DEEP [LIMA PULUH DUA]

855 82 8
                                    

Pagi-pagi sekali Abel sudah bangun. Entahlah. Di saat hari-hari sekolah dia tidak pernah bangun tepat waktu. Sedangkan ketika liburan malah dia bangun lebih awal. Aneh memang. Abel sedang menyirami bunga mawar di taman belakang rumahnya. Abangnya belum bangun. Sedangkan mamanya sedang bersibuk ria di dapur.

Melihat bunga mawar di depannya dia jadi ingat Dekka. Abel menghela napasnya kasar ketika mengingat cowok itu lagi. Ah Dekka. Tak bisakah sekali saja segalanya tentang Dekka itu hilang? Tak bisakah sekali saja wajah Dekka hilang dari ingatan juga matanya? Ternyata melupakan itu lebih sulit dari yang di bayangkan Abel. Bunga mawar di depannya membuat otaknya memutar kembali ke kejadian pada hari itu.

Flash Back on

Abel sangat sebal hari ini, dirinya sedang berulang tahun, namun sesosok yang ditunggunya malah tak datang. Kata Arel dia sedang ada acara dengan keluarganya. Alhasil setelah dia mendapatkan kejutan dari sahabat-sahabatnya tentunya tanpa Dekka, hatinya belum sepenuhnya bahagia. Bagaimana tidak? Orang yang di tunggu-tunggu malah tidak datang.

Awas aja lu nanti kalo ketemu, gak mau ngomong gue sama lo

Dan hari hampir mencapai tengah malam. Abel masih saja menunggu sebuah pesan dari Dekka. Setidaknya cowok itu mengirimkan ucapan selamat kepadanya jika tidak bisa hadir ikut merayakan. Tapi nyatanya pesan itu tak muncul muncul juga.

Abel menghela napas kasar. Dia menyerah. Bodo amat Dekka mau mengucapakn atau tudak. Abel yakin, cowok itu bahkan ingat hari ulang tahunnya pun sungguh di ragukan.

Abel berpindah posisi, dia naik ke tempat tidur dan menarik selimutnya. Namun sebuah suara mengintrupsi kegiatannya. Suara itu seperti sebuah ketukan di pintu luar kamarnya. Memang kamar Abel terletak di lantai dua. Namun ada pintunya juga. Itu Abel yang meminta. Karena setiap saat dnegan pintu itu ia bisa menuju teras lantai dua untuk sekedar memandangi senja.

Abel menajamkan pendengarannya. Siapa tahu dia salah dengar. Tapi yang dia dapat ketukan itu semakin kencang. Pelan, dia menuju pintu. Sangat pelan, dia membuka pintu itu sambil memejamkan mata. Siapa tahu itu hantu atau semacamnya. Setelah berhasil membuka pintu, Abel membuka matanya. Dia Tidak di kejutkan oleh hantu dlaam bayangannya, namun oleh sebuah boneka panda yang super besar. Tingginya melebihi Abel. Tiba-tiba dari balik boneka panda itu muncul sebuah cahaya remang-remang. Abel menatapnya lamat-lamat. Seketika itu juga ia langsung membungkam mulutnya sendiri. Matanya berkaca kaca.

Ternyata cahaya remang remang itu berasal dari dua buah lilin berangka satu dan enam. Tertancap di sebuah roti berukuran besar. Dan seseornag di balik ini semua adalah Dekka. Sungguh saat itu Abel ingin berhamburan ke pelukan Dekka lalu memarahinya. Namun yang bisa Abel lakukan hanya terdiam di tempat. Tak bergerak seincipun. Matanya berkaca kaca karena saking bahagianya.

Dekka melirik jam tangan yang melingkar manis, "masih jam 22.55 dan masih tanggal 11 Januari 2016. Masih ulang tahun elo kan? Happy birthday my sweety. Gue pengen jadi orang terkahir yang ngucapin elo. Apa gue berhasil?"

Abel mengangguk pelan.

"Sekarang tiup deh lilinnya dan don't forget to make a wish sweety."

Abel memejamkan matanya. Membuat permohonan. Lalu dia meniup lilinnya.

Dekka meletakkan roti itu. Lalu dia mengambil sebuket mawar merah yang telah disiapkan.

"for you. "

Abel menerima buket mawar merah itu dengan mata yang masih berkaca kaca. Dekka selalu tahu yang dia suka.

-DEEP-Where stories live. Discover now