Bagian 43

3.3K 173 16
                                    

Forgetting and letting you go, it makes me realise that this is one of my biggest mistake i've ever done in this world.
I'm sorry that i lied to you.
I'm sorry for breaking your heart..
Now, just give me your pain and go find your happiness. I'm ok if you're ok eventhough i lied my self again and over again.

-Ashilla

****

Setelah kemarin Shilla memutuskan untuk benar benar mengakhiri hubungannya dengan Vano, kini Shilla merasa menyesal.

Entah kenapa setelah mengatakan hal itu, beribu rasa penyesalan menghampirinya.

Shilla hanya memandangi langit - langit kamarnya dengan tatapan kosong.

"Kenapa gue gabisa berenti nangis sih! Bego!" Teriak Shilla frustasi terhadap dirinya sendiri.

"Kenapa gue-- gue rasanya ga rela liat Vano bahagia sama cewe lain." Isak Shilla lagi sambil menutup wajahnya berusaha menahan tangisnya.

Kemudian Shilla pun bangkit dari tempat tidurnya sambil memandangi dirinya didepan cermin.

"Ga, gue gaboleh kaya gini terus, gimanapun juga ini adalah keputusan gue. Gue harus move on. Vano tetep akan jadi sahabat gue dan mungkin sekarang.. Udah jadi orang asing yang ga saling sapa." Gumam Shilla dengan perasaan yang lagi lagi berhasil membuat hatinya hancur.

"Gue gaboleh galau! Gue harus lanjutin hidup!" Ujar Shilla sambil menghapus air mata dipipinya.

Hingga tiba tiba Michele menerobos masuk kedalam kamar Shilla, "Shil, beliin makanan dong. Gue lapeer niih!" Rengek Michele.

"Beli sendiri. Gue mager."

"Aa Shilla, kok lu gitu sih. Lagian kan lo belum ada keluar rumah dari kemaren. Udah lecek gini muka lu. Butuh udara segar pasti."

"Udara segar apaan jam 3 gini."

"Ya.. Ya setidaknya lo keluar rumah lah. Kamar lo kalo bisa ngomong juga dia bakal bilang bosan liat lo mulu. Gih gih."

Shilla hanya menatap Michele dengan tatapan tajamnya.

"Udah ih buru ya sist. Gapake lama."

"Eh Chele, tunggu." Ujar shilla menahan michele, "Kenapa?"

"Lo tau ga hari ini Vano pergi jam berapa?"

Michele mengerutkan dahinya. "Udah berangkat dari-- mm--2 jam yang lalu kayanya. Eh bentar bentar-- lo gatau kalo--" omongan Michele terputus akibat Shilla yang dengan cepat mendorongnya keluar, "Udah udah lupain. Gih keluar, gue mau mandi terus siap siap buat beli makan lo. Bye!" Ujar Shilla cepat kemudian menutup pintu kamarnya rapat.

'Vano udah pergi?' batin Shilla kecewa.

Tak dapat dipungkiri airmata Shilla kembali jatuh membasahi pipinya.

****

Akhirnya Shilla keluar rumah lagi. Ia pun berusaha menikmati udara sore itu untuk menenangkan hati dan pikirannya.

Hingga tiba - tiba mata Shilla menangkap benda yang sejak dulu selalu menemani hari harinya bahkan menjadi saksi kisahnya dengan Vano.

Sepeda. Ya, sepeda itu banyak menyimpan kenangan antara dirinya dan Vano.

Shilla pun mendekati sepeda itu dan mengelusnya lembut. "Boleh ga sih, gue minta waktu balik ke awal kita masuk SMA. Balik ke awal dimana semuanya belum serumit ini. Balik ke awal sebelum gue dan Vano jadi kaya orang asing kaya sekarang." Ujar Shilla sambil tersenyum rapuh.

PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang