Bagian 40

3.6K 255 17
                                    

Terima kasiih untuk kalian semua yang udah baca ceritaa ini.
Maaf, karena slow update banget:')

Btw aku pengen recommend lagu yang di cover sama Hanin yang judulnya "Pupus".

Buat kalian kalian yang bernasib sama kaya Gita,  silahkan di play videonya, resapi,  dan comment ya kalo ada yang nangis after nge play videonya hehe.

Thanks and laffyou guys💓

👇👇👇

Kini Gita duduk meratapi nasib yang tak pernah berpihak kepadanya di rooftop sekolah.

"Gue kurang apasih?! Kenapa Vano gapernah sayang sama gue kaya dia sayang sama Shilla?!" Ujar Gita dalam tangisnya.

"Kenapa sih semua bilang gue egois?!"

Hingga tiba tiba seseorang berdiri disebelah Gita.

"Lo ga egois Git."

Gita pun melihat sumber suara tadi disebelahnya.

"Milly?"

"Gue tau lo cemburu sama Vano dan Shilla."

"Udah deh Mil. Gue tau, lo kesini pasti bakal nyalahin gue juga kan?!"

Milly menggeleng.

"Gue ganyalahin lo."

"Terus?"

"Gue cuma gamau liat lo sedih." Ujar Milly, "Git, gue tau lo sayang sama Vano. Tapi ga dengan nyiksa diri lo sendiri juga." Ujar Milly.

"Lo cantik Git. Lo pasti bisa dapetin yang lebih dari Vano."

"Gabisa Mil."

"Ya iyalah gabisa. Kan lo cuma liat kearah Vano doang."

Gita terdiam.

"Git, lo juga harus pikirin perasaan lo sendiri. Gue gasuka liat sahabat gue sedih."

"Kalo emang menyakitkan, udah saatnya lo ikhlasin. Lo juga harus ingat, cinta gabisa dipaksa. Semakin lo paksa, semakin lo sakit." Lanjut Milly.

Gita pun menangis kembali.

Ia tiba tiba teringat dimana dirinya hanya ibarat peran pembnatu didalam kisah cinta Shilla dengan Vano.

'Git, bantuin gue nembak Shilla.'

'Gue sayang sama Shilla.'

'Lo sahabat gue yang paling baik Git. Thanks.'

'Shilla lagi apa? Lo tau ga?'

'Git, Shilla udah bahagia. Gue gabisa ganggu dia lagi.'

'Lo prioritas gue mulai sekarang.'

'Gue masih sayang sama Shilla.'

Gita mengingat semua perkataan Vano kepada dirinya yang hampir seluruhnya berisi tentang Shilla,  Shilla dan Shilla.

"Dan juga, apa lo bisa bahagia disaat sahabat lo menderita? Shilla sahabat lo."

Tangis Gita pun semakin pecah ketika Milly mengingatkannya bahwa Shilla adalah sahabatnya.

Shilla.

Gadis itu selalu ada disampingnya ketika keadaannya terpuruk.

Disaat kedua orang tuanya memutuskan berpisah, Shilla lah yang menghiburnya.

Gita juga mengingat, disaat dulu mereka tertawa bersama karena hal sepele sambil memandang langit biru.

Disaat Gita di hina, dikucilkan,  hanya Shilla lah yang berada disisinya.

"Mil, gue jahat." Teriak Gita dalam tangisnya.

Milly memeluk Gita.

"Udah Git, lo gaperlu nyalahin diri lo sendiri. Yang perlu lo lakuin cuma cari kebahagiaan lo."

Gita pun mengangguk.

'Apa ini yang mama rasain waktu ikhlasin papa bahagia sama mantannya? ' Batin Gita sambil menangis dipelukan Milly.

Hingga tiba tiba Gita mendengar suara dehaman seorang lelaki dari belakangnya.

"Nah, gitu dong."

Gita dengan cepat menghapus airmatanya,  "Kenapa lo lagi sih?"

"Lo udah ganggu jam tidur siang gue disini. Berisik tau gak?!"

"Ja-jadi lo denger.. Dari tadi gue sama Milly--"

"Yap, 100!"

"Eh Git, Rez,  gue balik luan ya. Gue lupa ngumpulin tugas! Astaga!" Ujar Milly yang merasa kesal dengan kepikunannya.

"Jangan sedih sedih lagi Git! Semangat!" Teriak Milly yang kini mulai menghilang dari ambang pintu rooftop sekolah.

Kini jadilah Arez dan Gita.

Arez pun berdeham disebelah Gita.

"Heh, nih ya mumpung gue lagi baik nih, gue relain deh bahu gue buat lo sandarin."

"Dih, ogah!"

"Yaudah, kalo lo gamau."

Disaat Arez ingin melangkah pergi, Gita kembali menangis.

Mau tak mau,  Arez pun berbalik dan merangkul Gita, agar gadis itu dapat bersandar dibahunya.

"Sok jual mahal banget sih lo. Sok kuat tau gak." Ujar Arez.

Gita pun pasrah dan menumpahkan airmatanya dibahu Arez.

Arez benar, ia memang membutuhkan sandaran saat ini.

"Kita sama sama bego. Tapi gue lebih bego. Disaat Tuhan kasih gue kesempatan untuk membahagiakan dia, malah gue sia siain. Bego
-an gue kan daripada lu?" Ujar Arez sambil berusaha tegar melihat Shilla bahagia dari kejauhan.

Gita pun mengangguk dalam tangisnya.

PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang