Bagian 27

3.6K 251 47
                                    

Haii para readers ku tercintaa😘 Aku udah baca komen kalian di chap sebelumnya, dan kalian berhasil buat aku terharu😅

Makasih bangett. Aku ganyangka kalian bisa sampe ESMOSI gitu wkwk.

Tapi disini aku pengen bantu Vano yang kemaren nelfonin terus, buat minta kelabilannya dikurangin dicerita ini. *Oke. Author mulai halu.

Jadi intinya, sebentar lagi kalian akan tau siapa yang Vano pilih.

Shilla atau Gita ✌

Kalau ada yang pengen tebak tebak berhadiah follback *okeinigapenting😅, you can comment heree👉 Thankyouu before💕

HAPPY READING GUYS📖😇

❤❤❤

Shilla yang tadinya menikmati perjalanan dengan tenang, kini harus membulatkan matanya dan mengatur detak jantungnya yang kini berdetak lebih cepat dari biasa.

Arez. Lelaki itu kini tengah tertidur pulas dengan meletakkan kepalanya diatas pundak Shilla.

Sesaat nafas Shilla tertahan.

Deg.Deg.Deg.

'Astaga, gue kenapa sih? Kenapa jantung gue kaya abis lari marathon gini. Tenang Shil, tenang. Lo harus tenang.' Batin Shilla sambil berusaha menetralkan detak jantungnya.

Entah setan apa yang menyuruh Shilla melirik ke kanan, melirik ke wajah Arez.

'Dia-- Arez kan? Astaga... Imut banget. Kesambet apaan gue kemaren sampe mutusin cowok seganteng ini?' Batin Shilla yang kini terlarut dengan kesempurnaan wajah mantan kekasihnya itu.

Shila tersenyum tipis sambil menatap wajah polos Arez ketika tertidur.

Melihat cahaya matahari yang masuk menyeruak dari kaca jendela, Shila pun merentangkan telapak tangannya untuk menghalanngi cahaya itu mengenai wajah tampan lelaki disebelahnya ini.

"Makasih." Ujar Arez.

'Astaga! Gue ke 'gep' lagi liatin dia! Siapapun tolong guee. Gue maluu!!' Batin Shilla.

Bukan malah mengangkat kepalanya dari pundak Shila, kini Arez malah semakin menempelkan kepalanya. Bahkan menggenggam tangan Shila.

"Jangan gerak. 10 menit. Gue janji." Gumam Arez dengan masih memejamkan matanya.

"Ta-- tapi--"

"Tadi pernyataan, bukan pertanyaan. Jadi gue ga terima penolakan." Ujar Arez masih dengan mata terpejam.

Dengan pasrah Shilla pun mengangguk.

"10 menit." Ujar Shilla berusaha tetap santai walau dalam kondisi jantung berdetak cepat.

****

Sementara kondisi pada kelompok ruang 1, sebagian tengah sibuk pada alam mimpi.

Termasuk Gita.

Rasa kantuk hebat kini mengahmpirinya.

Padahal Gita tidak ingin tertidur saat ini. Karena ia tahu, bisa jadi drama jika ia tertidur yang berujung dengan bersender dipundak Vano seperti drama klasik kebanyakan.

Vano yang khawatir kepala Gita mengenai kaca jendela, kini pun memusatkan perhatiannya pada gadis itu.

Gita tampak tertunduk, kemudian mengangkat kepalanya kembali.

Hingga akhirnya Gita menyerah dengan rasa kantuk yang kini menyerangnya.

Benar saja, kini kepala Gita telah bersandar dipundak Vano.

Namun bukan Gita yang sengaja meletakkan kepalanya dipundak Vano, melainkan lelaki itu sendiri yang merengkuh kepala Gita keatas pundaknya.

Namun, kali ini Vano menyesalinya.

Jantung Vano yang awalnya berdetak normal, kini berpacu dengan cepat.

Hati Vano? Jujur. Ia merasa sangat nyaman dan sangat takut kehilangan gadis disebelahnya ini.

'Gue sakit? Atau kenapa. Kenapa jantung gue berdetak secepat ini disamping Gita. Apa mungkin-- Gue--- jatuh cinta--sama-- Gita?' Batin Vano ragu ragu dengan perasaannya yang kali ini padahal sudah tergambar jelas bahwa ia telah jatuh hati kepada sahabatnya sendiri, Gita.

Shilla? Bagaimana dengan Shilla? Sepertinya memang bukan Shilla lagi yang menempati hati lelaki tampan itu.

Jika bukan Shilla? Lalu siapa?

Mungkin-- Gita(?)

PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang