Bab 100

540 57 24
                                    

.
.

Segera saja, jerit itu terdengar. Puluhan nyawa meregang seketika. Tubuh-tubuh mereka dirajam anak panah. Bagi yang memiliki tameng, mereka masih selamat dengan berlindung di baliknya. Sebagian lagi dengan cerdik mampu berkelit. Akan tetapi, tetap saja Senapati Agung Dhiwangkara kehilangan cukup banyak prajurit. Sementara itu, Anggara menyingkirkan sebagian badan kuda yang dijadikannya pelindung kemudian segera bangkit. Hewan malang itu meringkik-ringkik lirih, mulutnya terbuka dengan lelehan darah segar, napasnya tinggal satu-satu. Bagian perut adalah yang paling banyak tertancapi panah. Anggara memandang miris, tetapi ia memang tidak mempunyai pilihan lain.

Lantas, senapati muda itu meninggalkan si kuda yang terkapar di tanah. Kembali ia mengacungkan senjata ketika beberapa prajurit musuh berlarian ke arahnya. Ketangkasannya diuji lagi. Pedang itu menangkis serbuan dua tombak secara bersamaan. Kemudian ia sedikit menunduk dan dengan cepat memutar tubuhnya, menggoreskan luka pada masing-masing lawan. Satu mata tombak lain terjulur lalu berhenti tepat di depan mata. Sang senapati nyatanya mampu menahan serangan itu dengan badan pedang.

Menggunakan sebelah kaki, badan tombak itu segera ditolak si pemuda ke atas hingga patah. Lekas-lekas ia menendang prajurit tersebut berkali-kali sampai roboh. Setelahnya, ketika tidak lagi mendapat lawan, sang senapati muda mengamati sekeliling. Pasukan inti yang dipimpin Senapati Agung Dhiwangkara masih sebatas bertahan. Sementara kelompoknya sendiri telah cerai-berai.

Yang paling meresahkannya adalah pasukan pemanah. Kekuatan utama Kriyak itu bisa menyapu bersih kawan-kawannya jika melepas hujan panah lagi. Kemudian Anggara memutuskan untuk mendekati Marunda beserta beberapa rekannya. Ditumbangkannya setiap prajurit yang menghadang dengan mudah. Pemuda itu sedikit menggunakan tenaga dalam saat harus menghadapi serbuan serentak. Setidaknya belasan prajurit tiba-tiba saja terkapar di tanah. Tubuh mereka berjengit-jengit seperti disengat ratusan lebah usai bersinggungan langsung dengan pedang milik sang senapati.

Ketika telah dekat padanya sosok yang dikehendaki, Anggara pun melaksanakan niatnya. Ia bersiul panjang dua kali dengan satu cengkokan. Yang demikian mendapat perhatian dari Marunda. Sembari menumbangkan lawan, salah satu prajurit Bhayangkari itu turut mendekati kawannya.

"Kau yakin, Anggara?" tanyanya setelah memenangkan duel dengan lawan.

"Hanya itu pilihannya!" Anggara menjawab beberapa saat kemudian.

Untuk selanjutnya, Marunda segera meloncat ke samping guna merapat ke area yang dikuasai kawan seperjuangan lain. Ia berikan isyarat suara. Pertanda itu pun diteruskan rekan-rekannya yang lain. Kiranya itu adalah sebuah isyarat untuk membentuk pertahanan. Tak lupa mereka berikan keterangan seperlunya kepada sekutu agar mengetahui tindakan yang harus diambil. Mereka kemudian menyerang secara membabi-buta.

Pasukan yang terpisah dari rombongan sang senapati agung itu kemudian merobohkan setiap yang menghadang. Tombak-tombak dimentahkan dengan mudah. Tidak pula mereka menghiraukan goresan-goresan luka akibat tindakan tersebut. Sesegera mungkin mereka harus merapat. Maka, secara perlahan, Anggara dan kawan-kawannya mulai memperlihatkan taktik mereka. Telah tampak di mata musuh bahwa pendukung Malwapati itu berusaha membendung perlindungan sembari mendekat.

"Tahan mereka! Jangan sampai mencapai pasukan pemanah!"

Begitulah seruan salah satu senapati dari pihak lawan ketika menyadari niatan pasukan Anggara. Perintah itu pun segera ditindaklanjuti oleh prajurit lain. Bagi yang berkuda, mereka akan mengerahkan segala senjata yang dipunya, tombak, misalnya. Bagi yang hanya bisa mengandalkan kaki, sebisa mungkin menghalau. Akan tetapi, kiranya itu sia-sia. Lawan mereka telah berhasil membuat benteng yang kokoh.

Pasukan pendukung Malwapati itu membentuk lingkaran dengan barisan rapat dan penuh. Tombak-tombak terjulur tiap kali serangan datang, sementara tameng disiagakan untuk melindungi diri. Mereka bergerak secara pasti ke arah pasukan pemanah Kriyak. Satu-dua kawan lain pun dijangkau agar turut bergabung. Sedang kawan lain yang jauh posisinya membentuk pertahanan sama dengan kawan terdekat.

MIRUDA (SELESAI-dalam masa revisi)Where stories live. Discover now