35. Love Him so much

12.3K 1.1K 30
                                    

"Kenapa kamu senyum-senyum gitu. Oh ya Papa bilang apa? Papa gak marahi kamu kan?"

Pertanyaan membrondong Alice hanya ditanggapi oleh senyuman yang lebar oleh Asten.

Anak Laki-Laki serasa mendapatkan Angin segar ketika sang Papa memperbolehkannya untuk menjalin hubungan dengan Gadis yang dicintainya.

Bagi Asten sekarang, Gurun telah berubah dan ditumbuhi oleh Bunga yang semerbak wangi.

"Eh, enggak kok Mah. Malah kata Papa gak papa Pacaran sama Asyiela asal jangan disakiti tapi dikasihi, jangan dikasari tapi dicintai, dan yang paling penting, jangan diperawani tapi dilindungi." Asten menirukan apa yang dikatakan oleh Avelo saat Avelo melakukan tanya jawab kepada Asten.

Namun Alice justru tertawa terpingkal-pingkal mendengar penuturan sang Putra.

Bagaimana bisa Suaminya menasehati Putra mereka mengenai sebuah 'Keperawanan' yang dirasa vital sekali.

Apalagi di masa? masa Asten yang seperti sekarang ini, terkadang muncul sifat kelakian yang tiba-tiba mungkin saja bisa membahayakan Asyiela sendiri.

"Papa tuh apa'an ya. Kok nasehatin kamu begitu?" celetuk Alice dijawab gelengan Kepala oleh Asten.

Anak Laki-Laki itu perpaduan antara bingung dan aneh saat Papanya mempertanyakan hal itu hingga sang Mama yang tertawa terpingkal-pingkal sampai membuat Rachelta terbangun dari Tidurnya.

"Mah, ngantuk Mah. Ketawa sekeras itu!" protes Rachelta yang sedari tadi kesulitan untuk Tidur.

Setelah menidurkan anak-anaknya, dia memang mendapatkan kesempatan Tidur hanya ketika berada di Kamar Perawatan Alice.

Meski hanya di Sofa, dirasa Rachelta semua itu cukup baik dan nyaman karena di Rumah kenikmatan Tidurnya selalu terganggu oleh anak-anak dan Suaminya.

"Jam segini kok ngantuk. Kamu produksi terus ya?" Alice menduga Putrinya sering membuka Mata di malam hari karena setiap Putri Sulungnya mengunjungi dirinya di Rumah Sakit, Alice melihat gelagat Rachel yang kurang Tidur.

"Biasalah Mah namanya juga Bapak-Bapak Puber kedua. Lagian kalau nolak dosa kan?" tanpa ada saringan sama sekali meski disini ada Asten, Rachelta berucap apa adanya tanpa dipikirkan.

Lagipula dia sudah sangat mengantuk, jadi dia tidak begitu memikirkan apa yang dikatakannya.

"Itu kamu nya aja juga doyan!" sindir Alice dibalas Wajah cemberut Rachelta.

"Memangnya Kakak Produksi apa Kak? Kakak punya Pabrik ya?" dengan polosnya Asten menangkap ucapan Rachelta dan mempertanyakan hal itu.

"Iya. Pabrik Orok. Udah ah dek kamu masih anak kecil, belum tahu gitu-gitu'an. Ntar deh kalau Asyiela nya dah gede, kamu juga udah gede bakal tahu secara Os.To.Mas.Tis."

"CHEL!" Alice melototkan Matanya memberi peringatan Rachelta.

Wanita asal Norwich itu hanya tidak ingin Putranya tercemar virus negatif yang sudah dimiliki Putri Sulungnya yang merupakan Warisan dari sang Ayah Kandung, Andres Mebarak.

"Apa sih Mah? Kan Asten nanya, aku jawab. Mamah nih sensitif aja. Asten juga gak bakal paham. Dia paham nya masih cinta-cinta'an Monyet doang." sahut Rachelta cepat.

Tanpa memikirkan apa dan apa lagi, Rachelta kembali mencari posisi ter wenaknya untuk Tidur.

Kedua Matanya memang sudah lengket dan sulit sekali terbuka.

Aktivitas malam yang dijalankan oleh Suaminya selalu membuatya harus memiliki Mata Panda di setiap harinya.

Rachelta merasa omongan banyak orang memang benar.

Teenager Time (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang