DEEP [TIGA PULUH EMPAT]

Comincia dall'inizio
                                    

"Gue juga ngerasa gitu sih, gue pernah pas pergi sama Abel mergokin dia punya luka di pipinya gitu. Maybe kayak bekas tamparan."

"Serius lo?"

Arel mengangguk mantap.

"Terus dia jawab apa waktu lo tanyain?"

"Ya dia cuma jawab kalo itu kebeset kukunya doang. Tapi gue gak percaya sih,"

"Kenapa sih Abel gak mau cerita sama kita? Gue gak mau dia nanggung beban berat sendirian Rel."

"Gue juga Ka, semenjak Abel cerita kalo orang tuanya pisah, dia gak pernah curhat apapun sama gue. Sama sekali enggak pernah. Walaupun cuma masalah kecil doang."

"Lah iya sama, dia juga gitu ke gue. Dia jarang banget cerita semenjak kita semua tau orang tuanya pisah."

"Mungkin dia butuh waktu Ka, kasih dia waktu, kita gak ada hak buat maksa dia cerita masalahnya, apalagi itu rawan banget."

Dekka menyetujuinya.

"Ka?"

"Hm?"

"Gue mau ngomong deh,"

"Apaan elah,"

"Gue lagi suka sama seseorang,"

"Siapa?"

"Ya ada, tapi gue bingung ngomongnya,"

"Sikat aja bro, kayak baru deketin cewek sekali aja lo," Dekka menyenggol bahu Arel.
"Ini spesies beda Ka, dia tu apa sih unik gitu"

"Unik gimana maksudnya?"

"Ya kayak gitu, beda sama cewek lainnya. Gak tau aja gue jadi tertarik aja sama dia. Sebenernya udah lama, tapi gue gak bisa ngungkapin ke dianya. Gak pernah pas waktunya."

"Santai bro, lo pasti bisa. Gue yakin." Dekka memberi semangat pada Arel.

"Thanks brother," Arel menepuk pundak Dekka.

"Lo mau gak?" Dekka menyodorkan Vapornya.

Arel mengangguk dan mengambil Vapor itu.

"Mau minum apa lo?"

"Air item aja, tapi buatan lo. Kalo buatan bibi tu beda rasanya." 

Mengerti maksud Arel, Dekka pergi menuju dapur, meninggalkan Arel sendirian dengan vapornya.

Arel duduk sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling taman. Tenang dan damai. Tak ada suara kendaraan yang berlalu lalang seperti di rumahnya. Hanya ada suara jangkrik yang memenuhi indra pendengarannya. Arel menyesap vapornya perlahan. Dia merasakan kedamaian di sana.

Namun tiba-tiba ketenangannya terusik oleh suara notif di handphone Dekka. Arel tak sengaja melihat nama yang tertera di notif itu berikut pesannya secara kilat. Dan pesan itu menampakkan nama Nila di sana.

Nila ❤ : Kemana? Kalo pagi gue gak bisa, bisanya sore.

Arel mengerutkan dahinya samar. Setahu Arel, Dekka tak pernah berhubungan lagi dengan Nila semenjak hubungan mereka berakhir. Perasaan-perasaan tidak enak mulai menghantui Arel. Apalagi setelah membaca isi pesan dari Nila secara kilat. Membuat Arel menjadi menaruh prasangka buruk pada sejolinya itu.

Tak lama kemudian, Dekka pun datang membawa dua cangkir air hitam alias kopi hitam.

Arel langsung menyesap kopi yang di bawa Dekka. Menikmati setiap sesapannya. Pikirannya tidak tenang semenjak pesan dari Nila di handphone Dekka tadi. Ia memutuskan untuk bertanya pada Dekka.

"Ka, lo hubungan lagi sama Nila?"

Dekka nampak terkejut dengan pertanyaan dadakn soal Nila.

"Kenapa lo ngomong gitu?"

"Enggak, cuma nanya aja, tadi handphone lo ada notif dari Nila."

Wajah Dekka lagi-lagi menunjukkan keterkejutannya, namun segera di netralkan. Sayangnya Arel dapat menangkap gelagat aneh dari Dekka.

"Woalah itu, Nila nanya sama gue kapan kumpul-kumpul lagi,"

"Oh gitu,"

Gak Ka, lo bohong sama gue tentang Nila.

"Ka, gue cabut ya,"

"Kok gak nginep?"

"Enggak, kucing gue belum gue kasih makan nih, lupa gue." Arel nyengir.

"Sejak kapan lo punya kucing?"

"Gue di titipin tetangga soalnya dia lagi pergi dinas gitu ke Bali, udah ya,"

Tanpa menunggu jawaban dari Dekka, Arel langsung pergi dari rumah Dekka.

Sepanjang perjalanan, dia tak fokus menyetir. Di tepikannya mobilnya itu di pinggir jalan.

Arel merasakan hal aneh pada Dekka. Dia tidak ingin berpikiran negatif tentang diri Dekka. Namun bukti-bukti mengarah ke hal itu. Apa yang harus di lakukannya? Akankah masa lalu itu akan terlulang lagi untuk kedua kalinya atau hanya perasaan Arel saja?

Memikirkan hal itu membuat kepala Arel berdenyut. Dia harus mencari kebenaran ini. Dia harus bertanya kepada Nila. Dia tidak ingin semua menjadi kacau hanya karena masalah cinta. Dia tidak ingin ribut-ribut lagi dengan Dekka karena masalah perempuan. Sudah cukup satu kali saja mereka berebut gadis yang sama. Kali ini Arel tidak ingin hal itu terjadi. Dia harus memastikan hal itu.

Namun tidak mungkin sekarang dia ke rumah Nila dan menceritakan semuanya. Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Tidak baik berkunjung ke rumah gadis malam-malam begini. Lagian juga otak Arel perlu istirahat, hatinya juga. Malam ini dia memutuskan untuk pulang. Mengistirahatkan hati dan pikirannya yang sedang runyam.

🌊🌊🌊

Salam jomblo!

-DEEP-Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora