115. Baby Boy (Extra Part XVIII)

15.8K 991 47
                                    

Part ini adalah part akhir dan tidak ada tambahan extra part lagi ya. Kisah cerita cinta rumah tangga Asten dan Asyiela bisa dilihat nanti di cerita Dia Tidak Mencintaiku. Sedikit-sedikit akan disinggung karena keduanya Sahabat Arfa (pemeran tokoh utama cerita Dia Tidak Mencintaiku).

Terima kasih.

***

Asyiela

Hhh, brrr....

Shhh.... Dingiiin....

Suara orang mengigau pelan sejak beberapa menit yang lalu membuat sepasang mataku terbuka. Awalnya mata ini sangat sulit terbuka, tapi saat kepalaku menoleh ke samping aku baru mendapati dia menggigil hebat.

"Asten? As, kamu kenapa?" aku sangat panik melihat suamiku sudah menggigil seperti ini. Tubuhnya bergetar tiada henti dengan kedua tangan yang mengepal sempurna di depan dada.

"As? Kamu sakit?" aku bangkit dari tempat tidurku, lalu menghampirinya segera.

Suamiku sangat pucat, bibirnya juga bernasip sama dengan wajah tampannya. Mungkin dia demam tinggi karena beberapa hari ini dia sedikit memaksa untuk bekerja disaat kesehatan tubuhnya sedang tidak stabil.

"As, ya Allah...."

Aku mencoba untuk mengusap-usap kedua pipinya, bergantian dengan lengan dan kakinya tapi dia tidak juga membaik.

"Ding-iiin Ay, shhh.... Brrr..." bibirnya bergetar saat mengatakan bila dia sedang kedinginan.

Cepat-cepat ku peluk tubuh suamiku, mendekapnya sangat erat sampai aku bisa merasakan tubuhnya yang panas.

Bagaimana ini bisa terjadi? Dia mengeluh dingin sedangkan badannya saja panas sekali.

"Asteen...hiks." tidak terasa air mata jatuh dari ujung-ujung mataku menetes ke bawah sampai membasahi wajah Asten.

Apa yang harus aku lakukan? Aku tidak mungkin membiarkan Asten seperti ini.

"As, aku panggil Mama Papa dulu ya. Kamu tunggu sebentar ya."

Tanpa berkompromi lagi, ku tinggalkan Asten di dalam kamar. Kemudian aku berjalan setengah berlari sambil memegangi perutku yang sudah terlihat sedikit membuncit.

Sabar ya Nak, sabar. Papa sakit, adek bayi jangan rewel ya,- kataku membatin.

Terus menerus ku usap perutku sendiri, seraya berjalan menuju ke arah kamar Papa dan Mama. Jam masih menunjukkan pukul dua pagi, mereka pasti sedang terlelap dalam tidurnya.

Tok tok tok.

"Papa...Mama...tolong Asyiela. Asten sakit...hiks."

Tok tok tok.

Ku ketuk kembali pintu kamar kedua mertua ku dengan sangat terpaksa. Aku harus melakukan ini demi suamiku.

"Paapaa, Maamaa....tolong saya...."

Cklek.

Pintu kamar Mama dan Papa pun terbuka tidak lama setelah aku mengetuk untuk kedua kalinya.

Dari balik pintu, ada Mama yang mengucak mata kirinya menggunakan jari-jari tangan. Sebelah tangan lainnya digunakan oleh beliau untuk memasang hijab yang masih terlihat kurang rapi.

Teenager Time (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang