DEEP [TUJUH BELAS]

1.2K 110 0
                                    

Cek mulmednya ya, ada quotesnya 🔝🔝

.
..
...
....
......

Jam menunjukkan pukul 9 malam, Arel baru saja sampai di sebuah kafe langganannya. Dia ada janjian dengan Dekka di sana.

Lima menit menunggu, Dekka akhirnya datang juga.

"Telat lima menit nih,"

"Elah, cuma lima menit doang, kayak cewek lo bawel." jawab Dekka sewot.

"Lha elo juga kayak cewek, sensi mulu. Pms lo?"

"Sialan!" Dekka menjitak kepala Arel. "Udah pesen?"

"Belum, nungguin elo lah. Sweet gak sih gue?" Arel menaikkan alisnya.

"Kok gue jijik ya lama-lama sama elo? Lo homo ya?" Dekka bergidik ngeri.

"Homo pale lo peyang! Enak aja lo, gue punya burung ya, gue masih normal." Kilah Arel.

"Lah tante gue juga punya burung."

"Lah? Serius lo?" Arel kaget.

"Serius, burung hantu gitu, baru beli kemaren sore di pasar hewan." Jawab Dekka tanpa rasa bersalah.

Rasanya saat itu juga Arel ingin menceburkan Dekka ke sumur.

"Anjir! Gue kira beneran punya. Elo ganteng-ganteng kok bego sih?"

"Lah elo lebih bego."

"Jadi kita sama-sama bego ya?" Arel sok berpikir.

"Tos dulu bro, kita komplotan anak bego!" seru Dekka heboh membuat beberapa pasang mata pengunjung kafe menatap mereka dengan tatapan yang tak bisa di jelaskan.

"Emang bener ya kata Abel, kita kalo lagi berdua ngelebihin orang bego."

"Gue jadi inget sesuatu, Abel cerita apa gitu gak sama lo?"

"Emang kenapa?" Arel pura-pura tidak tahu.

"Gue sore tadi habis ketemu sama dia di taman. Dan dia tu kayak kacau banget. Matanya bengkak, ah ngalahin panda pokoknya. Gue tanya, dia bilang gakpapa. Tapi gue yakin dia ada sesuatu. Cuma dia belum mau cerita deh." terang Dekka.

"Nah, ini yang mau gue omongin sama elo. Tapi pesen kopi dulu deh biar yahud." Arel memotong pembicaraan, " Mbak bisa ke sini?" Arel memanggil seorang pelayan.

"Iya, ada yang bisa saya bantu?" pelayan itu berkata dengan ramah.

"Saya pesan Kopi hitam satu, lo apa Ka?"

"Samain aja elah."

"Okey mbak, kopi hitam dua."

"Baik, tunggu sebentar ya,"

Tak lama kemudian kopi mereka datang. Dekka mengeluarkan sebungkus rokok. Mengambilnya satu batang lalu diselipkan di antara bibirnya. Menyalakan ujungnya dengan korek, lalu menyesapnya penuh perasaan dan membumbungkan asapnya di udara.

"Mau?" Dekka menawarkan.

"Satu sini," Arel melakukan hal yang sama. Mereka berdua begitu menikmati setiap sesapan rokok dan kepulan asap yang mereka bumbungkan ke udara. Beginilah cara mereka berdua menemukan ketenangan. Duduk berdua berhadapan tanpa saling bicara. Berteman dua cangkir kopi hitam dan satu bungkus zat berbahaya.

"Lo tau gak apa yang terjadi sama Abel?"

Dekka membenarkan posisinya. Di sesapnya zat berbahaya itu lalu menggeleng pelan seakan dirinya betul-betul tidak tahu.

-DEEP-Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu