40 : : LITTLE THINGS...

Mulai dari awal
                                    

Perempuan itu hanya tak ingin dirinya seperti dulu. Bertingkah seolah diluar kendali bahkan jika diingat-ingat lagi sepertinya Radin mengakui, tiga tahun yang lalu sungguh dirinya benar-benar gila.

"Sahabatku pada sibuk Bi. Lagipun sebentar lagi aku mau ujian, harus persiapkan semuanya."

"Den," panggil Bibi, perempuan itu mendaratkan tubuh, duduk di samping Radin seraya memerhatikan tumpukkan buku soal milik anak majikannya itu. "Bibi pesan sama Den Radin, Den Radin harus kuat ya Den. Sampai kapanpun jangan nyerah."

"Radin enggak nyerah Bi," ucap Radin menekankan, tersenyum lembut. Suara pertengkaran masih saja terdengar dari dalam rumah, begitu berisik dan terkadang ingin rasanya Radin berteriak sekarang, menyuruh diam. Entah itu untuk orang di dalam rumah maupun untuk otaknya yang tidak pernah membiarkannya tenang.

"Radin hidup untuk jaga Papa sama Mama. Untuk bahagiakan mereka. Lagipula..." Radin menoleh sejenak, lalu memandang hamparan langit senja, tampak begitu tenang. "Selama ada Bibi, ada sahabat-sahabatku, semuanya pasti baik-baik saja. Aku pasti bisa hadapi semuanya."

"Kalau sahabat Den Radin sama Bibi enggak ada di samping Den Radin, gimana?" tanya perempuan paruh baya itu. Berhasil membuat Radin mengernyit heran, sorot mata tidak terima tampak terpancar dari mata bundar itu.

"Bibi sama sahabat-sahabat Radin pasti selalu ada. Radin udah percaya sama kalian, Radin yakin kalian semua baik, enggak mungkin kecewakan Radin," ucap Radin menekankan.

"Tapi Den..."

"Jangan pesimis Bi," ucap Radin, anak itu tampak sedikit kesal, berusaha mungkin mengalihkan pikirannya dengan memetik senar gitar di pangkuannya. "Radin enggak suka lihat Bibi pesimis. Lagipun karena apa Bibi sampai ninggalin Radin? Karena apa sahabat-sahabat Radin pergi?"

"Kita sering bertengkar, tapi juga berdamai dengan cepat. Kita semua bakal bisa sama-sama sampai nanti. Enggak ada alasan kenapa Bibi sama sahabat-sahabat Radin pergi. Jangan mikir yang aneh-aneh Bi," tegur Radin.

Diam-diam perempuan paruh baya itu tersenyum samar. Merangkul sebelah tangannya ke pundak Radin, memberikan semangat. "Den, enggak mau mainin gitarnya untuk Bibi Den? Bibi mau dengar Den Radin main."

Radin menoleh, mendadak saja wajah kesal itu lenyap seketika, bukan hanya wajah kesal, tapi rasa takut yang ia tahan dari beberapa jam lalu seolah-olah menguap seketika. Membuat dirinya lupa begitu cepat.

Radin tersenyum senang, mengangguk. Suara petikan gitar terdengar nyaring dan berharap semoga bisa meredamkan suara di dalam sana.

Angin senja berhembus pelan, terasa menenangkan, mendamaikan suasana. Perempuan paruh baya yang tadinya memerhatikan taman belakang rumah itu tersenyum, berusaha mungkin menahan rasa miris begitu mengingat ucapan Radin beberapa menit yang lalu. 

Bibi sama sahabat-sahabat Radin pasti selalu ada. Radin udah percaya sama kalian, Radin yakin kalian semua baik, enggak mungkin kecewakan Radin.

Entah untuk berapa puluh kali perempuan itu mengembus napas panjang di hari ini. Nihil, seandainya anak laki-laki itu mengerti, percayalah, tak ada kata baik yang benar-benar mencerminkan di dunia ini. Yang ada hanyalah orang yang berusaha mungkin berbuat baik.

Begitu juga dengan kecewa, berusaha apapun menghindarinya. Berusaha apapun membenci kalimat itu, tetap rasa itu akan ada. Tetap kita akan merasakannya. Hanya tergantung manusianya...

Memilih untuk tetap bertahan atau menyerah.

☔☔☔

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

THANK'S FOR READING

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

THANK'S FOR READING. I HOPE YOU ENJOY IT ^^ ,

VOTE COMMENT YAA > .<

Boy Under The Rain [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang