Bab 25

602 80 3
                                    


Bayanaka menghela napas panjang, pandangannya kembali terarah pada sumber mata air tersebut lalu satu kedipan mata berikutnya, pemuda itu telah menceburkan diri.

Di dalam sumber mata air itu, Bayanaka berenang dengan lancar, meskipun ukuran sumber mata air itu hanya cukup dimasuki satu-dua orang. Bayanaka mengikuti ke mana jalannya air dan segera ditemuinya sebuah jeruji kecil yang hanya muat untuk satu orang dewasa, jeruji itu terkunci oleh lilitan besi tebal.

Dengan mengerahkan tenaga dalamnya, Bayanaka berhasil membuka lilitan tersebut dan menutupnya kembali setelah berada di luar jeruji. Kembali Bayanaka berenang, menyelami kumpulan air yang gelap, menuju biasan cahaya kehijauan.

Bayanaka terengah-engah ketika sebagian wajahnya menyembul ke permukaan di mana jaraknya dengan dinding batu hanya sejengkal. Diamati keadaan sebentar sebelum diteruskan lagi untuk berenang menyusuri dinding-dinding batu.

Sebuah cahaya di ujung sana pun mulai terlihat hingga akhirnya tibalah ia di permukaan yang sebenarnya. Tawanya terdengar menggema. Seolah puas telah berhasil menyelami sumber mata air tersebut. Segera ia beranjak menuju tepian. Diselonjorkan kedua kakinya pertanda pemuda itu cukup lelah.

Beban senjata, lilitan besi tebal dan harus menahan napas selama berenang membuatnya sedikit kewalahan, apalagi dinginnya air seakan ingin membekukan tulang.

Bayanaka menatap sumber air tersebut. Sebuah sumber air yang kecil namun dalam, terhubung dengan sumber mata air di Sumber Dukuh. Dan memang karena itulah tempat itu dinamai demikian. Nama Sumber Dukuh yang menjadi tempat persembunyiannya berasal dari sumber mata air di depannya tersebut.

Bayanaka segera bangkit, pantulan cahaya chandra terlihat masih bergoyang di mata air tersebut. Cahaya yang menembus ke dalam Sumber Dukuh saking jernihnya air.

"Baiklah... waktunya pergi."

Ketika Bayanaka berbalik, sesosok manusia telah berdiri tegap sembari bersedekap.

"Jabang bayi! A-apa yang kau-

"Menikmati mandi malam Anda, Gusti Raden?"

Bayanaka terkejut bukan main. Dirinya sampai tidak tahu harus berkata apa ketika sosok itu telah menyambutnya dengan senyuman, senyuman yang menyebalkan bagi Bayanaka itu sendiri.


Yudha Erlangga tersenyum penuh kemenangan ketika dirinya berhasil menangkap basah Bayanaka yang telah diduganya akan kabur dari Sumber Dukuh.
Dilihatnya pemuda itu salah tingkah sampai tidak meneruskan kata-katanya.

"A-apa yang kau lakukan di sini, Yudha?"

"Menunggumu."

Bayanaka berdecak, terlihat kesal bukan main. Padahal dia telah merencanakan semuanya secara matang. Dan bukankah pemuda di depannya tadi telah tertidur pulas di dalam bilik?

Yudha Erlangga melangkah pelan hingga akhirnya dia telah berhadapan dengan Bayanaka yang basah kuyup. Dia telah mengira bahwa pemuda itu merencanakan sesuatu ketika di bilik. Dia berpura-pura tidur ketika didengarnya langkah yang hampir tidak kentara menuju ke biliknya lalu sebentar kemudian melangkah pergi. Dia bahkan harus berupaya keras membujuk Kung Slamet guna mengorek keteranganmengenai Sumber Dukuh.

"Aku pikir, setelah pembicaraan kita mengenai orangtua, gelar Gusti Raden dan hal-hal lainnya tadi pagi, akan membuat kita saling percaya. Tapi nyatanya, kau membuat keputusanmu sendiri, Bayanaka."

Bayanaka tidak bisa menjawab. Dia memang telah berbicara banyak mengenai hal-hal yang selama ini ia alami sebagai Gusti Raden di Haningan, juga bercerita mengenai kedua orangtua angkatnya sebagai keterangan untuk Yudha Erlangga yang merupakan putra kandung mereka.

MIRUDA (SELESAI)Where stories live. Discover now