Bagian 7

5.3K 365 21
                                    

Pagi ini Shila melangkahkan kakinya dengan kecepatan maksimal untuk memasuki gerbang SMA Merpati yang hampir tertutup rapat.

"Eh--Pak..Pak.. Tunggu!" Teriak Shila untuk mencegah Pak Dudu alias satpam sekolahnya untuk menutup pintu gerbang.

Namun Pak Dudu terlanjur menutup pintu gerbang nya.

"Yah, udah ketutup neng. Gimana dong?" Ujar Pak Dudu dengan nada berpura pura prihatin kepada Shila.

Shila pun harus mendengus sebal jika tiap kali harus berurusan dengan Pak Dudu yang menurutnya memiliki sifat menjengkelkan dimuka bumi.

"Yah, Pak. Telat 2 detik doang." Ujar Shila dengan nafas ngos ngosan.

Pak Dudu menggelengkan kepalanya, "Perintah Kepala Sekolah jangan memberikan murid SMA Merpati masuk jika sudah bel. Walaupin hanya terlambat 0,9 detik." Terangnya yang hampir 1000 kali Shila dengar.

"Yah, Pak--- Eh?" Ujar Shila kaget ketika tiba tiba tangannya digenggam oleh seseorang.

"Ayo." Ujar Arez santai.

Shila mengerutkan keningnya heran menatap Arez yang juga ikut terlambat bersamanya.

"Mau kemana?" Tanya Shila masih dengan wajah kebingungan.

"Udah ikut aja. Nanti juga tau." Ujar Arez sambil menarik tangan Shila untuk mengikutinya.

"Eh Eh kalian mau kemana? Baik. Kalau kalian ingin masuk, silahkan push up----"

"Makasih Pak! Udah kenyang." Teriak Arez yang berjalan santai bersama Shila meninggalkan Pak Dudu yang terdiam ditempat.

"Siapa yang nawarin dia makanan? Dasar kids jaman now memang aneh." Ujar Pak Dudu sambil menggelengkan kepalanya melihat tingkah Arez tadi.

******

"Rez, kita mau kemana sih?" Ujar Shila yang masih tak mengerti dengan maksud Arez membawa dirinya ke arah belakang sekolah.

Hingga tiba tiba Arez mengunci Shila dengan kedua tangannya, otomatis Shila bersandar pada tembok belakang sekolahnya ketika Arez semakin lama semakin mendekat kearahnya.

Disini sepi. Tak ada seorang pun yang melintas.

Shila meneguk ludahnya dengan susah payah, "L--Lo mau nga--ngapain?" Ujar Shila bingung sambil menstabilkan jantungnya.

Hingga wajah mereka hanya berjarak 1 jengkal, Shila mampu menatap Arez dari jarak yang cukup dekat untuk pertama kalinya.

Melihat Shila yang semakin ketakutan, lantas Arez pun tertawa terbahak bahak.

"Rez, galucu sumpah." Ujar Shila jengkel melihat Arez yang ia yakin mengerjai nya lagi.

"HAHAHA." Tawa Arez semakin menggelegar melihat Shila yang kini menatap jengkel ke arahnya.

"Lo bawa gue kesini cuma pengen ngerjai gue doang? Sumpah ya. Lo rese banget." ujar Shila yang semakin kesal melihat Arez dan melangkah pergi meninggalkan Arez.

Namun dengan cepat Arez mencekal tangan Shila agar tidak pergi.

"Eh iya iya, sorry Shil." Ujar Arez.

Shila pun menghentikan langkahnya.

Entah kenapa Shila selalu percaya kepada Arez yang notabennya adalah bad body terkenal disekolahnya.

"Masih mau belajar kan?" Tanya Arez.

Shila pun menjawab, "Yaiyalah!"

"Tuh, naik." Ujar Arez sambil mengangkat dagunya ke arah dimana tangga kayu tengah bersandar di tembok sekolah yang menjulang setinggi tangga itu.

Shila pun tercengang.

Namun Arez menarik tangan Shila pelan kearah tangga tersebut, "Kok--Tangganya-- sejak kapan ada disitu?" Tanya Shila bingung.

"Sejak gue datang sekolah selalu jam 9 pagi." Ujar Arez terus terang.

Shila pun memutar bola matanya, ia sangat paham sifat Arez yang tidak pernah perduli waktu.

"Yaudah naik." Ujar Arez kepada Shila.

"Lo luan." Ujar Shila.

"Kok gue? Dimana mana tuh ladies first Shil."

"Tapi--"

"Gue bakal disini jaga jaga, siapa tau lo jatoh. Ada Arez disini. Gih naik, gausah khawatir." Ujar Arez bak pahlawan kesiangan.

Mau tak mau Shila pun terpaksa menuruti perkataan Arez.

"Awas aja kalo lo ngintip." Ujar Shila dengan tatapan membunuh kearah Arez.

"Iya elah. Bawel banget sih pacar gue ini." Ujar Arez sambil membuang wajahnya kearah jalanan agar Shila percaya ia tak seperti lelaki buaya di luar sana yang akan mencari kesempatan dalam kesempitan.

*****

"Hap." Ujar Arez dalam sekali lompatan.

"Ayo Shil, lompat."

"Gu--gue takut." Ujar Shila gemetar ketika mengingat dirinya takut akan ketinggian.

Alhasil kini Shila masih terduduk di atas tembok sekolah.

"Shil," Ujar Arez.

Shila pun menatap wajah Arez takut takut. "A--Apa?"

"Percaya sama gue. Oke?" Ujar Arez dengan tatapan yang berhasil membuat Shila seketika melupakan phibianya terhadap ketinggian.

Shila pun mengangguk sambil menggit bibir bawahnya.

Hingga Shila memutuskan untuk melompat kebawah.

Lagi lagi Shila tak punya alasan untuk tidak mempercayai Arez.

Dalam satu lompatan, Arez berhasil menangkap Shila.

Jadilah kini Shila berada digendongan Arez ala bridal style.

Deg...Deg...Deg...Deg...

Pertama kalinya jantung Shila berdegup ketika berada didekat Arez.

Tatap tatapan pun terjadi antara Shila dan Arez. Seakan waktu terhenti, kini Shila merasa nyaman berada disisi Arez.

Lo cantik banget sih Shil. Tapi sayang, hati lo ga pernah buat gue. Batin Arez yang kemudian tersadar untuk menurun kan Shila dari gendongannya, tentunya karena Arez mulai merasa pegal menumpu berat Shila ditangannya.

"T--Thanks." Ujar Shila gugup.

"Iya sama sama. Yaudah gih, ke kelas." Ujar Arez.

"Lo?"

"Gue bayar utang dulu sama bu Titin." (Bu Titin : penjaga kantin sekolah)

"Hah?" Ujar Shila tak percaya.

Ternyata bu Titin lebih penting dibanding belajar bagi Arez.

Shila pun ingin membuka mulutnya untuk memarahi Arez, namun sayang Arez menahannya.

"Shhht, udah. Bayar hutang itu harus secepatnya. Kita gatau umur kan Shil." Ujar Arez bak seorang ulama tersohor seantero Jakarta.

"Serah lo deh. Gue ke kelas ya. Dah." Ujar Shila yang kini melangkah meninggalkan Arez ditaman belakang sekolah sendiri.

"Tumben Shila pamit. Biasa juga main pergi ninggalin gue gitu aja." Gumam Arez, "Yes!! Gue ada peningkataan!" Sorak Arez senang seorang diri seperti penderita penyakit jiwa kronis.

Tanpa sadar Shila mendengar Arez dan senyuman pun tergambar diwajahnya yang sejak tadi murung memikirkan perasaan Vano.

PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang