Bagian 31

3.7K 265 16
                                    

HALLO PARA READERS SETIA 'PERFECT' !!!!

Jadi sebelumnya,  aku pengen MINTA MAAF yang sebesar besar nya sama kalian semua karena updatenya lama banget dan udah buat kalian nunggu gajelas. *Maafkan daku yang terlalu sibuk dengan persiapan UNBK dan SBMPTN huhu.

Kalian harus tau, nulis cerita sambil ujian itu berat.  Bahkan lebih berat dari RINDU 😅 Tapi aku pasti usahain untuk update terus sampe ending. 

Btw,  besok aku usahain buat up lagi.

Oh ya, sebentar lagi cerita ini bakal ending. Karena emang aku gasuka nulis cerita dengan chapter yang lebih dari 40.

Dan juga di chapter ini kalian bakal tau dan bisa nyimpulin siapa yang dipilih Vano.  So,  keep reading guys!  And enjoy the story...

✌✌✌

Setelah mengatakan kepada Vano bahwa Ia baik baik saja,  kini Gita berusaha bangkit dari posisinya,  namun gagal.

Rasa sakit dikakinya kini membuatnya sulit bergerak.

Vano yang tadi telah melangkah berbalik meninggalkan Gita,  kini berhenti.

Lelaki tampan itu kembali berjalan kearah Gita yang kini tengah berusaha bangkit.

Vano menugulurkan tangannya kearah Gita.

"Loh?  VANO?!" Ujar Gita kaget.

Kemudian Vano pun meletakkan sebelah lututnya ke tanah,  tepat dihadapan Gita.

"Gue kenal lo. Lo sahabat gue, dan saat ini lo adalah prioritas utama gue, Git." Ujar Vano.

"Jadi, jangan bohong lagi. Ntar idung lo panjang." Ujar Vano sambil menarik gemas hidung Gita.

Gita merasakan pipinya menghangat akibat kata kata Vano tadi.

"Vano ih! Sakiit." Gerutu Gita kesal demgan Vamo yang hobi menarik hidung mancung nya itu.

"Lagian, Mana mungkin gue tega ninggalin lo disini. Ayo naik,  kita balik ke Villa." Ujar Vano yang tadi hendak mengikuti perintah Gita untuk meninggalkannya demi mencari Shilla.

"Tapi Van,  mungkin Shilla butuh lo sekarang." Ujar Gita.

"Masih mungkin. Dan yang pasti,  saat ini lo butuh gue. Gue yakin Arez bisa ngelakuin tugasnya dengan benar." Ujar Vano sambil jongkok didepan Gita, "Naik." Ujar Vano sambil melirik punggungnya.

"Apaan sih. Gue gamau. Ntar apa kata orang.  Apalagi kalo nanti gebetan lo tau--"

"GUE BILANG NAIK, GIT. GUE GA MINTA JAWABAN." ujar Vano yang mulai kesal akibat Gita yang terus saja berpura pura kuat dihadapannya.

Berusaha menahan jantungnya yang kini berdetak kencang,  akhirnya Gita pun menurut.

Setelah Gita naik keatas punggung Vano,  mereka pun kembali ke Villa.

Mereka pun kembali ke Villa sambil menyusuri jalan yang dikelilingi kebun teh yang sangat Indah malam itu.  Ditambah cahaya bintang yang cukup banyak malam itu, menambah kebahagiaan disuasana hati Gita.

'Btw, soal gebetan. Dia adalah prioritas utama gue.' Batin Vano.

*****

"Astaga, Shilla!!" Pekik Michel kepada kembarannya yang baru saja muncul di depan matanya.

"KEMANA AJA SIH LO?!  TAU GAK,  GUE KHAWATIR." Ujar Michel.

"Sorry. Gue tadi--"

"Ini semua karena gue." Ujar Arez mengaku salah kepada Michel.

"Whatever!  Yang penting sekarang lo udah selamat.  Yaudah,  gih lo ganti baju, terus ikut kita ngumpul di halaman belakang. Bakal ada briefing dari pak Gery buat kegiatan besok." Ujar Michel.

Kemudian Shilla pun mengangguk dan melangkahkan kakinya untuk masuk kedalam Villa,  namun langkahnya tertahan akibat tangannya sejak tadi belum terlepas dari genggaman Arez.

Saat ini,  Arez seakan takut kehilangan Shilla lagi hingga sulit rasanya ia melepas genggamannya dengan gadis itu.

"Ih Arez,  lepas. Aku mau masuk."

"Kamu hati hati ya." Ujar Arez.

Shilla tersenyum tipis kemudian mengangguk.

Kemudian Arez pun melepas genggamannya dengan berat hati.

"Kayanya ada yang clbk nih." Goda Michel kepada Arez yang kini menggaruk tengkuknya yang tak gatal sama sekali.

"Belum kok."

"Terus itu tadi apa?  Aku- kamu segala. Setau gue,  lo berdua tuh gapernah pake aku-kamu kaya tadi."

"Kita masih sama sama sayang,  tapi gue belum nembak Shilla lagi. Ntar bantuin ya Chel. Pokoknya kali ini gue harus buat Shilla bahagia. Karena gue pengen Shilla jadi cewek terakhir dihidup gue." Ujar Arez sungguh sungguh dan dengan mata berbinarnya.

"Iye dah,  serahlu." Ujar Michel yang pasrah menjadi mak comblang antara Arez dan kembarannya.

Hingga tiba tiba Vano dan Gita hadir.

"Ceilah, mesra amat pak,  buk." Goda Michel.

"Kaki gue luka,  jadi-- jangan salah paham dong Chel." Ujar Gita berusaha meluruskan pikiran miring Michel tentang mereka saat ini.

"Bagus bro. Lanjutkan perjuangan lo! Cewek secantik Gita jangan sampe lepas. Ya walaupun masih cantikan Shilla. "

"Bacot lu Rez!  Mana Shilla? " Omel Gita sambil meminta turun dari gendongan Vano.

"Tuh, di dalem. Selama ada Arez,  Shilla pasti aman." Ujar Arez yang tengah menyombongkan dirinya.

Vano hanya menatap kesal kearah lelaki paling sombong didunia yang kini berdiri dihadapannya.

Setidaknya,  kini Vano sadar . Ia tak lagi dibutuhkan dihidup Shilla.

"Eh,  yaudah ayo Git. Biar gue obatin tuh luka lo." Ujar Gita sambil memapah Gita menuju kedalam Villa.

Disaat Michel dan Gita telah memasuki Villa,  tinggallah Arez dan Vano.

"Thanks." Ujar Vano.

"Santai bro. Ga perlu terima kasih sama gue.  Karena memang Shilla adalah prioritas utama gue saat ini.  Jadi gue harap lo bisa lepasin Shilla dan cari prioritas utama lo sebelum ujungnya lo jadi menyesal."

"Ya." Ujar Vano singkat yang kemudian berlalu meninggalkan Arez.

'Anying. Nyesal gue ngomong sepanjang tadi kalo ujungnya dia cuma jawab 'ya' doang.' Umpat Arez kesal dalam hati.

PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang