40. Sunrise

12.2K 1.2K 88
                                    

"Kamu tahu, kamu gila tapi kamu keren."

Sudah berkali-Kali Asten mengucapkan kalimat yang sama selama perjalanan menuju ke Pantai dari Cafe.

Karena hari sudah Dini hari, Asten memutuskan untuk mengajak Asyiela menghabiskan waktu Hari Minggu mereka menuju ke Pantai.

Menempuh perjalanan selama tiga jam menuju ke Pantai tidak terasa penat apapun untuk Asten.

Arfa dan Mario sendiri sudah pulang terlebih dahulu.

Mereka memilih tidak ikut karena Mario mengantuk dan lelah sedangkan Arfa harus membantu sang Bunda untuk berbelanja membeli kebutuhan Dapur Pagi harinya.

Arfa sudah berjanji kepada Isti oleh karena itu pantang untuknya membatalkan.

Karena hanya berdua dengan Asyiela, Asten langsung menelepon Indra untuk meminta ijin.

Awalnya memang sulit, tapi ketika Asten mengatakan jika dia berjanji menjaga Asyiela dengan baik, akhirnya Indra mengijinkan juga.

Sekarang mereka duduk di atas Pantai dengan pemandangan Laut yang masih menggelap di jam yang menunjukkan pukul empat pagi.

Tadi di perjalanan mereka sempat membeli Cemilan untuk menemani kegiatan santai mereka di Pantai saat ini.

Sebenarnya ada maksud lain dari Asten mengajak Kekasihnya ke Pantai.

Dia berharap Langit cerah sehingga pemandangan Sunrise di Pantai ini bisa dia nikmati bersama Asyiela.

Untuk ijin ke Pantai bersama Asyiela, Asten sudah melakukannya tadi di jalan. Avelo dan Alice di Telepon oleh Asten.

Anak Laki-Laki itu tanpa kebohongan apapun menceritakan apa adanya keinginannya mengajak Asyiela. Meski berat, Alice dan Avelo mengijinkan dirinya jika.

Tapi selalu saja Avelo mengakhiri pembicaraan dengan Putra ketiga dengan kalimat yang sama sampai Asten merasa bosan.

Dilindungi, jangan diperawani!

Kalimat itu-itu saja yang selalu didengar oleh Asten.

Asten membatin jika tidak boleh memperawani Asyiela, seharusnya Orang Tuanya segera menikahkan dirinya dengan Asyiela meski mereka sudah menikah.

Untuk melancarkan keinginannya itu, Asten sampai melamar pekerjaan di tempat usaha sang Kakak, Ramsey, selepas dia Sekolah nanti.

Dia akan Kuliah sekaligus bekerja untuk menghidupi Asyiela apabila dia diijinkan menikah muda.

Awalnya Ramsey menolak, tapi karena kesungguhan sang Adik, Ramsey pun mengiyakan saja.

"Tapi aku gak mau melakukannya lagi." jawab Asyiela cepat.

Dia tersenyum ke arah Asten, senyuman itu adalah senyuman bahagia.

Hatinya berbunga-bunga karena dalam satu event, akhirnya dia bisa mengalahkan seorang Pachira.

Next Time, Asyiela ingin mengalahkan Pachira di Ujian Nasional Percobaan.

Jika Asyiela menang, dia akan semakin bangga.

Bukan hanya menang dalam Fisik, tpai juga Otak.

Bagi Asyiela, Fisik dan Jiwa harus seimbang.

Percuma saja cantik jikalau Tulalit.

Harus diakui baik Pachira dan Asyiela adalah dua orang yang selalu bersaing menjadi Siswa teladan di Sekolah.

Keduanya bersama Asten berlomba untuk menjadi yang terbaik.

Teenager Time (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang