DEEP [DUA PULUH EMPAT]

1.1K 91 0
                                    

Abel berjalan menyusuri lorong demi lorong kelas sambil bernyanyi nyanyi. Hari ini moodnya sedang baik karena nilai ulangan matematikanya mendapat angka delapan. Suatu kebanggan dan keberuntungan yang teramat besar bagi Abel jika mendapatkan nilai matematika di angka delapan. Bagi Abel yang otaknya hanya lancar untuk menghafal bukan untuk menghitung mendapatkan nilai delapan dalam pelajaran matematika seperti mendapatkan durian runtuh.

Ketika Abel hampir sampai di parkiran, tiba-tiba ada yang menarik tangannya. Refleks Abel berteriak.

"Tolong penculik tolong!!" suara Abel menggema di lorong-lorong.

"Sttt ... Heh, ini gue, Galang, gak usah teriak-teriak elah."

Begitu mendengar suara yang familiar di telingannya, dia berhenti memberontak dan berhenti berteriak.

Abel menghempaskan tangannya yang di cekal oleh Galang.

"Anjir, gue kira penculik beneran." Abel mencak-mencak gak jelas.

"Parnoan, sering lihat sinetron sih."

"Lah elonya juga pake acara tarik-tarik gue dadakan. Ngomong baik-baik kan bisa."

"Ya maaf," cicit Gilang.

"Lagian lo mau ngapain sih tarik-tarik gue? Lo kira gue tali apa."

"Temenin gue yuk?"

Abel mengerutkan keningnya samar, "Kemana?"

"Elah, timbang bilang iya doang susah, nanti juga lo tau."

Gilang menggandeng tangan Abel, sedangkan Abel juga nurut-nurut aja.

Di dalam mobil Abel hanya diam tak bertanya lebih lanjut. Sedangakan Gilang tersenyum kecil.

"Gak usah ngambek, nanti juga lo tau kok."

Sedangkan Abel menatap Gilang cemberut.

Mobil yang di bawa Gilang berbelok ke super market.

"Bisa bantu gue?"

"Apa?"

"Bantu gue buat pilih Minyak, Telur, Beras dan kawan kawannya, semacam sembako gitu buat kebutuhan dapur. Merk  yang biasa lo beli."

"Buat?"

"Nanti juga lo tau."

"Kayak gak ada jawaban lain aja."

Setelah berkata seperti itu, Abel ngeloyor begitu saja masuk super market. Meninggalkan Gilang di belakang.

Abel sibuk mencari cari bahan dapur yang biasa dia beli. Sambil mengingat-ingat apa saja yang di beli bundanya untuk keperluan dapur. Sedangkan Gilang membuntuti dari belakang. Diam-diam, Gilang memotret setiap ekspresi Abel. Entahlah, Gilang suka cara Abel mengekspresikan perasaannya.

Setelah semua bahan-bahan dapur terbeli, mereka menuju kasir. Bahan-bahan itu di kemasi dalam beberapa kardus. Lalu kardus-kardus itu di masukkan ke dalam bagasi.

Lalu mereka melanjutkan perjalanan. Baru lima belas menit, mobil yang dikemudikan Galang berbelok ke sebuah toko mainan dan boneka.

Galang turun dari mobil disusul oleh Abel.

"Lo bisa tolong pilihin boneka yang di sukain anak perempuan?"

Abel mengangguk pelan.

Walaupun ia masih bingung, tapi dia tetap memilih milih boneka yang di sukai anak-anak perempuan. Sedangkan Galang mencari mainan untuk anak laki-laki.

Setelah memilih-milih, mereka membayar ke kasir. Semua mainan itu di masukkan ke dalam kardus pula.

Mereka melanjutkan perjalanan lagi. Abel masih terdiam dalam kebingungannya. Malahan Abel sempat menebak yang tidak-tidak.

-DEEP-Where stories live. Discover now