
                                    

"Woy BANG*AT!"

Dalam sekejap, kedua pria yang sejak tadi mencengkram tangan Shilla jatuh ke tanah.

Shilla langsung membalikkan badannya, melihat siapa pahlawannya kali ini.

"A--"

"Sini Shil, kebelakang gue." Ujar lelaki itu yang lansung menarik Shila ke belakangnya, agar gadis itu aman.

Bukan kembali memukul pria pria tadi, kini lelaki itu malah membantu mereka berdiri.

"Tuhkan, jadi jatoh. Lagian, mas sih pake jail gangguin temen saya. Sini saya bantu." Ujar lelaki itu sambil memegangi tangan kedua pria itu untuk bangkit.

Namun tiba tiba tangan lelaki itu ditepis.

"Sialan lo! Berani beraninya--"

"Berani kenapa sih? Bukannya lo yang terlau berani nyentuh dia." Ujar lelaki itu memutar tangan salah satu pria yang menepis tangannya tadi.

"Adaw. Daw. Sakit!" Jeritnya ketika tangan kanan dan kirinya malah diplintir kebelakang oleh lelaki pahlawan Shilla tadi, "Woy, bantuin-- aw-- woy!" Rengeknya kepada teman temannya yang kini perlahan lahan ngacir pergi.

"Lo minta maaf sekarang sama dia," Ujar lelaki itu sambil mengarahkan dagunya ke arah Shilla, "Atau mulai sekarang, lo makan pake kaki?" Tanya lelaki itu santai.

Sang pria pun meneguk ludahnya ketika membayangkan ia harus kehilangan kedua tangannya.

"I--iya ampun. Ampun. Sa--saya minta maaf." Ujar pria mabuk tadi yang kini sepertinya telah sadar.

"AM--AMPUN neng. Sa--saya minta maaf. Tadi sa--saya khilaf."

Shilla merasa sangat kesal kepada pria ini.

Alhasil, bukannya memaafkan. Ia malah menjambak rambut pria yang memohon dihadapannya itu dengan kesal.

"Khilaf! Lo bilanh khilaf?!! Dasar gila! Seenaknya sama perempuan! Emang lo kira gue cewek apaan?! Seenaknya! Ga punya sopan santun! Kasar! Iih!! Nyebeliin!" Ujar Shilla sambil menjambak kuat rambut lelaki itu yang kini merasa hampir botak akibat jambakan maut Shilla.

Melihat hal itu, lelaki yang tadi menyelamatkan Shilla malah merasa kasihan kepada pria itu.

"Eh-- eh udah Shil. Aduh. Itu kepala-- aw. Aduh. U--udah udah. Kasian." Ujar lelaki itu seakan ikut merasakan penderitaan pria itu sambil berusaha menghentikan niat Shilla yang sepertinya hendak membunuh pria itu.

Lelaki itu langsung memisahkan tangan Shilla dari rambut pria itu. "Mas, mas. Mending pergi sekarang. Gih. Cepat! cepat!"

Sontak pria yang itu ngacir setengah sadar pergi meninggalkan Shilla dan pahlawannya.

Kini emosi Shilla tengah campur aduk.

Ia ingin marah, namun juga takut.

"Shil--"

Ucapan lelaki itu terhenti ketika Shilla tiba tiba berlari kedalam pelukannya, dan memeluknya erat.

Dengan lembut lelaki itu pun mengusap pucuk kepala Shilla yang kini tengah bersender di dada bidangnya.

"It's ok. Lo aman sekarang sama gue." Ujar nya lembut untuk menenangkan Shilla, "Lagian, lo sih pake ngilang segala. Hobi banget buat orang khawatir."  Omel lelaki itu.

Kini Shilla merasa lebih tenang didalam pelukan lelaki itu.

Kemudian Shilla melepas pelukannya.

Sontak lelaki itu meraih dagu Shilla dan menghapus air mata gadis itu.

"Udah dong nangisnya. Jelek tau." Ujar lelaki itu sambil menoel hidung mancung Shilla.

"Ini juga semua gara gara lo. Lo buat gue khawatir tau gak! Tiba tiba ngilang gitu aja."

Kemudian lelaki itu menangkup wajah Shilla dengan kedua tangannya.

"Iya iya, maaf udah buat lo khawatir dan sampe digangguin sama mereka."

Kemudian Arez menaikkan sebelah alisnya sambil menatap Shills.

"Ngomongin soal khawatir, kalo lo khawatir, berarti masih sayang dong?" Goda lelaki itu agar Shilla tersenyum.

"Emang gue masih sayang sama lo." Ceplos Shilla tanpa pikir panjang.

Sejak tadi yang ada dipikirannya adalah, ia tak ingin kehilangan lelaki ini lagi.

Dia Arez.

Satu satunya pria yang kini membuat Shilla jatuh hati lagi dan lagi setiap hari kepadanya.

Jika sejak tadi siang Shilla yang dibuat baper oleh Arez, kini giliran Shilla berhasil membuat Arez baper.

"Ap--apa?" Ujar Arez kaget sekaligus takut salah mendengar apa yang tadi Shilla ucapkan.

Kini Shilla pun tersenyum, manis. Bahkan sangat manis kepada Arez.

Shilla jinjit, mendekatkan bibirnya ditelinga Arez hingga kemudian membisikkan, "Aku masih sayang sama kamu, Arez Prasetya Geraldy." Bisik Shilla hingga membuat lelaki hampir saja terbang ke langit tertinggi di angkasa.

Jantung Arez kini hampir lepas dari tempatnya.

Entah kenapa, gadis ini selalu mampu memenangkan hatinya yang sejak dulu sangat sulit ditembus wanita manapun.

Senyuman Arez pun mengembang,dan tanpa pikir panjang Arez langsung merengkuh Shilla kedalam pelukannya.

"Aku juga masih sayang sama kamu."

'Tuhan, Arez sayang dia. Boleh ya, dia jadi jodoh Arez?' Batin lelaki itu.

Ditengah hamparan kebun teh yang luas dan dibawah terangnya sinar rembulan dan bintang, mereka berpelukan seperti tak ingin berpisah lagi.

"Balik yuk, anak anak pada nyariin. Udah malam juga." Ujar Arez sambil melepas pelukannya dari Shilla.

Shilla pun mengangguk paham.

"Eh, bentar." Ujar Arez menahan tangan Shilla.

"Kenapa?" Tanya Shilla heran.

Kemudian Arez membuka jaket kesayangannya kepada Shilla.

"Nih pake." Ujar Arez lembut bak cowok gentleman di ftv yang pernah Shilla tonton.

Sambil membantu Arez meletakkan jaket ketubuhnya, Shilla menatap Arez, "Sejak kapan kamu romantis gini?"

"Sejak dulu." Ujar Arez jujur.

"Kapan? Seinget aku ya, kamu tuh dulu ngeselin. Nyebelin--"

Arez langsung merangkul Shilla dan menutup mulut gadis itu, "Jangan bawel bawel. Ntar aku makin cinta sama kamu, Ayo jalan."

Lagi lagi, Arez mampu membuat rona merah muda muncul di kedua pipi gadis itu.

Dan kini, tempat ini telah menjadi saksi dimana kisah cinta Shilla dan Arez dimulai, Lagi.

PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang