DEEP [ENAM]

2K 174 2
                                    

Abel sedari tadi masih saja berada di meja belajar. Berkutat dengan PR fisika yang membuatnya menjungkirbalikan otak. Sudah satu jam lebih dia ada di depan meja belajar. Bermesraan dengan buku fisika. Namun dia masih saja stuck di nomer satu.

Kalau enggak gara-gara besok senin dia ada janji dengan Dekka,  pastilah PR itu akan dikerjakan malam senin. Dan kalau mentok tidak bisa,  dia mencontek punya Anya. Apalagi sekarang malam minggu. Jatah Abel menyelesaikan novel-novel yang baru saja dibelinya dua minggu lalu.

Abel mengacak rambutnya frustasi. PR fisika sungguh membuatnya gila.

Tok ... Tok ... Tok... 

"Hissh siapa sih!? Ganggu aja." Abel menggerutu kesal. "Buka sendiri. Kaga di kunci." Teriak Abel membahana.

Dan di situ menampakkan abangnya.

"Tuh,  di cariin."

"Ck,  siapa sih?" Abel memutar kursinya ke belakang.  Menampakkan rambutnya yang acak acakan seperti orang gila.

"Astagfirullah,  rambut lo kenapa?  Habis kesetrum lo?" Varo terkejut.

"Iya. Habis kesetrum soal fisika. Siapa sih bang yang nyariin?"

"Alien bumi."

"Arel?"

"Hooh." setelah itu Varo langsung pergi dari kamar Abel.

Abel menepuk jidatnya sendiri.

"Geblek! Gue kan ada janjian sama Arel."

Dengan gerakan cepat,  Abel menuruni tangga menuju ruang tamu. Dan benar, di situ nampaklah Arel yang sedang duduk sambil membolak balikkan majalah.

"Yaampun Arel,  gue lupa." Abel nyegir.

Mendengar suara Abel,  Arel langsung mendongakkan kepalanya. Namun ekspresinya sama sekali tidak dapat terbaca setelah melihat penampilan Abel yang menyamai orang-orangan sawah.

"Astagfirullah,  lo habis kesamber petir?" Arel menggeleng gelengkan kepalanya dan menatap aneh sahabatnya itu.

"Hooh,  kesamber petir rumus fisika." Jawab Abel sekenananya.

"Mending lo sekarang cepetan ganti baju deh. Gue takut nanti pas kita jalan dikira gue ngajak kabur pasien rumah sakit jiwa. Tapi kalo lo tetep mau kek gitu ya gakpapa sih. Gue sih B aja. Kan yang malu juga elo bukan gue." Arel mengatakan dengan santai sekali tanpa ada beban.

"Dasar manusia laknat!" Abel mencubit lengan Arel sampai mengaduh.

"Cepetan sono ganti."

"tunggu di sini,  lima belas menit lagi gue siap."

Abel lari secepat kilat menuju kamarnya.

Lima belas menit kemudian ...

Abel menuruni tangga menuju ruang tamu. Dia hanya memakai Hot pans dan kaos putih bertuliskan 'just'. Tak lupa sepatu adidas putih kesayangannya. Rambutnya dicepol asal, menyisakan anakan rambut yang berjatuhan di leher jenjangnya.

"Yuk?"

Arel menganggukkan kepalanya dan menuju ke mobil.

Dalam perjalanan, Abel dan Arel konser.  Mereka menirukan lantunan lagu yang diputar. Sesekali mereka tertawa karena suara mereka tidak sampai atau bahkan terlalu rendah.

"Kita mau kemana sih Rel?"

"Brisik aja lo,  nanti juga tau sendiri." jawab Arel cuek.

"Yee,  tanya doang aja dijutekin. Pms mas?"

-DEEP-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang