Prolog

3.1K 218 23
                                    


"Siapa namamu?"

Bocah laki-laki itu mengumpat dalam hati. Tak disangka, aksinya mencuri dua buah mundu diketahui dua orang lelaki dewasa yang kini berada di depannya. Padahal dia yakin, aksinya akan berjalan lancar seperti biasa.

"Hei, bocah! Apa kau tuli?"

Lelaki yang satunya lagi terlihat marah. Namun, bocah itu hanya diam. Tak ada takut di wajahnya. Dia bahkan berani menatap dua lelaki dewasa di depannya yang mempunyai aura yang harusnya bisa membuat bocah itu mengkerut.

"Tenanglah, Sanjaya. Berikan anak ini waktu untuk menjawab."

"Baik, Paduka."

Lelaki yang bernama Sanjaya menunduk patuh.

"Jadi, siapa namamu? Dan, kenapa kau mencuri buah mundu? Apa kau akan membaginya dengan keluargamu?"

Bocah laki-laki itu menatap lelaki yang dipanggil 'Paduka' oleh lelaki bernama Sanjaya; lelaki yang sedari tadi melontarkan beberapa pertanyaan dengan sabar meski bocah itu belum jua menjawabnya;  lelaki yang penuh kharisma yang membuat bocah laki-laki itu tertarik.

"Nama hamba Nawala, Paduka. Dan hamba tidak mempunyai keluarga, jadi buah mundu ini saya curi untuk hamba sendiri karena hamba kelaparan, Paduka."

"Oh, kau tahu siapa aku hingga memanggilku 'Paduka'?"

"Tidak, Paduka. Hamba hanya mengikuti Paduka Sanjaya."

Tawa sang Paduka meledak sementara Sanjaya terlihat ingin marah sekaligus malu pada waktu yang bersamaan.

"Kau cepat tanggap, Nawala. Aku suka itu."

Sementara sang Paduka meneruskan tawanya, bocah itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dilihat dari raut wajah lelaki bernama Sanjaya, sepertinya dia salah akan suatu hal tapi dia tak mengerti apa.

"Sanjaya."

"Hamba, Paduka."

"Bawa Nawala ke Hanimpura."

Sang Paduka tersenyum sementara Nawala terlihat terkejut.
Sehina itukah perbuatannya sampai dia harus dihukum di kedaton?

"Baik, Paduka."

"Mulai sekarang, dia adalah putraku. Penerus Nagara Haningan ...

GUSTI RADEN BAYANAKA."

MIRUDA (SELESAI)Where stories live. Discover now