Bagian 26

3.7K 253 20
                                    

Kini hari yang ditunggu tunggu seluruh murid kelas 12 di SMA Merpati pun tiba.

"Ayo, ayo! Jangan sampai ada yang ketinggalan!" Ujar pak Gerry kepada siswanya.

Semua siswa ruang 3 pun menaiki bus dengan semangat.

"Udah semua kan? 2 menit lagi kita berangkat." Tanya pak Gerry.

Semuanya mengangguk.

Namun, Frans dan Fandy yang kini duduk dibelakang Arez terlihat celingak celinguk mencari seseorang.

"Eh, lo tau gak si Shila koordinator ruangan kita?" Tanya Frans kepada Fandy.

"Tau. Makanya dari tadi gue lagi nyari."

"Atau dibatalin kali ya? Mungkin aja dia takut ketemu MANTAN." Sindir Frans.

"Itu mulut atau cabe pak? Pedes banget  perasaan." Balas Arez tanpa menoleh kebelakang.

"Ceilaah, gaya lo Rez. Ntar juga kalo Shila gaikut lo malah galau."

"Gamungkin Shila gaikut. Kan ada pangeran Arez disini. Mana mungkin dia nolak."

"BACOT!" Ujar Arez.

"Udah Pak, ayo jal--" Ujar pak Gerry kepada pak supir hingga tiba tiba terhenti ketika seorang gadis cantik memanggil namanya dari luar.

"Pak! TUNGGU!!" Teriak gadis itu dengan nafas tersengal sengal.

"Shila?! Ayo ayo naik! Gimana bisa sih kamu terlambat. Untung kita belum jalan." Ujar Pak Gerry sambil setengah memarahi Shila.

"Maaf pak."

"Yasudah masuk, kita berangkat."

Shila pun menaiki bus dengan tatapan tercengang. Ketika sadar kursi yang tersisa terletak disebelah Arez.

Shila meneguk salivanya susah payah.

Dengan langkah yang berat, Shila pun berjalan mendekati kursi kosong disebelah Arez.

Hingga tiba tiba sebuah ide cemerlang muncul dikepalanya.

"Eh, Cit. Lo duduk disebelah Arez dong."

"Ogah ah. Mana mau gue duduk disamping ulat bulu kaya dia." Ujar Citra ketika mengingat betapa jail dan pecicilannya Arez sewaktu dikelas.

"Ya--yaudah deh." Ujar Shila pasrah.

Kemudian, Shila menatap ke kursi disebrang kursi Arez.

Selly.

Setau Shilla dialah wanita paling agresif seantero SMA Merpati. Shilla yakin Selly tak akan menolaknya jika Shila menawarkan untuk duduk disebelah Arez.

"Sel," bisik Shila.

"Kenapa?"

"Lo duduk disebelah Arez ya? Mau ya? Pelase." Mohon Shilla.

Sontak ekspresi Selly berubah bahagia ibarat memenangkan undian berhadiah milyaran rupiah.

Namun belum sempat Selly menjawab, dengan cepat Arez menarik lengan Shilla untuk duduk disebelahnya.

"Eh?!"

"Duduk sini aja. Gue ga gigit kok. Suwer." Ujar Arez sambil membentuk huruf V di jarinya, "Gue tau, lo ganyaman duduk disebelah gue. Tapi please. Jangan biarin Selly duduk disini." Bisik Arez kepada Shilla.

"Eng-- gue--"

"Gausah bawel. Tinggal duduk aja, susah ya." Ujar Arez sedikit kesal kepada Shila.

Mau tak mau Shilla hanya bisa pasrah dengan keadaan.

"Pantes gue dilarang duduk disebelah dia, eh taunya tuh kursi buat doi." Sindir Fandy kepada Arez.

'Eh si anjir, kebongkar dong modus gue yang niat duduk disebelah mantan. Sial!-_-' Batin Arez yang mencoba tetap santai menanggapi perkataan Frans.

"Yaudah, sini. Lo disni biar gue disebelah Fandy."

"Yaudah, ayo tukaran."

"Gajadi. Gue berubah pikiran." Ujar Arez cepat ketika melihat tanggapan Frans.

Tanpa sadar Shila hanya dapat mengulum senyumnya melihat tingkah Arez.

'Gini dong. Jangan cuek kaya kemaren.' Batin Shilla yang kemudian memutuskan untuk tidur.

*****

Sementara di ruang 1, kondisi berjalan lancar.

Namun, Gita. Ia merasa ini adalah awal dari segala penderitaannya.

Dimana ia harus duduk disebelah Vano. Lelaki paling tampan di SMA Merpati.

Hampir 100x Gita menerima pesan untuk bertukar posisi dengannya, namun Gita memutuskan untuk mengabaikannya karena Vano memang hanya memilih untuk duduk bersamanya.

"Van, gue pindah aja ya." Ujar Gita kesal.

"Kenapa?"

"Lo liat nih! Hampir 100 orang nge chat gue cuma pengen ganti posisi duduk disini." Ujar Gita kesal.

"Tapi gue maunya cuma sama lo." Ujar Vano dengan wajah bersungguh-sungguh.

Seketika pipi gita terasa panas dan jantungnya berdetak lebih cepat.

"Ya--yaudah. Nih lo respon sendiri. Males gue, bikin notif penuh aja." Ujar Gita kesal sambil memberikan hpnya kepada Vano dan berusaha membuang muka kearah jendela, agar Vano tak melihatnya blushing.

Vano menautkan alisnya sebentar, kemudian mengambil hp Gita.

Bukan melakukan perintah Gita, Vano malah membuka galery foto di ponsel Gita.

Vano tersenyum tipis. Bahkan berusaha menahan tawanya ketika melihat foto Gita dengan bibir manyun dan masker chocolate nya yang malah terlihat seperti bebek sawah.

Gita melirik Vano yang kini terlihat asyik dengan ponselnya.

Dan ya, Vano tengah membuka foto-foto absurd Gita.

"Van, lo ngapain?" Tanya Gita curiga.

"Lagi liat bebek sawah."

"Ha?"

"Eh, maksud gue lagi bales pesan beby. Iya beby."

Awalnya Gita terlihat berpikir, hingga kemudian dengan polos, Gita pun mengangguk.

Dan tanpa sepengetahuan Gita, Vano menekan tombol send di layar untuk mengirimnya ke ponselnya sendiri.

Setelah itu Vano pun tersenyum penuh kemenangan dan mengembalikan handphone tadi kepada Gita.

"Lo kenapa senyum senyum? Baru bales chat gebetan?"

"Engga."

"Terus?"

"Baru liat foto gebetan." Ujar Vano santai yang kemudian  memilih memejamkan matanya agar Gita tak mengintrogasinya.

"Hah?! Gebetan?! Siapa? Kok lo ga cerita ke gue lo punya gebetan. Woy, elah malah tidur."

Gita pun berusaha menahan ke kepoan nya ketika melihat cowok disebelahnya tak berniat menjawabnya sama sekali.

'Kepo ga dosa kan ya? Tapi-- kenapa gue nyesek waktu tau Vano punya gebetan.' Batin Gita yang kemudian memulai mode galau nya di sepanjang Jakarta-Bogor.

PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang