DEEP [TUJUH PULUH EMPAT]

56 7 0
                                    

Abel sudah siap dengan barang-barangnya. Segala keperluan sudah Abel ringkas dalam ransel kecil yang sempat teronggok di rumah ini lebih dari 3 tahun lamanya. Abel mengedarkan pandangan ke sekitar ruang tamu, matanya nanar mencari sosok Dekka di ruang tamu. Baru saja Abel ingin mendaratkan pantatnya di sofa, sebuah suara mengintrupsinya. 

"Udah siap Bebel?"

Abel cengo melihat Dekka beserta barang tentengannya. Bagaimana tidak? Dekka tengah menggedong sebuah tas carrier berukuran sedang dan sebuah mantras di atasnya. 

"Lu mau pindahan?"

Dekka menggendikkan bahunya dan hanya tersenyum.

"Gila lu! gue butuh jawaban lo anjim bukan senyum lo elah."

"Heleh nanti kangen," goda Dekka.

"Apasih gajelas!," pipi Abel mendadak memerah seketika.

"Ga jelas kok blushing gitu sih,"

"Bawal! Kita mau ke mana sih Ka? jangan culik gue lu! Gue aduin suami gue entar!"

"Iya deh yang punya suami," ucap Dekka dengan nada yang dibuat sebiasa mungkin tanpa melihat Abel. Sejujurnya Dekka sakit mendengar kalimat yang baru saja dilontarkan Abel. Rasanya Dekka semakin ditampar kenyataan bahwa perempuan di depannya ini kini sudah menjadi milik seseorang. 

Abel yang menyadari Dekka mendadak diam, langsung menepuk pundak Dekka pelan, "are you okay? kok diem aja Ka?"

Dekka segera sadar dari lamunannya, "huh? I'm okay Bebel,"

'I'm not okay Bel, gue sakit denger perkataan lo tadi. Gue cemburu. Apa ini yang lo rasain dulu pas gue dengan santainya bilang kalo gue sayang sama orang lain, bukan elo? Apa ini karma gue Bel?' ucap Dekka dalam hati. 

"Lo dari pada cengo mending cepetan jalan ke mobil dah, gue mau ambil hp bentar,"

"Siap bos!"

Abel berjalan menuju mobil Dekka. Di dalam mobil Dekka, tepatnya di tempat duduk bagian belakang terdapat berbagai macam barang-barang seperti peralatan camping. Tanda tanya besar mencuat di kepala Abel. Karena sejujurnya dari awal Dekka sama sekali tidak memberitahu ia akan diculik, maksudnya mau di bawa ke mana oleh Dekka. Karena lelaki itu sedari tadi hanya membicarakan one day with Dekka tidak lebih. 

Beberapa menit kemudian, Dekka masuk ke dalam mobil. 

Abel yang melihat Dekka sudah ada di sampingnya langsung menatap Dekka dan siap melontarkan berbagai pertanyaan yang sedari tadi mencuat di pikirannya. 

"Sebenernya kita mau ke mana sih? Banyak amat woi barang-barang yang lo bawa. Atau jangan-jangan lo mau bawa gue kawin lari ye kan? Gila Lu!" Abel menggebu-gebu dengan nada hebohnya.

Dekka menoyor kepala Abel pelan, "Otak lu kaga dicuci berapa tahun sih? negatif teros isinya,"

"Sialan!" Abel memberengut.

"Gausa crewet deh, lu nimbang duduk doang. Nanti juga kalo udah sampe lo tau elah,"

"Kan gue cuma nanya doang njir,"

"Iya bawel iya. Sekarang dengerin gue. Hari ini kita akan merealisasikan sebuah petualangan-"

"Ciaelah petualangan, bolang lu pikir?"

"Bawel sekali lagi gue plester lo,"

Abel hanya nyengir kuda melihat Dekka marah-marah. Karena sejujurnya Abel kangen melihat Dekka riweh seperti ini hanya karena kebawelan yang Abel buat. 

"Oke, gue ulangin ya. Hari ini kita akan merealisasikan sebuah petualangan berjudul one day with Dekka. And we have rules yang harus dipatuhin. Pertama, no handphone,"

-DEEP-Where stories live. Discover now