107. Something II (Extra Part X)

6.6K 949 81
                                    

"Lo nuduh gue, Syiel?" Pachira menunjuk dirinya sendiri.

"Gue gak nuduh lo, tapi ini semua kenyataan! Lo gak bisa bo'ong sama gue, Pachira! Lo jahat, lo kejam! Beraninya lo mau rebut Asten dari gue!!" teriak Asyiela seperti orang gila. 

Sekuat tenaga Asyiela menahan air matanya agar tidak jatuh disaat mentalnya sudah habis disini. Banyak orang melihat ke arah mereka, secara tidak langsung pemandangan seperti ini sudah membuat Asyiela merasakan malu luar biasa. 

Pachira melangkahkan kakinya ke depan, dengan sekali dorongan tangannya dia mendorong tubuh Asyiela ke belakang. Namun karena Asyiela memiliki fisik yang cukup kuat, Istri Asten itu hanya bergeser lima sentimeter saja dari posisinya sekarang. Justru ketika Asyiela membalas dengan mendorong tubuh Pachira, putri Barra dan Jenny tersebut terdorong ke belakang lebih jauh. Sampai akhirnya balas membalas pun terjadi. Keduanya saling beradu fisik satu sama lain diiringi oleh teriakan-teriakan kekesalan. 

"Syiel, udah Syiel. Di depan umum nih! Jangan permalukan diri lo disini!" tidak berpangku tangan, Nesya berusaha melerai keduanya. Bahkan dari belakang juga Asten mulai bangkit dari atas lantai untuk melerai Istrinya dan Pachira yang mulai bertengkar hebat. 

"Asyiela udah! Kita pulang Syiel, KITA PULANG!!" gertak Asten. Tanpa sedikitpun mendengarkan ancaman dari suaminya, Asyiela terus meluapkan kekesalannya dengan membalas setiap kesakitan yang diberikan oleh Pachira kepadanya, entah itu berasal dari hati atau fisiknya seperti sekarang.

Tanpa tersadari sebelumnya, kacamata Asyiela jatuh ke bawah. Kacamata itu bisa jatuh ke atas lantai yang semula bertengger di depan mata Asyiela karena gerakan tubuhnya yang tidak stabil akibat perlakuan Pachira. 

Krakk...

Suara kacamata milih Asyiela terinjak oleh Kaki Pachira, entah disengaja atau tidak disengaja. Kacamata minus itu hancur dibawah kaki Pachira dan membuat dirinya terkejut luar biasa. Asyiela pun menghentikan perkelahiannya dengan Pachira. Tubuhnya beringsut ke bawah untuk mengambil Frame yang sudah patah menjadi beberapa bagian. Jika tadi dia sudah berusaha sekuat tenaganya untuk tidak menitihkan air mata, kali ini dia tidak bisa. Air mata Asyiela tumpah melihat kacamata miliknya, hadiah dari Ayah nya menjadi rusak tidak bisa dia gunakan lagi. Pandangan Asyiela pun memburam seiring dengan ia yang tidak memakai kacamata saat ini ditambah air matanya berurai deras. 

Hiks...

"Syiel." lirih Nesya memanggil nama Asyiela. Gadis itu memutuskan merunduk ke bawah, memegang kuat-kuat kedua lengan Asyiela lalu membantu teman dekatnya tersebut untuk berdiri. 

"Ay..." sirat sepasang mata Asten berubah menjadi sendu. Perempuan yang berada di depannya saat ini terlihat sangat raput. Dia benar-benar ingin menarik diri Istrinya untuk dia peluk seerat mungkin supaya kerapuhan itu menghilang dengan sendirinya,"Ay, kamu salah sangka." suara Asten terdengar terbata-bata. Dia kesulitan ingin mengatakan apa tapi yang dia ingin lakukan sekarang hanyalah memeluk Istrinya disaat dia yakin istrinya sangat membutuhkan hal itu. 

"Ak-ku capek, Asten." diiringi oleh air mata yang terus menerus mengalir, Asyiela mengungkapkan keletihannya. Dia merasa seperti tidak memiliki kekuatan sama sekali. 

"Kita pulang ya?" dengan lemah lembut Asten kembali ingin mengajak istrinya pulang. Namun gelengan kepala yang dipertunjukkan oleh Asyiela kepada Asten membuat Asten bertanya-tanya apa yang sebenarnya diinginkan oleh Istrinya. 

Sedetik kemudian Asyiela memutar tubuhnya kemudian melangkahkan kakinya yang terasa lemas meninggalkan cafe dan menjauhkan diri dari suami juga teman di masa lalu nya tersebut. Diikuti Nesya dari belakang, Asyiela terus berjalan menuju ke basemen tanpa mempedulikan Asten sama sekali.

Teenager Time (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang