"Bentar, aku lepasin kainnya tapi kamu pejamin mata dulu." Ujar Arez yang kemudian dibalas anggukan oleh Shilla.

"Kamu jangan gerak sebelum aku suruh buka mata, oke?"

"Iyaa, ih lama banget sih. Bisa bisa tidur lagi aku kalo gini."

"Haha sabar dong."

Hingga tiba tiba Shilla merasa Arez menjauh darinya.

"Rez kamu mau kemana?"

"Eh jangan gerak. Aku gabakal kemana mana kok. Percaya sama aku!" Teriak Arez dari jarak 5 langkah dari Shilla.

Shilla semakin cemas ketika mendengar suara Arez semakin mengecil.

"Rez! Galucu ya. Kalo kamu becanda, terus ninggalin aku gitu aja."

"NAH! KARENA KAMU BAWEL, SEKARANG BUKA MATA KAMU!" Teriak Arez.

Shilla membuka matanya perlahan.

Kini Shilla berada pada ujung bukit dengan cahaya mentari yang masih terlihat malu malu menyinari bumi.

Kini Shilla berada pada ujung bukit dengan cahaya mentari yang masih terlihat malu malu menyinari bumi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Huaaa sunrise!! Keren bangett!!" Pekik Shilla.

"Jadi ini yang pengen kamu tunjukin?" Lanjut Shilla.

Arez mengangguk. "Kamu suka sunrise kan, jadi aku bawa kesini."

"Aa, so sweet banget sih." Ujar Shilla sambil mencubit gemas pipi Arez, "Kamu tau darimana aku suka sunrise?"

"Apasih yang ga aku tau dari kamu." Gombal Arez.

Shilla hanya terkekeh pelan mendengar jawaban Arez.

Kemudian Shilla pun kembali mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya yang mampu membuat gadis itu terpana.

Paparan cahaya mentari menimbulkan rona jingga di langit dan paparan perbukitan terlihat jelas dari tempat Shilla berdiri.

Shilla merentangkan tangannya untuk menikmati angin fajar.

Dengan cepat Arez mengambil kameranya dan mengambil gambar diri Shilla ditengah sunrise yang indah.

"Ciptaan Tuhan mana yang kau dustakan." Ujar Arez yang kini hanya terpaku pada diri Shilla.

Rambut coklat gelap gadis bergerak gerik seakan tengah menari di iringi angin fajar. "Arez, kamu ngapain disitu? Sinii!" Panggil Shilla agar Arez mendekat kearahnya.

Arez pun tersenyum dan melangkah santai ke arah Shilla.

"Kamu cantik."

Shilla pun menoleh ke arah Arez.

"Shil.." Ujar Arez sambil menggenggam tangan gadis itu.

"Iya?"

"Kamu punya spidol gak?" Ujar Arez.

Dahi Shilla berkerut, "Buat apa?"

Kemudian Arez pun tersenyum nakal, "Buat warnain kalender biar gaada kata libur dalam mencintaimu."

Shilla pun terkekeh pelan, tak kuasa mendengar gombalan receh Arez. "Apaan sih. HAHA garing lo!" Ujar Shilla yang berhasil membuat Arez juga ikut tertawa.

"Oh iya Shil. Nanti waktu kegiatan kita foto ya."

"Oke. Tapi-- Buat apa?"

"Buat nunjukin ketemen temen ku, kalau bidadari itu ada dan nyata." Ujar Arez sambil menyelipkan sebuah bunga ditelinga Shilla.

"Oh, jadi ceritanya udah bisa gombal nih?" Ujar Shilla sambil menaikkan sebelah alisnya menatap Arez.

"Kamu yang ngajari kan." Ujar Arez dengan senyuman jailnya.

"Dih, gaada. Aku ga pinter gombal kok."

"Iyadeh, kamu gausah pinter gombal. Ntar malah gombalin cowok lain lagi."

"Terus kamu pinter gombal gini, suka juga berarti yah gombalin cewek lain?!"

"Iyalah."

"Ih! Arez! Ngeselin ya!"

"Hahah iya iya becanda." Ujar Arez.

"Iya aku tau kok."

"Terus ngapain nyubit aku tadi?"

"Lagi pengen aja." Ujar Shilla sambil nyengir kearah Arez.

"Asal Shilla bahagia aja deh. Arez mah rela."

Shilla pun tertawa, "HAHA pasrah amat mas."

Mereka berdua pun tertawa dibawah sinar mentari pagi itu.

Kemudian Arez pun tiba tiba menangkup wajah Shilla, "Shil, aku sayang sama kamu."

"Aku jugaa."

Arez pun tersenyum, "makasih udah sayang aku balik."

Shilla tersenyum sangat manis.

"Udah ah Shil, jangan senyum lagi."

"Kenapa?"

"Bikin diabetes." Ujar Arez.

"Tuhkaan. Gombal lagi." Ujar Shilla sambil tak kuat menahan tawanya.

Kemudian Shilla mengisyaratkan Arez untuk duduk disebelahnya, Arez pun menurut.

Mereka memandang sunrise dengan perasaan damai dan bahagia.

"Oh ya, aku pengen tau. Kamu-- kok bisa suka sih sama aku?" Ujar Shilla.

Arez membisu. Senyuman diwajahnya meluntur.

Shilla yang tadi memadangi puncak bukit bukit disekitarnya kini mengalihkan pandangannya kearah Arez, "Rez, kok diem?"

"Kalo udah suka mah suka aja Shil. Tiba tiba gitu munculnya." Ujar Arez.

Shilla pun kemudian ber 'oh' ria mendengar jawaban Arez.

"Shil, balik yuk."

Raut wajah Shilla pun menampilkan kekecewaan. Seakan ia tak rela meninggalkan pemandangan indah dihadapannya ini.

Arez mengacak rambut Shilla, "udah ayo balik. Ntar yang lain pada bangun. Ribet nanti urusannya."

Shilla pun mengangguk pasrah.

"Tapi bentar, kita selfie dulu!" Pekik Shilla.

Arez pun tersenyum dan mengangguk.

Setelah selesai mengambil potret diri mereka, Shilla pun mengikuti perintah Arez untuk kembali ke Villa.

'Cepat atau lambat, Shilla harus tau semuanya. Gue juga harus siap kehilangan dia.' Batin Arez.

PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang