Bagian 32

3.9K 271 44
                                    

Malam itu semua murid kelas 12 telah berkumpul di halaman belakang Villa ditemani api unggun sambil mendengarkan pak Gery memeberikan arahan tentang kegiatan mereka esok hari.

Shilla duduk di antara Arez dan Vano. Awkward moment yang lagi lagi membuat Shilla merasa risih.

Entah dia kasihan melihat Vano atau malah takut Arez cemburu.

"Shil, kamu gapapa?" Tanya Arez khawatir yang melihat Shilla gelisah sejak tadi.

Shilla pun menggeleng.

"Dingin ya?" Tanya Arez.

Shilla mengangguk pelan, "Dikit." Ujar Shilla.

Namun memang dasar Arez peka, tanpa pikir panjang, ia membuka jaket nya untuk menutupi tubuh Shilla.

"Eh? Rez, aku gapapa. Kan dinginnya masih dikit. Lagian aku udah pake sweater ini. "

"Yakin cuma dikit?"

Shilla mengangguk.

"Terus ini kenapa tangan kamu dingin?" Ujar Arez tepat sasaran.

Sepertinya kali ini Shilla tak mampu berbohong dari lelaki itu.

"Kenapa aku selalu gagal bohongin kamu sih." Gerutu Shilla kesal.

"Karena aku sayang kamu." Ujar Arez sambil tersenyum menggoda Shilla.

"Apaansih." Ujar Shilla sambil menyembunyikan semu merah muda dipipinya.

"Berisik." Ujar Vano yang kini menyindir dua sejoli yang tengah kasmaran disebelahnya itu.

"Eh, ma--maaf." Ujar Shilla.

"Ngapain minta maaf Shil? Siapa suruh dia hobi gantungi cewek. Mamam tuh " Ujar Arez yang masih kesal ketika mengingat kejadian dimana Vano menjawab singkat perkataannya.

Vano hanya melirik tajam kearah Arez.

Shilla langsung mencubit pelan lengan Arez, "Arez ih. Bisa ga sih ga mancing mancing masalah?"

"Iya iya ampun. Abisnya--"

Semua siswa yang merasa kesal mendengar suara Arez yang semakin lama semakin mendominan dibanding suara pak Gery pun menegurnya, "Shht berisik banget sih!!"

'Tuhkan, gua salah lagi.'

Arez pun langsung diam.

Shilla hanya memberi isyarat 'maaf' kepada siswa yang menatap kesal kearah Arez.

"Tuhkan, bawel sih." Sindir Shilla.

"SIAPA YANG BAW--"

"SHHHTT!!"

"Eh, iya iya bro. Maaf." Ujar Arez yang lagi lagi membuat keributan.

Alhasil Shilla hanya terkekeh pelan melihat Arez yang kini terlihat seperti terintimidasi satu sekolah.

Mau tak mau, mereka pun kembali memperhatikan Pak Gery kembali.

Namun, kali ini perasaan Shilla sedikit lebih tenang. Apalagi saat ini Arez tengah menggenggam tangannya.

Entah sejak kapan Shilla merasa senyaman ini berada digenggaman Arez.

Dilain sisi, Vano yang baru sadar bahwa sejak tadi ia tak melihat Gita kini mulai memperhatikan sekeliling untuk mencari gadis itu.

Ia ingin bertanya kepada Shilla, namun lagi lagi ia urungkan.

Hingga Vano pun kembali celingak celinguk mencari keberadaan Gita ditengah tengah kerumunan murid kelas 12.

Hingga akhirnya Vano memangkap bayangan gadis cantik itu tengah duduk sendiri di sudut barisan yang terlihat serius mendengar pengarahan dari Pak Gery.

'Aku menyukaimu, Git. Apa kamu dengar?' Batin Vano sambil menatap wajah cantik wanita itu dari jauh.

Dan tanpa Vano sadari, ternyata sejak tadi Gita tengah mencari dirinya juga.

Hingga akhirnya mata mereka bertemu.

Seakan dunia berhenti berputar. Dan dunia hening seketika.

Vano pun tersenyum tipis sambil menaikkan sebelah alisnya kearah Gita. Ya, Vano menggoda gadis cantik itu.

Kemudian Gita memeletkan lidahnya kearah lelaki itu.

Senyuman tipis tadi kini melebar terlukis diwajah Vano da Gita.

Dan betapa kagetnya tiba tiba Gita mendapat pesan di ponselnya yang berisi :

Vano : Mau ku temenin disitu?

Gita tersenyum.

Gita : Gausah. Aku pengen nyari cogan dulu. Ntar kalo ada kamu, cogannya malah kabur.

Vano : Tuh, cogannya otw.

Gita langsung celingak celinguk menatap ke sekeliling nya untuk menemukan pria tampan menuju dirinya seperti yang dikatakan Vano.

Gita : Mana?

"Disini." Bisik Vano disebelah Gita.

Gita langsung menoleh kesamping, dan ya. Vano duduk tepat disebelahnya.

"Apaan dih. Kok kamu malah duduk disini?!"

"Jangan cari cowok lain."

"Kenapa?!" tanya Gita kesal.

"Aku cemburu." Ujar Vano dengan tatapan yang sulit Gita artikan.

Kata kata Vano tadi mampu membungkam Gita. Sambil berusaha keras mengartikan apa maksud dari perkataan Vano tadi,  Gita juga berusaha mengatur detak jantungnya yang kini berdetak lebih cepat.




PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang