DEEP [DUA PULUH DELAPAN]

1K 86 0
                                    

Abel memasuki rumahnya. Rumahnya sepi seperti tidak ada orang. Lampu-lampu bahkan belum dinyalakan. Padahal hari sudah petang.

"Bunda? Bunda di mana?"

Mendengar suara anaknya pulang, cepat-cepat Bela menghapus jejak air matanya. Lalu menghampiri anaknya yang ada di ruang tamu.

"Abel, kamu dari mana aja nak?"

"Abel cuma habis dari jalan-jalan aja kok Bun."

"Lain kali pamitan dulu sama Bunda sebelum pergi, ya?"

Abel mengangguk.

Bela tersenyum ke arah anaknya.

Abel mengamati bundanya lekat-lekat. Lalu ia mengrenyitkan dahinya.

"Bunda habis nangis? Bunda gak papa kan?"

"Enggak, bunda cuma kecapekan aja." Jawab Bela yang tentu saja bohong.

"Ini pipi bunda kenapa? Kok lebam?"

Bela terkejut. Ternyata anaknya ini lebih jeli dari yang diduganya.

"Enggak papa kok, cuma tadi nabrak dinding aja."

"Kok bisa?"

"Mungkin bunda kurang hati-hati." jawab Bela meyakinkan Abel. " Yaudah sekarang kamu bersih-bersih badan terus istirahat ya,"

Abel mengangguk dan menuju kamarnya. Langkahnya terhenti di depan kamar Varo. Kamar itu terbuka. Namun tak menunjukkan tanda-tanda sang pemilik kamar itu ada di dalam. Kemana perginya abangnya itu? Apa jangan-jangan?

Abel menggeleng gelengkan kepalanya. Ia tidak ingin mengingat apa yang di lakukan abangnya. Rasanya sesak jika mengingat kelakukan abangnya itu. Abel rasa akhir-akhir ini abangnya jarang di rumah. Selalu pulang malam bahkan kadang pagi hari baru pulang. Itupun dalam keadaan setengah sadar.

Mengingat itu membuat Abel meneteskan air mata. Cepat-cepat dia menuju kamar mandi. Membersihkan diri. Berharap dapat sedikit menenangkan dirinya.

Setelah ritual bersih bersihnya selesai, dia duduk di atas ranjang. Membuka handphonenya yang sejak tadi sama sekali belum tersentuh.

Baru saja dia menyalakan data, notif dari Arel, Quinta, Gladis dan Dekka memenuhi handphonenya.

Abel tersenyum kecil. Sahabat-sahabatnya itu memang peduli dengannya. Sangat. Satu persatu dia membalas pesan mereka. Yang paling menyita perhatian Abel adalah line dari Quinta.

Quintancuk : Abel lo dimana?

Quintancuk : Bunda lo ngehubungin gue, katanya lo belum pulang-pulang

Quintancuk : udah sore Bel, cepetan pulang, kasian nyokap lo

Quintancuk : Heh, pulang napa

Quintancuk : Jangan kayak bang toyib elah,
Quintancuk : Tai lu ah

Quintancuk : Bel, gak lucu ah, lo di mana :((

Quintancuk : Jangan ngilangan mulu kayak doi dong :((

Quintancuk : Fix , lo ninggalin gue

Quintancuk : lo kagak di culik alien kan ya?

Quintancuk : Ah atau jangan-jangan lo lagi ena ena sama om om?

Quintancuk : Bel, gue serius lo dimana :((

Quintancuk : Gue sate kalo sampe gue ketemu lo

Quintancuk : Please jangan bikin gue khawatir :((

Abel tersenyum kecil. Sahabatnya yang satu itu selalu peduli padanya. Ia merasa senang bisa mendapatkan orang seperti Quinta. Abel membalas line itu.

-DEEP-Où les histoires vivent. Découvrez maintenant