DEEP [EMPAT PULUH LIMA]

1K 80 0
                                    

Butuh waktu setengah jam hingga Abel sampai di depan rumah Quinta. Abel turun dari mobil, memencet bel rumah Quinta. Tak lama kemudian, pintu itu di buka. Memunculkan Astrid—mamanya Quinta.

Astrid menatap Abel dengan tatapan yang sulit dijelaskan. Dia langsung merengkuh Abel. Astrid menangis di sana.

Abel menenangkan Astrid. Diurainya pelukan itu. Dengan mata berkaca-kaca, Abel memberanikan diri bertanya.

"Quinta kemana tante?"

Astrid hanya menggeleng lemah. Dia juga tidak tahu kemana anak sulungnya itu pergi.

Abel menggoyah goyahkan tubuh Astrid, "Tante, Quinta kemana?"

"Quinta gak ada, tante gak tau dia kemana. Udah tiga hari ini dia menghilang begitu saja. Ini salah tante yang selalu memarahi dia. Sekarang tante gak tahu lagi mau cari Quinta ke mana. Makanya tante hubungi kamu. Tante pikir kamu tahu dia di mana."

"Apa? Quinta hilang?" suara itu terdengar seperti tidak percaya.

Astrid dan Abel sama-sama membalikkan badan dan melihat ke arah sumber suara. Abel mengerutkan dahinya samar. Merasa tidak asing dengan wanita yang sepertinya lebih muda dari mamanya Quinta.

"Maaf Al, aku bisa jelasin." terdengar rasa penyesalan disetiap kata yang di ucapkan Astrid.

"Sudah cukup kamu membuat Quinta sakit hati. Lihat. Akibat perbuatanmu dia kabur. Jika Quinta ketemu, jangan harap dia bisa tinggal denganmu. Aku tak rela dia di sia-siakan."

"Al, tolong beri aku kesempatan lagi. Aku mohon." Air mata Astrid jatuh.

"Gak. Aku udah habis kesabaran." Wanita itu berkata agak ketus. Di penuhi amarah. "Kamu temennya Quin? Ikut tante yuk?"

Tanpa menunggu jawaban, wanita itu menarik pelan tangan Abel untuk ikut dengannya.

"Naik mobil aja tante, Abel bawa mobil soalnya."

Wanita itu menganggukkan kepalanya lalu ikut masuk mobil bersama Abel.

Tak sampai lima menit, Abel dan wanita itu sampai di depan sebuah rumah yang tak kalah megah dengan rumah Quinta.

Wanita itu keluar dari mobil disusul Abel yang mengikuti di belakang.

"Ayo nak ikut tante masuk, duduk dulu tante ambilkan minum."

Abel mengangguk.

Abel mengamati sekelilingnya. Rumah ini begitu klasik dan unik. Banyak sekali foto di dinding ruang tamu ini. Terutama foto Quinta banyak terpajang di sana. Dari mulai masih balita sampai sekarang.

Tak lama kemudian, wanita itu datang dengan membawa nampan berisi makanan dan minuman.

"Jadi repot gini tante," Abel tersenyum kikuk.

"Ah enggak, nama kamu siapa?"

"Saya Abel tante, sahabatnya Quinta."

"Oh ini to yang namanya Abel. Quin sering cerita tentang kamu dan satu lagi sahabatnya namanya Gladis."

Abel hanya mangut-mangut.

"Kalo tante siapa?"

"Nama tante Alya. Tante orang tua angkat Quinta."

Deg!

Jantung Abel ingin mencolos dari tempatnya begitu pernyataan itu keluar dari mulut tante Alya.

"Orang tua angkat?"

"Iya. Kamu pasti kaget kan? Makanya tante bawa kamu ke sini. Tante mau kamu denger semuanya. Sebenernya tante gak boleh nyeritain ini semua ke orang lain sama Quin. Tapi tante rasa hanya kamu yang dapat meluruskan semua."

-DEEP-Where stories live. Discover now