DEEP [LIMA PULUH TIGA]

1.1K 99 19
                                    

Hari ini adalah hari senin. Hari yang paling dibenci Abel. Pertama karena dia harus bangun lebih awal dari biasanya karena dia mendapat jatah piket. Kedua, dia harus mengikuti upacara dibawah terik sinar matahari yang membuat kulitnya gosong. 

Abel sampai di sekolah pukul 6 tepat. segera dia meletakkan tasnya lalu membersikan seluruh kelas yang penghuninya belum berangkat semua. hanya Abel seorang diri yang sudah ada di kelas. baru pada pukul setengah 7 lebih kelas mulai ramai berdatangan anak-anak. pukul tujuh bel tanda masuk berbunyi. Dan itu Artinya upacara akan segera dimulai. 

seperti biasa, Abel megambil barisan paling belakang. karena didepan panas. Abel tidak suka. Disebelah kanan kelas Abel, ada barisan kelasnya Aruna. dia melihat Aruna dibarisan nomor tiga dari belakang. ketika Aruna menengokkan kepala, dilihatnya wajah sahabatnya itu pucat tidak seperti biasanya. Abel khawatir sahabatnya itu sedang sakit dan tetap megikuti upacara. apalagi terik matahari sangat menyengat senin pagi ini. 

Abel memanggil nama Aruna, "Na! Aruna!"

yang dipanggil menengok ke arah sumber suara. 

Abel menghampiri sahabatnya itu. "Lo gak lagi sakit kan? muka lo asli pucet bet."

"Gak kok gue gak papa, mungkin gegara belum pake lipstik aja."

"Yakin lo?" Abel meragukan jawaban Aruna. karena saat ini wajah Aruna mirip seperti mayat hidup. 

"Iya bawel! I'm okay, don't worry sweety." Aruna tersenyum berusaha menyakinkan bahwa dirinya baik-baik saja. "Sono balik ke barisan elo."

Abel mengangguk pelan dan kembali ke barisan. namun matanya tetap waspada mengamati setiap gerak gerik Aruna. menjaga kemungkinan jika gadis itu oleng. 

upacara sudah setengah jam berjalan, Aruna berusaha fokus mengikuti upacara. namun pandangannya sudah buram dan kepalanya sudah berkunang kunang. dan tiba-tiba saja semuanya gelap. 

Aruna membuka matanya perlahan. menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam matanya. dan sekarang dia sedang berbaring di ranjang UKS. di saping ranjangnya telah berdiri Abel dan teman sebangkunya Lili. 

Abel yang melihat Aruna sadar langsung buru-bur mengambilkan teh hangat di meja. di bangunkannya Aruna dan diposisikan senderan pada bantal. lalu di sodorkannya teh hangat itu. Aruna menerima teh hangat itu dan meneguknya barang tiga kali teguk. 

"tu kan apa gue bilang! lo tu gak baik-baik aja bego! lo tu sakit! dasar ngeyel banget dibilangin!" Abel marah-marah sendiri. sedangkan yang dimarahi malah tersenyum. 

"Ye dibilangin malah senyum-senyum sendiri." Abel mendengus sebal. 

"Dasar lo bawel! gue gak papa Abel. udah sono masuk kelas. gue di sini sendiri juga gakapapa. lo juga Li masuk kelas sana. nanti kalo ada catetatan penting gue nyontek siapa kalo lo gak masuk. "

"iya-iya."

Lily dan Abel keluar dari ruang UKS. meninggalkan Aruna sendiri untuk beristirahat. di sepanjang koridor, Abel terlibat percakapan dengan Lily. 

"Li, besok-besok kalo lo liat Aruna pucet kayak tadi bilang gue ya. dia emang batu kalo dibilangin."

"Banget Bel. tapi akhir-akhir ini dia sering keliatan lemes. matanya juga jadi keliatan kayak panda. kayaknya dia lagi banyak pikiran deh."

"pikiran? dia cerita apa gitu gak ke elo akhir-akhir ini?"

Lily menghentikan langkahnya. begitu juga Abel. mereka memilih menepi dan duduk di anakan tangga dekat kelas Lily. 

"Nah gue baru inget Bel. belum lama ini dia cerita sih. katanya dia pas lagi jalan sama si Nilam di Mall dia ketemu sama Fitralagi jalan berdua sama cewek."

-DEEP-Where stories live. Discover now