Bagian 14

4.2K 302 10
                                    

Gita melangkah dengan cepat menelusuri lorong rumah sakit, berusaha mengabaikan pandangan aneh orang terhadap dirinya.

Banyak orang berpikir bahwa Gita baru saja kehilangan orang yang ia sayangi untuk selamanya di rumah sakit ini. Namun nyatanya memang benar, hanya beda Ia lah yang menjauh, meninggalkan semua zona aman yang ia punya karena kerasnya ego yang sangat sulit ia lawan.

Hingga tiba tiba Gita menabrak tubuh tegap seseorang hingga membuatnya terhuyung kedepan.

Tidak seperti di adegan ftv, ataupun film film romantis lain. Gita malah tersungkur kelantai hingga ia merasakan nyeri pada sikut dan dan telapak tangannya.

"Aaw." Ringis Gita.

"Kopi gue!---Heh, cewek aneh. Kalo jalan pake mata! Liat nih kopi gue tumpah gara gara lo." Bentak lelaki itu sambil membersihkan kopinya yang membasahi kemejanya.

Bukan malah menolong, lelaki itu justru melempari Gita dengan omelan, dengan bersusah payah Gita pun bangkit, "Dimana mana jalan pake kaki. Bukan pake mata. Bego banget sih. Lagian udah salah, pake ngomel ngomel lagi! Lo kira kaki gue gasakit nabrak badan tronton kaya lo!" Dengus Gita sambil membersihkan dan merapikan pakaiannya.

Belum sempat lelaki itu membuka mulut, Gita pun berdiri tegap melewati lelaki itu sambil menyenggol bahu kanannya dengan cukup keras.

Hingga membuat lelaki itu mundur selangkah.

'Dasar cewek sinting! Bisa bisanya dia ngatain badan atletis gue tronton! Astaga mimpi apa gue bisa jumpa cewek kaya dia.' Batin lelaki itu sambil mengelus dadanya menahan sabar.

"Woy, bang! Lu ngapain disitu? Ayo!" Panggil lelaki tampan berhidung mancung itu kepada kakaknya.

"Eh Rez, lo bawa kemeja ga dimobil?" Ujar lelaki yang tadi menabrak Gita sambil membuang cangkir kopinya ke tempat sampah disebelahnya.

Lelaki tampan itu tampak berpikir kemudian mengangguk mantap, "Bawa. Tapi-- lo-- buat apa?" Tanya lelaki itu lagi kepada kakaknya yang terlihat emosi.

Lelaki yang tadi menabrak Gita malah membalikkan tubuhnya sambil berteriak, "Abis ketemu cewek gila!" Ujarnya sambil berlalu pergi menuju mobilnya.

Lelaki tampan tadi terlihat menautkan alisnya melihat tingkah sang kakak yang jarang terlihat emosi seperti ini. Ia yakin gadis itu pasti benar benar sudah gila hingga membuat lelaki itu emosi seperti ini.

Hingga tiba tiba seorang dojter keluar dari ruangannya, "Arez Geraldi Prasetyo."

Lelaki tampan tadi pun mengalihkan pandangannya ke arah dokter itu, "Ya, saya dok."

*****

Keesokan harinya, terlihat seorang gadis tengah duduk menyenderkan kepalanya di atas sisi ranjang Vano yang kini masih terbaring dengan mata tertutup.

Ya, dia Shila.

Hingga tiba tiba jari jari lelaki itu mulai bergerak didalam genggaman tanga Shila.

Perlahan lelaki itu membuka matanya, gelap. Namun lama kelamaan ia dapat melihat dengan jelas cahaya matahari yang menyeruak dibalik celah celah jendela di sebelahnya.

Tanpa sadar senyumannya terlukis ketika melihat gadis yang kini tertidur pulas di sebelahnya.

'Kamu alasan aku untuk tetap hadir didunia ini.' Batin Vano dengan tangan yang mulai bergerak mengelus kepala Shila pelan.

'Mulai sekarang, Aku janji untuk lepasin kamu demi kebahagiaan yang dulu sempat aku renggut dari kamu. Karena kebahagiaan kamu adalah alasan aku kembali, Ashila Felicya Wijaya. Sahabatku dan akan tetap begini, mungkin selamanya.' Batin Vano yang kini kembali menarik tangan mungil Shila kedalam genggamannya dan menutup matanya kembali.

PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang