DEEP [ SEMBILAN]

Mulai dari awal
                                    

Flashback off

Mengingat kembali hal itu membuat Aruna nyeri sendiri. Sebenarnya apa alasan Bintang meninggalkannya tanpa sebab? Apakah ada alasan yang tak dapat di ketahui Aruna?

Tanpa pikir panjang dia langsung menyambar kunci mobil di depannya. Lalu pergi ke rumah Nila. Dia sudah tidak bisa menunggu sampai besok untuk bercerita. Bisa gak tidur semalaman kalau nunggu besok pagi. Aruna juga tidak peduli Nila ada di rumah atau tidak. Yang terpenting sekarang adalah dia harus menceritakan ini.

Tak butuh waktu lama, dia sampai di depan rumah Nila. Dipencetnya bel rumah bercat cream itu beberapa kali. Dan akhirnya sang empu rumah membukakan pintu.

"Astagfirullah, gue kedatangan jalangkung malem-malem." Nila menatap Aruna dengan mimik yang tak terdefinisikan.

"Ye dasar!" Aruna mencubit pipi Nila yang seperti bakpao.

"Sakit bege, lo lagian ngapain sih ke sini? Nyari makan? Numpang toilet karena wc lo mampet lagi?" ucap Nila tanpa rasa bersalahnya.

"Orang kalo ada tamu tu di suruh masuk dikasih makan dikasih minum, lha ini malah ditanya-tanyain, detektif konan lo?"

"Oh elo orang? Lah kirain setan." kata Nila sambil mangut mangut tanpa dosa. setelah itu dia ngeloyor masuk lalu menutup pintu.

"Astagfirullah, woiii!! Gue belum masuk main lo tutup aja pintunya." Aruna berteriak teriak sambil menggedor gedor pintu.

"Berisik! Buka sendiri napa, kagak dikunci juga. Manja lo Na. Jomblo tu mandiri." Teriak Nila gak kalah kencangnya.

"Untung bunuh orang itu dosa, kalo kagak udah gue mutilasi tu anak." Aruna menahan gregetnya pada teman satunya itu dan memilih mengalah. Membuka pintu dan langsung masuk ke dapur menyusul Nila.

"Tuh kan bener, lo ke sini cuma cari makan kan? Buktinya lo ngintilin gue ke dapur."

"Serah La serah. Bodo."

Aruna mengambil air putih dari kulkas Nila, lalu duduk di ruang tamu tanpa memperdulikan Nila yang mengamatinya.

"Nih, sajen buat lo." Nila menaruh sepiring kue dan dua gelas soda gembira.

"Kadang lo tu pengertian ya, tapi tetep aja gak punya pacar." Aruna menggeleng gelengkan kepalanya seakan turut prihatin.

"Minta ditampol pake wajan ya?" Nila menatap Aruna tajam.

"Kagak neng, makasih." Aruna nyengir.

"Jadi, lo ngapain ke sini?"

Aruna diam sesaat. Tangannya yang sejak tadi asik mengaduk aduk gelas soda gembiranya mendadak berhenti. Pikirannya terbang melayang menuju pesan tadi siang. Ah, sungguh pesan itu berhasil meruntuhkan semuanya. Mengobrak abrik hatinya yang sudah di tata rapi sedemikian rupa. Merusak jahitan jahitan yang Aruna perbaiki sedemikian rupa.

"Hello di sini ada yang ngajak ngomong." Nila melambai lambaikan tangannya persis di depan wajah Aruna.

Aruna tersadar dari lamunannya. Dia menatap Nila dengan raut wajah tak terdefinisikan. Hanya dengan sekali melihat, Aruna tahu, sahabatnya ini sedang ada hal berat yang dipikirkan.

"Lo lagi ada masalah?" Dengan hati-hati Nila bertanya.

Aruna yang tadinya menatap gelas soda gembiranya dengan tatapan kosong langsung beralih menatap Nila. Dia memantapkan hati untuk bercerita. Dia sudah tidak bisa memendamnya lebih lama sendirian.

"Bintang La." Hanya satu kata itu yang berhasil keluar dari mulut Aruna.

Hanya satu kata itu langsung membuat Nila mengerti kenapa sahabatnya ini datang malam-malam ke rumahnya.

Nila berdecak, "Dia balik? Lagi?"

Aruna mengangguk lemah. " Dia ngajak gue ketemu besok kamis di kafe."

"Udah lo bales?"

Aruna menggeleng pelan.

"ck, Apa sih maunya tu anak." Nila jadi kesal sendiri mendengar Bintang kembali.

Pasalnya Nila tahu betul apa yang di lakukan terhadap Aruna. Dia tahu bagaimana perasaan Aruna kala itu.

"Lo mau temuin dia?"

"Gak tau, makanya gue ke sini supaya gue dapet jawabannya, kok lo malah tanya balik sih?" Aruna menatap Nila kesal.

"Lah mau gue bilang enggak atau iya pun kalo gak sesuai hati lo percuma kan gue jawab? Sia sia. Tanya tu sama hati lo maunya gimana." Nila menasehati.

Aruna membenarkan kata kata Nila.

"Gue mau nemuin dia La. Gue yakin dia punya alasan buat itu." Aruna mencoba memantapkan keputusan. Meskipun ada keraguan di dalamnya.

"Lo tau resikonya kan?"

"Gue tahu. Gue tanggung resiko itu. Apapun."

"Lo siap sama alasannya?"

"Siap gak siap gue harus siap, gue capek La kayak gini terus."

Nila mengerti. Dia mendekat ke Aruna. Duduk di samping Aruna lalu memeluknya.

"Lo bisa Na, Gue yakin sama lo."

Nila mengurai pelukannya.

"Lo udah tahu apa yang mau lo lakuin kalo udah tahu alesannya?"

"Gue tahu apa yang mestinya gue lakuin Na, Gue gak mau kejebak di zona kayak gini. Gue capek. Dan gue mau keluar." Aruna memantapkan hatinya.
"Wokey, ini nih baru sohib gue." Nila menyenggol bahu Aruna pelan.

"Yoii." Aruna tertawa pelan.

Malam ini Aruna sudah memantapkan hati. Dia harus menemui Bintang. Dia harus mendengarkan alasan cowok itu. Lalu setelah tahu alasannya, barulah Aruna mengambil tindakan yang tepat.

🌊🌊🌊

-DEEP-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang