DEEP [ SEMBILAN]

1.8K 130 0
                                    

Aruna sedari tadi berdiam diri di depan televisi dengan perasaan gelisah. Pikirannya berkecamuk pada pesan yang diterimanya tadi siang. Bahkan televisi yang dia nyalakan hanya sebatas agar suasana rumah tidak sepi. Karena memang hari ini dia ada di rumah sendiri. Jam menunjukkan pukul tujuh malam. Perasaan gelisah semakin membayanginya. Padahal dia sudah berusaha mengenyahkan pikiran itu, namun semakin dienyahkan, semakin pikiran itu membayanginya.

Pikirannya mendadak melayang ke dua tahun yang lalu.

Flashback on

Aruna sedang asik mendengarkan musik di kamarnya. Dia melompat lompat seperti orang kesetanan. Mulutnya terbuka sedikit mengikuti lirik yang di keluarkan CD nya. Sampai akhirnya aktivitas itu terhenti karena pintu kamarnya diketuk oleh seseorang.

Tok ... Tok ... Tok

"Na, dicariin tuh." Mamanya berdiri di ambang pintu, berbicara dengan suara agak keras. Karena suara musik yang distel Aruna cukup kencang.

Aruna menghentikan aktivitas melompat lompatnya. Mematikan musiknya.

"Siapa mah?"

"Bintang." Setelah itu mamanya pergi meninggalkan Aruna menuruni tangga.

Mendengar nama Bintang, senyum di bibir Aruna langsung mengembang. Dia membenahi rambutnya yang acak acakan. Merapikan bajunya dan cepat-cepat menuruni anak tangga menuju ruang tamu.
Dan benar saja, dia sudah menemukan bintang tengah duduk di ruang tamu sambil membawa sebuah album di tangannya.

"Kok gak ngabarin duluan?"

"Maaf, gak sempet Na." Suara itu terdengar datar dan sumbang di telinga Aruna. Ada yang berbeda dari dalam diri Bintang.

"Yaudah gak papa, untung aku pas ada di rumah, mau ngajak pergi ya? Bentar deh aku ganti duluan ya?" Aruna bangkit dari duduknya, namun baru berberapa langkah, suara Bintang menghentikannya.

"Aruna?" Aruna membalikkan badannya, menatap Bintang yang duduk tak jauh dari tempatnya berdiri.

Bintang berdiri dari duduknya. Menghampiri Aruna. Tanpa berkata apapun, Bintang memberikan album yang ada di tangannya. Album yang berisikan kenangan dua tahun mereka.

"Kok dikembaliin? Ini kan emang buat kamu." Aruna mengrenyitkan dahinya tanda bingung.

Namun yang ditanya hanya diam membisu.

Bintang melepas gelang couple pemberian Aruna juga. Lalu diberikannya gelang itu pada Aruna.

Aruna semakin bingung dengan sikap Bintang.

"Kamu kenapa sih? Apa maksudnya?"

Bintang terdiam. Sungguh sorot matanya itu tak terdefinisikan. Banyak luka di sana. Banyak yang tak terbaca maksud dan tujuannya.

Tanpa berkata apa-apa, Bintang memeluk Aruna erat. Awalnya Aruna bingung, namun lama kelamaan dia luluh juga dalam pelukan Bintang. Pelukan itu berlangsung cukup lama.

Entah kenapa tiba-tiba air mata Aruna jatuh lolos begitu saja. Pelukan itu terasa seperti perpisahan. Pelukan itu seperti tanda akan pergi tanpa pulang.

Bintang mengurai pelukannya. Menghapus jejak air mata di pipi Aruna. Lagi-lagi Bintang hanya diam. Menatap Aruna dengan sorot mata yang dalam.

"Maaf dan terimakasih." Hanya dua kata itu yang Bintang ucapkan. Kemudian dia pergi begitu saja tanpa menjelaskan apapun. Meninggalkan Aruna yang diam mematung. Ingin mengejar namun kaki terasa terpaku di tempat. Dan yang dilakukan Aruna hanyalah menangis melihat punggung itu kian lama kian meghilang seiring pintu rumah ditutup rapat-rapat.

-DEEP-Where stories live. Discover now