85. Draw and Cup Cake

8.7K 1K 83
                                    

"Ingin mendiamku sampai kapan?"

Sudah berkali-kali Avelo bertanya kepada Istrinya yang tidur berbaring namun memunggunginya yang sedang duduk di tepian Ranjang.

Dua jam lebih Avelo membujuk sang Istri agar Istrinya mau makan setidaknya meski tidak ingin berbicara apapun kepadanya.

"Apa mau kamu, Alice? Aku benar-benar ingin tahu."

Alice tidak menjawab sama sekali. Kediamannya membuat Avelo harus frustasi sepanjang waktu setelah Istrinya itu siuman dan membuka Matanya.

Pingsan yang berkali-kali dialami Alice sebenarnya terjadi karena Wanita itu terlalu lelah dan selalu banyak memikirkan hal yang berat.

Dulu baik Alice dan Avelo menyukai waktu kebersamaan mereka di rumah untuk membesarkan lima anaknya, tapi semenjak anak-anak mereka mulai beranjak dewasa, keduanya mulai dibuat kerepotan dengan sendirinya.

Bagi Ramsey atau Rachelta tidak begitu masalah sebab anak kembar mereka telah beranjak dewasa. Sedangkan tiga anak lainnya menjadi problem tersendiri bagi Alice dan Avelo.

"Kamu mau aku meninggalkanmu?" tanya Avelo sembari Pria itu mulai bangkit dari duduknya ingin berjalan keluar.

"Aku ingin pulang." belum juga Avelo benar-benar keluar dari Kamar Perawatan Alice, Wanita itu mengutarakan isi hatinya.

"Pulang ke Rumah?"

"Iya. Aku mau pulang." tanpa menghadap ke arah Avelo, Alice mengutarakan keinginannya untuk pulang.

"Ramsey belum memperbolehkanmu pulang. Kamu masih harus beristirahat, sayang." Avelo memberikan pengertian kepada Istrinya yang bersikap sedikit keras dan membangkang karena benar-benar harus dipenuhi segala keinginannya saat ini.

"Kalau disini aku tidak bisa mencari anakku. Aku tidak bisa mencari Asten yang belum ku ketahui dimana dia berada. Dia pergi tanpa memberitahuku." ungkap Alice sambil berucucuran Air Mata.

"Orang ku sedang mencari Asten, bersabarlah." jawab Avelo begitu lembut menjawab pertanyaan Istri yang begitu dicintainya.

"Aku tidak percaya dengan orang-orang mu, Kak. Mereka tidak akan bisa mencari anakku!" tegas Alice di setiap kata yang terucap dari Bibirnya.

"Mereka sudah profesional, mereka akan menemukan Asten dimana. Kamu tidak perlu memikirkan lebih keras lagi, yang terpenting adalah kesembuhanmu sayang."

Ketika Avelo membahas mengenai sebuah 'kesembuhan', Alice yang awalnya enggan saling bertatap muka dengan Avelo kini memutar Tubuhnya dan berusaha untuk turun dari Ranjang rumah sakit meski tubuhnya masih melemah.

"Kamu ingin aku sembuh?" Alice berjalan mendekati Suaminya yang terpaku di dekat Ambang Pintu Kamar Perawatan Alice sambil menatap sayu ke arahnya.

"Tentu saja." jawab Avelo lirih.

"Obatku hanya Asten! Hanya dia dan dia. Aku mau dia disini, aku mau bertemu anakku. Aku mau dia dan tidak mau siapapun, Kak!" teriak Alice frustasi yang membuat Avelo langsung merengkuh Tubuh lemah Istrinya kemudian membawa tubuh itu kembali ke atas Ranjang.

Disana, Avelo tidak sedikitpun merenggangkan pelukannya justru semakin lama semakin mengerat meski Kemejanya harus basah terkena tangisan Alice yang tersedu-sedu. Alice menangis sejadi-jadinya untuk mengeluarkan rasa sakit dan sesak yang menggelora memenuhi relung hatinya saat ini.

"Aku mau Asten, aku mau diaaa Kak!"

"Iya. Asten pasti pulang. Sabar ya." diusapnya Punggung Alice bergantian dengan Kepalanya bagian belakang. Ketakutan Avelo sejak dulu hanyalah kesedihan sang Istri.

Teenager Time (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang