Bagian 17

4.4K 314 18
                                    

Bisa gak? Lo pergi dari pikiran gue tanpa harus ninggalin kenangan yang buat gue susah lupa.

💛💛💛

Shila melangkahkan kakinya ke arah ruang rawat dimana Vano berada sambil memegang buah buahan ditangannya yang baru ia beli di supermarket sepulang sekolah tadi.

Namun kini langkahnya terhenti ketika melihat dua sahabatnya tengah tertawa bahagia didalam sana.

Melalui kaca pintu ruangan, Shila menatap sendu kedua sahabatnya itu.

Tanpa sadar Shila menjatuhkan buah buahan yang tadi berada digenggamannya begitu saja.

'Gue emang egois. Padahal dulu gue kira, cuma hati gue yang sakit. Tapi ternyata hati Gita jauh lebih sakit daripada gue. Mencintai orang yang jelas jelas mencintai sahabatnya sendiri. Maafin gue Git.' Batin Shila tanpa sadar menjatuhkan airmatanya di pipi.

Tiba tiba seorang pria berumur sebaya dengannya berjalan mendekat kearahnya, namun sempat terhenti akibat tak sengaja menendang beberapa buah yang berserakan dilantai.

Lelaki itu pun menghela nafasnya berat melihat keadaan Shila saat ini, dan memutuskan untuk mengutip buah yang bersebar tadi kedalam kantong plastik.

"Nih," Ujar lelaki tadi kepada Shila sambil menyodorkan kantong plastik tadi.

Shila pun tersadar dari lamunannya.

"Eh---"

Kemudian lelaki itu melihat arah pandang Shila.

"Oh, karena itu." Ujar pria itu santai.

Shila pun langsung menghapus airmatanya cepat. "A--arez?"

"Kenapa ga masuk?" Tanya lelaki tadi alias Arez.

"Eng--- Gue--"

Tiba tiba pintu ruangan terbuka.

Gita keluar dengan mata terbelalak ketika melihat Shila tengah berdiri dihadapannya.

"Shila?" Gumam Gita pelan.

Shila hanya mengedip-ngedipkan matanya melihat sahabat yang kini hampir menjadi orang asing baginya berdiri tepat dihapannya saat ini.

"Woy Rez! Ini ob--- Cewek sarap?!" Pekik Haikal yang tiba tiba muncul dari belakang Arez.

Gita mengernyitkan dahinya mengingat siapa lelaki yang mengatainya tadi.

"What?! Lo ngatai gue sarap?! Rez, please bilangin sama tukang kebun lo, jangan ngomong sembarangan! Emang dia kira dia waras?"

Arez dan Shila langsung melempar tatap.

"Eh ayo. Balik." Potong Arez ketika kakaknya terlihat hendak membuka mulutnya.

"Tapi gue--"

"Monyet lo belum dikasi makan. Udah ayo pulang."

'Gue gapunya monyet dah perasaan.' Batin Haikal.

"Udah, ayok." Ujar Arez sambil menarik paksa sang kakak menjauh dari kedua gadis cantik dihadapannya tadi.

PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang