Seroja Anom

279 58 6
                                    

.
.

Kejadiannya sungguh tidak terduga. Ketika Sung Tunjung Putih bersiap menerima akhir hidupnya, tiba-tiba saja hal lain terjadi. Macan yang akan menyerangnya mengaum-aum. Walau hutan mulai menggelap, mata Sung Tunjung bisa melihat hewan buas itu sedang bergelut dengan sesuatu. Sung Tunjung tidak salah lihat. Sesuatu itu, manusia! Sosok yang Sung Tunjung terka sebagai laki-laki tersebut merangkul si macan, berusaha mencekik dengan lengannya. Mereka lalu berguling-guling di tanah. Si macan berusaha melepaskan diri. Kakinya menendang-nendang sedangkan kaki depan berusaha mencakar.

Sementara itu, si manusia yang tidak menampakkan kegentaran masih gigih mempertahankan posisinya di punggung macan. Sampai pada satu kesempatan rangkulannya pada leher si macan terlepas. Si manusia bergulung-gulung menjauh, si macan bangkit kemudian dengan segera mawas diri.

Sung Tunjung yang masih terpaku dengan kejadian tersebut sempat terhenti pikirannya. Ia sama sekali tidak menyangka jika dirinya masih selamat. Juga, tidak menduga ada manusia yang dengan beraninya berkelahi dengan macan tanpa mengandalkan senjata apa pun. Bahkan setelah diperhatikan, sosok manusia itu tampak tidak sebanding dengan ukuran si macan yang jauh lebih besar dan gagah.

Perhelatan si manusia dengan macan kembali setelah masing-masing bertukar tatapan membunuh. Si macan yang lebih dulu menyerang maju menerkam lawannya. Si manusia turut merangsek, ia melompat ketika jarak antara dirinya dengan si macan tinggal sejengkal. Sebuah pukulan ia berikan ke kepala si hewan. Akan tetapi, pukulan itu tidak cukup membuat si macan jera. Hewan buas itu terus menyerang, mengandalkan naluri, kekuatan taring dan cakar, juga kejumawaannya atas manusia.

Di pihak si manusia sendiri, walau tanpa kata-kata, tatapan tajamnya itu sudah menunjukkan bahwa ia tidak akan menyerah sebelum tumbang.

Pada satu kesempatan, dua makhluk tersebut kembali bergulingan. Terkadang, si manusia terpental akibat sentakan si macan, namun tidak jarang pula si macan terhuyung-huyung terkena pukulan keras lawan. Hingga pada satu titik, dua-duanya merasa mulai lelah, tetapi beruntungnya si manusia yang lebih gigih. Ia gunakan kesempatan itu untuk kembali menyerang. Pukulannya mengenai bagian dada si macan hingga hewan itu kelimpungan. Si manusia pun segera bertindak. Jepitan lengannya tepat mengenai leher si macan, ia tunggangi si macan dan menarik bagian kepalanya ke atas. Kaki-kaki si macan mencakar-cakar udara, berusaha meraih tangan kekar yang menyesakkan dadanya namun itu sia-sia. Terdengar lenguhan disertai geraman dari si macan. Kedua mata besarnya membeliak penuh benci juga tersiksa. Sebentar kemudian, si macan mengejang lalu badannya melemas hingga tidak lagi bergerak.

Sung Tunjung termenung dengan apa yang terjadi. Ia bahkan mengabaikan dedaunan setengah kering yang bersarang ke rambut putihnya. Semilir bayu menjadi penjeda yang urung menenangkan. Dibantu sinar lembut sang rina, netra Sung Tunjung mengamati si manusia yang kini bersandar di bangkai macan. Napasnya yang tersengal menandakan betapa beratnya pergulatan tadi.

Perhatian Sung Tunjung beralih sejenak kepada si macan yang malang. Mulut hewan itu terbuka dengan lidah sedikit terjulur, sedang kilat matanya seperti melirik ke arahnya. Bergidik kuduk Sung Tunjung melihat pemandangan mengerikan itu. Ketika terdengar suara tawa, ia pun menoleh. Ia perhatikan si manusia yang merupakan sumber suara. Nada puas terdengar jelas di telinga Sung Tunjung. Manusia itu pun masih sangat muda setelah sang putri mengamat-amati.

"Anda baik-baik saja?"

Pertanyaan Sung Tunjung yang langsung itu sontak membuat tawa si pemuda terhenti. Tatapannya nyalang kepada sosok perempuan kecil di dekat pohon.
Sedangkan Sung Tunjung mendadak merasa takut dengan kilat mata tersebut. Ia meneguk ludahnya perlahan. Kalaupun pemuda itu bukanlah orang baik, pastilah kali ini ia tidak lagi beruntung. Dengan sekali tamparan saja mungkin Sung Tunjung akan mati dengan mudah.

MIRUDA (SELESAI-dalam masa revisi)Where stories live. Discover now